Semangkuk Setup Solo dan Trio Jones

May 27, 2017 | Autor: Aditya Suprayitno | Categoría: Taxation, Pajak
Share Embed


Descripción

Alberto tersenyum puas melihat hasil masakannya sore itu, bau harum dari setup solo buatannya tercium sampai keluar dapur. Rupanya Alberto baru saja selesai mempraktikan hasil kursus memasaknya. Kholis yang baru dari tadi asyik bermain DOTA tak kuasa untuk langsung beranjak dari kamar dan mencicipinya masakan Alberto, demikian pula dengan Iwan yang seharian galau di kamar karena ditinggal kekasihnya, Aulia, pun ikut beranjak ingin mencicipinya. Namun sayang, rupanya Alberto hanya membuat seporsi saja sehingga ketiga manusia jones yang lapar ini ribut. Alberto tidak ingin berbagi dengan yang lain karena dia sudah capek masak, sedang Kholis merasa berhak untuk mendapatkan bagian karena dia yang membayar biaya kursus memasak Alberto sedang Iwan mengklaim dia juga berhak karena Kholis dan Alberto menumpang di rumahnya. Jika setup solo ini diibaratkan seperti laba perusahan, maka perebutan makanan diantara ketiga jones ini betul-betul terjadi di dalam lingkup perusahaan. Alberto selaku pembuat makanan ibaratnya adalah seorang manajer perusahaan sedang Kholis adalah share holder yang membiayai perusahaan dan iwan adalah pemerintah dalam hal ini otoritas pajak. Bagi manajer dan share holder, keberadaan otoritas pajak ini tak ubahnya seperti preman yang mentang-mentang berkuasa lalu seenaknya saja meminta jatah preman. Sedangkan manajer sendiri juga tidak menyukai keberadaan pemegang saham karena yang menurut manajer para pemegang saham cuma menyetorkan uang saja sedangkan yang harus bekerja keras adalah manajer. Di lain pihak pemegang saham dan pemerintah juga tidak mudah percaya dengan para manajer, jangan-jangan apa yang dihasilkan ini sudah disembunyikan dulu sebagian. Dengan tata kelola perusahaan yang disusun dengan baik oleh para manajer,laba yang dihasilkan juga semakin besar, jika demikian apakah para pemegang saham dan manajer rela berbagi keuntungan dengan otoritas pajak? Tentu saja tidak!! Hubungan antara tata kelola perusahaan dan pajak pernah dilakukan oleh Desai, Dyck, dan Zingales tahun 2007. Dari penelitiannya ditemukan bukti bahwa ternyata pihak pemegang saham maupun pihak otoritas pajak yang terlihat bermusuhan ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu jangan sampai manajer mengambil keuntungan sendiri dari laba perusahaan secara ilegal, dan besarnya laba yang diambil secara ilegal ini berbanding terbalik dengan tata kelola perusahaan sendiri. Semakin bagus desainnya, keuntungan ilegal yang diambil semakin sedikit. Lalu apa hubungannya dengan ooritas pajak? Nah, ternyata peran penegakan hukum oleh otoritas pajak disini bisa memberbaiki tata kelola dan nilai perusahaan itu. Hal inilah yang akhirnya membuat otoritas dan para pemegang saham berada dikubu yang sama untuk berperang dengan manajer perusahaan. Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala di tahun 2009. Fokusnya adalah pada manajemen laba dengan penghindaran pajak perusahaan yang dilakukan manajer. Pada penelitian ini, agency theory problem tadi semakin jelas terlihat. Kegiatan penghidaran pajak ini dilakukan misalnya dengan tax sheltering atau manipulasi laporan keuangan misalnya dengan memperbesar book tax gap antara laporan yang dibuat berdasar standar akuntansi dengan yang dibuat berdasar aturan pajak. Ternyata penghindaran pajak yang dilakukan manajer ini tidak semata menghindari otoritas pajak, tapi juga memperbesar keuntungan manajer sendiri dan menyembunyikan hal itu dari pemegang saham. Disini ternyata pemegang saham dan otoritas pajak berada di satu kubu lagi dengan manajer sebagai tokoh antagonisnya, sama dengan penelitian sebelumnya.
Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.