UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA

June 24, 2017 | Autor: Novita Sahara Sinaga | Categoría: Laporan Praktikum
Share Embed


Descripción

Laporan Praktikum ke-11 Hari / Tgl : Selasa / 19 Mei 2015
M.K Mikrobiologi Akuatik PJP : Wida Lesmanawati S.Pi, M.Si
Asisten : Dinda Januari A.Md
Yanti Inneke Nababan S.Pi


UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA


Novita Sahara Sinaga
J3H214059


























TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. antbiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasadrenik/hasil sintetis semi-sintetis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapatmerintangi/memusnahkan jasad renik lainnya (Widjajanti, 1996).
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu. Oleh karena itutetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro, 2003).
Zona bening di sekitar kertas cakram dapat menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Luas zona bening sangat dipengaruhi oleh adanya antibaktei fraksi tersebut. Apabila semakin luaas zona bening yang didapat, hal ini menunjukkan bahwa semakin baik antimikroba yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba yaitu pH lingkugan, komponenkomponenperbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulumbakteri, masa pengeraman, dan aktivitas metabolik mikroorgnisme (Melnick 2001).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan cakram kertas. Cakram kertas yang mengandung obat tertentu tersebut ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba uji. Kemudian diinkubasi pada suhu tertentu selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya daerah jernih di sekitar kertas cakram yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba (Wattimena 1987).
Tujuan
Untuk mengamati dan mengetahui pengaruh berbagai bahan antimikroba terhadap viabilitas bakteri diantaranya sirih, kunyit, penycylin, dan streptomycin.



METODOLOGI
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015, pukul 11.30-13.30 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, media PCA dalam cawan petri, penjepit, tisue, kertas cakram, mikropipet, tip, pengaduk, korek api, dan kertas label. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%, larutan sirih, kunyit, penicilin dan streptomycin dan bakteri Bacillus sp , bakteri Aeromonas hydrophylia dan larfish.
Prosedur Kerja
Langkah pertama yaitu semua alat dan bahan disiapkan. Tangan praktikan dan meja kerja disterilkan dengan Alkohol 70% lalu dilap dengan tisu. Bunsen dinyalakan dengan menggunakan korek api. Bakteri yang terdapat di dalam eppendorf, diambil sebanyak 0,1 ml mengunakan pipet mohr kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media PCA. Kemudian bakteri sudah ada dalam media PCA, diratakan secara menyeluruh pada media PCA dengan menggunakan spreader atau pengaduk. Lalu media yang telah rata oleh bakteri dibagi menjadi empat bagian. Kertas cakram yang berbentuk lingkaran kecil dibasahi oleh bahan antimikroba yaitu sirih, kunyit, penicillin, streptomycin. Kertas cakram juga dibasahi oleh larutan larutan fisiologis (larfis) 0,85% yang digunakan sebagai pembanding. Kerta cakram yang telah dibasahi bahan antimikroba dan larfis tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri sebelumnya dengan menggunakan pinset. Masing-masing cawan petri hanya terisi oleh empat bahan antimikroba. Setalah itu, diberikan kertas label pada bahan antimikroba agar tidak tertukar dan dibungkus dengan plastik. Kemudian diinkubator selama 18-24 jam.
Setelah itu, esok harinya diamati tiap masing-masing cawan yang berisi bahan antimikroba yang ditananam dengan cara diukur daya hambat menggunakan mistar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Uji aktivitas zat anti-mikroba terhadap Aeromonas Hydrophila
Kelompok
Diameter Zona Hambat Dengan Zat Anti-Mikroba

Sirih(mm)
Kunyit(mm)
Penycilin(mm)
Streptomycin(mm)
Larfis(mm)
1
-
7,5
7
18,5
6
2
18
-
19
42,5
6
3
8,5
10
6
22
6
4
7,5
6,5
-
30
6
5
8
7
8
21,5
6
6
7
5
8
27,5
5
7
7
8
25
44
6
8
5
8
7
21
5
9
8,5
9
6
26,5
6
10
-
6,5
17,5
35
9


Berdasaarkan tabel 1 di atas dapat disimpukan bahwa bakteri Aeromonas Hydrophila memiliki zona bening yang sangat luas pada bahan antimikroba Streptomycin yaitu seluas 44 mm. Pada bahan antimikroba sirih tertinggi seluas 18 mm, pada bahan antimikroba kunyit tertinggi seluas 10 mm, pada bahan antimikroba penicilin tertinggi seluas 25 mm.
Tabel 2 Uji aktivitas zat anti-mikroba terhadap Bacillus sp.
Kelompok
Diameter Zona Hambat Dengan Zat Anti-Mikroba

Sirih(mm)
Kunyit(mm)
Penycilin(mm)
Streptomycin(mm)
Larfis(mm)
1
-
15
-
14
5
2
-
-
14,5
18
6
3
14,3
14,5
12
31,5
6
4
7
6
-
-
6
5
6
7
7
15,5
6
6
-
9,5
11
11,5
2
7
13,5
7
16
16
6
8
11
9
7
23
5
9
-
-
7
27
6
10
-
15
17,5
25
9
Berdasaarkan tabel 2 di atas dapat disimpukan bahwa bakteri Bacillus sp. memiliki zona bening yang sangat luas pada bahan antimikroba Streptomycin yaitu seluas 31,5 mm. Pada bahan antimikroba sirih tertinggi seluas 14 mm, pada bahan antimikroba kunyit tertinggi seluas 15 mm, pada bahan antimikroba penicilin tertinggi seluas 17,5 mm.
Pembahasan
Pada dasarnya antimikroba yang digunakan adalah antibiotik, antiseptik, ekstrak kunyit dan ekstrak cengkeh. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan disinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya.
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sel atau merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan antimikroba bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya, dan melawan bakteri lain (Widjajanti 1996).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas anti mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang biak.
Pada uji zat antibiotik digunakan zat antibiotik alami dan buatan. Zat anti biotic alami yang digunakan adalah kunyit dan sirih, sedangkan zat antibiotic sintetik yang digunakan adalah penisilin dan streptomisin. Penisilin dan streptomisin termasuk golongan antibiotik penisilin. Sedangkan larutan larfis 0,85 % yang berisi larutan garam NaCl 0,85 % hanya berfungsi sebagai pembanding dengan bahan antimikroba lainnya. Penisilin dan streptomisin mempunyai sifat bakterisida penisilin normal, disebut antibiotika berspektrum luas karena antibiotik ini efektif terhadap banyak bakteri, baik gram-negatif maupun gram-positif, dan lebih aktif melawan infeksi bakteri gram negatif dan enterokokal.
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol. Komponen aktif dari daun sirih terdapat dalam minyak atsiri tersebut. Selain itu,sirih juga mengandung terprnnena, fenil propana, tannin, diastase, gula dan pati. Minyak atsiri dari daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif. Adapun beberapa penelitian berhasil menguji kemampuan aktivitas antibakteri terhadap enam jenis bakteri yang meliputi bakteri gram positif dan gram negatif seperti Bacillus cereus, Staphhylicoccus aureus, Listeriamonocytogenes, Escheria coli, salmonela typhimurium, dan Pseudomonas eruginosa. Pengujian aktivitas dilakukukan dengan menggunakan jenis pelarut ekstaksi yang dapat menghasilkan ekstrak sirih dengan aktivitas antibakteri yang kuat terhadap enam jenis bakteri patogen tersebut.
Kandungan utama kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid (Rukmana, 1995). Kunyit mengandung minyak atsiri keton sesquiterpena yaitu turmeron dan artumeron. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam kunyit memiliki aktifitas biologis. Sebagai anti bakteri, antioksidan dan anti hepatotoksik (Rukmana, 1995). Penggunaan kunyit sebagai anti fungi telah dilakukan terhadap beberapa jenis jamur diantaranya Fusarium udum(Singh & Rai, 2000), Coletotrichum falcatum Went,Fusarium moniliforme ,Xanthomonas axonopodis pv. Manihoti dan Alternaria solani). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kunyit dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur.
Berdasarkan data dan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa bakteri Aeromonas Hydrophila memiliki zona bening yang sangat luas pada bahan antimikroba Streptomycin yaitu seluas 44 mm. Pada bahan antimikroba sirih tertinggi seluas 18 mm, pada bahan antimikroba kunyit tertinggi seluas 10 mm, pada bahan antimikroba penicilin tertinggi seluas 25 mm. Sedangkan pada bakteri Bacillus sp. memiliki zona bening yang sangat luas pada bahan antimikroba Streptomycin yaitu seluas 31,5 mm. Pada bahan antimikroba sirih tertinggi seluas 14 mm, pada bahan antimikroba kunyit tertinggi seluas 15 mm, pada bahan antimikroba penicilin tertinggi seluas 17,5 mm.
Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa penicillin, streptomycin, ekstrak sirih, dan ekstrak kunyit merupakan bahan antimikroba yang cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophilia, dan Bacillus sp. Semua bahan antimikroba menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri karena semuanya hampir menunjukkan adanya zona bening. Zona bening tersebut terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut, Antimikroba yang berbeda memiiki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson 1982).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa antimikroba ektrak sirih, kunyit, penicilin dan streptomycyin cocok untuk bakteri Aeromonas hydrophilia, dan Bacillus sp. Namun, ektrak sirih kurang cocok pada bakteri-bakteri tersebut karena tidak dapat menghasilkan zona bening pada kelompok praktikan lainnya.
Saran
Sebaiknya saat praktikum disediakan bakteri lain selain Aeromonas hydrophilia dan Bacillus sp sehingga dapat mengetahui bakteri yang sangat cocok pada beberapa bahan antimikroba yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy, 2008, Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Dwidjoseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Jawetz, Melnick, dan Aldelberg.2001. Mikrobiologi Kedokteran buku1. Salemba.
Medika.Surabaya.
Lutfi, Ahmad, 2004, Kimia Lingkungan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Rukmana, R. (1995).Kunyit. Kanisius:Yogyakarta.
Singh, g., Singh, o.p. & Maurya, s. (2002).Chemical and biocidal investigations on
essential oils of some Indian Curcuma species. Progress in Crystal Growth and Characterization of Materials 45: 75-81. [Online].
Wattimena.1987. Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Lab ultur Jaringan Tanaman
PAU Bioteknologi IPB .Bogor.
Widjajanti, U, Nuraini, 1996. Obat-obatan. Kanisus, Yogyakarta.
LAMPIRAN

Ekstrak kunyit Penicylin Streptomycyn



Ekstrak sirih larutan larfis Bakteri Bacillus sp.

Bakteri Aeromonas hydrophylia Kertas Cakram Spreader dan penjepit

Hasil pada bakteri Aeromonas hydrophylia dan Bacillus sp. Pengukuran Zona bening





Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.