Review Perencanaan Proses

July 27, 2017 | Autor: Anton Pramono | Categoría: Operations Management, Accounting
Share Embed


Descripción

Reviu Perencanaan Proses


Ada beberapa hal yang terkait dengan perencanaan proses yaitu: 1)
batas produksi minimal, 2) persoalan beli atau buat komponen produk, 3)jika
ada produk yang terus menerus rugi maka perlu diputuskan apakah produk
tersebut akan dihentikan produksinya atau tetap diproduksi walaupun rugi,
4) apabila terdapat teknologi baru, apakah perusahaan perlu segera
menggantikan teknologi yang lama dengan teknologi baru atau tidak.
Analisis impas adalah analisis hubungan antara volume, biaya, dan
keuntungan. Untuk dapat melakukan analisis impas perlu diketahui berapa
besarnya harga jual per unit produk perusahaan. Selain itu seluruh biaya
dalam perusahaan harus dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada
tingkat kegiatan, di dalam batas kapasitas dan waktu tertentu. Biaya
variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan
aktivitas. Terdapat tiga macam biaya variabel yaitu biaya variabel
progresif, biaya variabel proporsional, dan biaya vriabel degresif. Untuk
perhitungan dalam pembahasan, biaya variabel yang digunakan adalah biaya
variabel proporsional. Biaya variabel proporsional adalah biaya variabel
yang jumlahnya tetap sebanding dengan pertambahan besar kegiatan. Biaya
semi variabel yaitu biaya yang bukan merupakan biaya tetap dan bukan biaya
variabel.
Contoh analisis impas untuk beberapa keputusan yang diperlukan untuk
perencanaan proses produksi. Untuk analisis digunakan data sebagai berikut.
Harga jual produk per unit adalah Rp2.500,00. Biaya tetap per periode
sebesar seratus juta rupiah. Biaya variabel per unit Rp1.700,00. Dari data
tersebut kita menyusun analisis impas untuk kepentingan perencanaan proses,
yaitu produksi minimal, target keuntungan, marjin pengaman, dan titik tutup
usaha.

Produksi minimal akan diketahui melalui titik impas. Titik impas
dihitung dari biaya tetap dibagi dengan kontribusi marjin atau marginal
income (MI). Kontribusi marjin adalah selisih antara harga jual per unit
dan biaya variabel per unit. Besarnya MI adalah Rp2.500,00. - Rp1.700,00 =
atau Rp 800,00 per unit. Besarnya biaya tetap per periode adalah seratus
juta rupiah. Jadi titik impas adalah seratus juta rupiah dibagi dengan
delapan ratus rupiah per unit atau sama dengan seratus dua puluh lima ribu
unit untuk setiap periode. Dengan mengetahui titik impas sebesar 125.000
unit per periode, maka jika perusahaan tidak ingin menanggung kerugian,
proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan minimal sebesar seratus dua
puluh lima ribu unit per periode.

Pada tingkat berapa seharusnya proses produksi dilakukan oleh
perusahaan? perhitungan target penjualan dihitung dengan cara menjumlahkan
keuntungan yng diinginkan dengan biaya tetap dibagi dengan kontribusi
marjin. Biaya tetap per periode adalah seratus juta rupiah. Misalnya
keuntungan yang diinginkan adalah empat ratus juta rupiah. Jumlah keduanya
adalah lima ratus juta rupiah. Jumlah ini dibagi dengan delapan ratus
rupiah per unit (kontribusi marjin), maka diperoleh angka enam ratus dua
puluh lima ribu unit. Artinya untuk mendapatkan keuntungan sebesar empat
ratus juta rupiah, maka perusahaan dalam periode tersebut harus mampu
memproduksi dan menjual produk sejumlah 625.000 unit. Jika kurang dari
jumlah itu maka jumlah keuntungan yang diharapkan manajemen perusahaan
tidak akan tercapai.

Benarkah jika perusahaan merencanakan proses produksi sebesar 125.000
unit benar-benar tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian?
Benarkah jika perusahaan memproduksi produk sejumlah 625.000 unit
perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar empat ratus juta rupiah
sebagaimana diinginkan oleh manajemen? Pendapatan di hitung dengan
mengalikan jumlah unit dengan harga jual per unit. Jumlah biaya merupakan
penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel merupakan
perkalian antara jumlah unit dengan biaya variabel per unit. Seperti
terlihat pada tabel1.1.

Tabel 1.1. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan

"Volume (q) "125.000 unit "625.000 unit "
"Harga per unit (p) dalam "2.500,00 "2.500,00 "
"rupiah " " "
"Pendapatan (p x q) "312.500.000,00 "1.562.500.000,00"
"Jumlah biaya tetap (Rp) "100.000.000,00 "100.000.000,00 "
"Jumlah biaya variabel (Rp) "212.500.000,00 "1.062.500.000,00"
"Jumlah biaya (Rp) "312.500.000,00 "1.162.500.000,00"
"Keuntungan (Rp) "000,00 "400.000.000,00 "


Volume sebesar 625.000 unit adalah jumlah yang ditargetkan perusahaan
untuk dicapai, artinya dapat diproduksi dan dijual oleh perusahaan.

Marjin pengaman (margin of safety) atau MS. Besarnya MS dihitung
melalui selisih antara target penjualan dan titik impas, kemudian dibagi
dengan target penjualan. Jika target penjualan per periode sebesar 625.000
unit sementara titik impas untuk periode tersebut adalah sebesar 125.000
unit, maka selisih keduanya dapat dihitung sama dengan 500.000 unit.
Apabila kita hitung 500.000 unit dibagi dengan 625.000 unit akan diperoleh
0,80 atau 80%. Hal ini berarti apabila penurunan penjualan dari target
belum mencapai 80% maka perusahaan masih memperoleh keuntungan. Dengan
diketahuinya besarnya MS maka manajemen cukup mengetahui berapa penurunan
penjualan yang terjadi dibandingkan dengan target penjualan. Sejauh
penurunan itu tidak lebih besar dari pada MS maka perusahaan masih dapat
memperoleh keuntungan.

Untuk menentukan apakah perusahaan akan di tutup atau tetap jalan
terus walaupun rugi, yang perlu diperhatikan adalah biaya tetap tunai.
Titik tutup usaha dihitung dengan rumus biaya tetap tunai dibagi dengan
kontribsi marjin. Dengan demikian titik tutup usaha sama dengan enam puluh
juta rupiah dibagi dengan delapan ratus rupiah per unit. Dari perhitungan
sederhana tersebut diperoleh hasil perhitungan bahwa TTU akan sama dengan
75.000 unit. Hal ini berarti apabila perusahaan tidak mampu memproduksi dan
menjual produk minimal sejumlah 75.000 unit setiap periodenya, lebih baik
perusahaan tersebut ditutup saja dari pada menderita kerugian yang lebih
besar.

Keputusan beli atau buat, perlu ditentukan dengan cermat. Sebagai
ilustrasi Untuk memproduksi sebuah komponen produk diperlukan biaya sebesar
Rp10.000,00 per unit komponen. Adapun biaya sepuluh ribu rupiah ini terdiri
dari biaya bahan baku per unit komponen produk seribu rupiah, tenaga kerja
langsung per unit komponen produk sebesar dua ribu rupiah, biaya pabrik
tidak langsung (BOP) variabel per unit komponen produk sebesar tiga ribu
rupiah, dan BOP tetap per unit komponen produk sebesar empat ribu rupiah.
Persoalan yang dihadapi perusahaan yang memerlukan komponan produk adalah,
apakah akan tetap memproduksi sendiri dengan biaya sepuluh ribu rupiah per
unit ataukah akan membeli saja dengan harga delapan ribu rupiah per unit
dari perusahaan lain. Tabel 1.2 merupakan ikhtisar alternatif keputusan
yang dapat diambil oleh perusahaan.

Tabel 1.2. Ikhtisar Keputusan Beli atau Buat Sendiri

"Kondisi "Beli (Rp)"Buat (Rp) "Keputusan "
"Umur ekonomis sudah habis "8.000 "10.000 "Beli "
"UE belum habis, BOP bisa "8.000 "10.000 "Beli "
"dialihkan " " " "
"UE belum habis, BOP tidak bisa "12.000 "10.000 "Buat "
"dialihkan " " "sendiri "


Jika terdapat sebuah atau lebih produk perusahaan yang ternyata
menimbulkan kerugian, apakah tetap diproduksi ataukah dihentikan saja
produksinya? Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan memproduksi dan
menjual tiga macam produk seperti pada tabel 1.3.

Tabel 1.3. Harga dan Biaya/unit Produk A, B, dan C

"Produk "A "B "C "
"Harga jual (Rp) "70.000 "90.000 "75.000 "
"Bahan baku (Rp) "11.000 "17.000 "16.000 "
"Tenaga kerja langsung "10.000 "14.000 "15.000 "
"(Rp) " " " "
"BOP variabel (Rp) "12.000 "15.000 "15.000 "


Besarnya BOP tetap per periode adalah Rp90.000.000,00. Manajemen
perusahaan mempunyai kebijakan bahwa semua biaya BOP tetap akan dibagi rata
kepada masing-masing produk yang diproduksi. Oleh karena ada tiga macam
produk yang diproduksi maka setiap produk akan mempunyai beban BOP tetap
sebesar sembilan puluh juta rupiah dibagi tiga atau sama dengan tiga puluh
juta rupiah. Jika rencana proses produksi direncanakan sebesar seribu unit
untuk masing-masing produk, maka pendapatan, biaya, dan keuntungan akan
terlihat sebagaimana dalam tabel 1.4.










Tabel 1.4. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Produk A, B, dan C

"Produk "A "B "C "Total "
"Pendapatan (Rp) "70.000.000"90.000.000"75.000.000"235.000.000 "
"Bahan baku (Rp) "11.000.000"17.000.000"16.000.000" 44.000.000"
"Tenaga kerja langsung "10.000.000"14.000.000"15.000.000" 39.000.000"
"(Rp) " " " " "
"BOP variabel (Rp) "12.000.000"15.000.000"15.000.000" 42.000.000"
"BOP tetap (Rp) "30.000.000"30.000.000"30.000.000" 90.000.000"
"Jumlah Biaya (Rp) "63.000.000"76.000.000"76.000.000"215.000.000 "
"Keuntungan (Rp) " "14.000.000"- " 20.000.000"
" "7.000.000 " "1.000.000 " "


Dari Tabel 1.4 terlihat bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh
perusahaan adalah sebesar dua puluh juta rupiah. Keuntungan diperoleh
melalui produk A dan B masing-masing tujuh juta rupiah dan empat belas juta
rupiah, sementara produk C menyumbangkan kerugian sebesar satu juta rupiah.
Bagaimana jika produk C tidak usah diproduksi saja, bukankah keuntungan
keseluruhan akan dapat ditingkatkan karena produk yang merugikan perusahaan
telah ditinggalkan? Apakah benar demikian halnya, marilah kita lihat
seandainya produk C tidak diproduksi oleh perusahaan tersebut.

Tabel 1.5. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Produk A, B, Tanpa C

"Produk "A "B "C "Total "
"Pendapatan (Rp) "70.000.000"90.000.000"0 "160.000.000 "
"Bahan baku (Rp) "11.000.000"17.000.000"0 " 28.000.000"
"Tenaga kerja langsung "10.000.000"14.000.000"0 " 24.000.000"
"(Rp) " " " " "
"BOP variabel (Rp) "12.000.000"15.000.000"0 " 27.000.000"
"BOP tetap (Rp) "30.000.000"30.000.000" " 90.000.000"
" " " "30.000.000" "
"Jumlah Biaya (Rp) "63.000.000"76.000.000"- "169.000.000 "
" " " "30.000.000" "
"Keuntungan (Rp) " "14.000.000"- " - "
" "7.000.000 " "30.000.000"9.000.000 "


Ternyata dari contoh apabila produk C tidak diproduksi, kerugian
perusahaan justru bertambah besar, karena meskipun produk C merupakan
produk rugi namun produk tersebut telah memberikan kontribusi terhadap
perusahaan. Sehingga apabila produk tidak diproduksi maka kontribusi produk
juga akan hilang dan ini akan mengakibatkan kerugian perusahaan justru
menjadi bertambah besar.

Apakah sekarang sudah saatnya perusahaan melakukan penggantian
teknologi? Sebagai ilustrasi, mengunakan teknologi yang ada sekarang
perusahaan beoperasi dengan mengeluarkan biaya tetap per periode sebesar
Rp10.000.000,00 per periode. Proses produksi yang dilaksanakan perusahaan
memerlukan biaya variabel, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan BOP variabel, berjumlah Rp10.000,00 per unit produk. Jumlah
produksi dan penjualan per periode yang dilakukan perusahaan berkisar
antara 15.000 unit sampai dengan 20.000 unit produk. Sebenarnya mesin dan
peralatan produksi yang digunakan sekarang mampu untuk berproduksi sampai
dengan 35.000 unit produk per periode, namun karena masalah pemasaran maka
produksi hanya dilakukan dalam jumlah seperti disebutkan di atas. Berhubung
mesin dan peralatan produksi sudah saatnya diganti karena umur ekonomis
hampir habis, manajemen mempertimbangkan apakah akan mengguakan mesin dan
peralatan produksi dengan teknologi yang lebih baru ataukah sekedar
memperbaharui mesin dengan teknologi yang sama dengan mesin sebelumnya.
Setelah dilakukan analisis ternyata mesin dan peralatan produksi mampu
memberikan penghematan biaya variabel dengan jumlah yang sangat signifikan,
yaitu dari Rp10.000,00 apabila menggunakan teknologi lama menjadi
Rp3.000,00 apabila menggunakan teknologi baru. Tabel 1.6 menunjukkan
perbandingan biaya operasional kedua macam teknologi .

Tabel 1.6. Biaya Operasional teknlogi Lama dan Teknologi Baru

"Kapasitas "Teknologi Lama (Rp) "Teknologi Baru (Rp) "
"10.000 unit "110.000.000 "180.000.000 "
"15.000 unit "160.000.000 "195.000.000 "
"20.000 unit "210.000.000 "210.000.000 "
"25.000 unit "260.000.000 "225.000.000 "
"30.000 unit "310.000.000 "240.000.000 "
"35.000 unit "360.000.000 "255.000.000 "
"40.000 unit "410.000.000 "270.000.000 "
"45.000 unit "460.000.000 "285.000.000 "
"50.000 unit "510.000.000 "300.000.000 "


Untuk teknologi lama pada kapasitas 10.000 unit biayanya dihitung
biaya tetap sebesar Rp 10.000.000,00 ditambah dengan biaya variabel sebesar
10.000 unit dikalikan dengan Rp10.000,00 per unit atau sama dengan
Rp100.000.000,00 sehingga jumlah biaya tetap dan biaya variabel sama dengan
Rp110.000.000,00. Demikian pula untuk kapasitas yang lain, yang berubah
adalah biaya variabelnya. Untuk biaya dengan teknologi baru juga dihitung
dengan cara yang sama, biaya tetap ditambah dengan biaya variabel pada
masing-masing kapasitas. Dalam contoh di atas, apabila perusahaan
menggunakan kaasitas 20.000 unit per periode, biaya yang dikeluarkan akan
sama saja baik perusahaan menggunaan teknologi lama maupun perusahaan
menggunakan teknologi yang baru. Apabila perusahaan bergerak dibawah
kapasitas tersebut ternyata lebih menguntungkan beoperasi dengan
menggunakan teknologi lama. Sebaliknya apabila perusahaan beroperasi dalam
jumlah besar, lebih dari 20.000 unit per periode lebih murah menggunakan
teknologi baru. Keputusan ada pada seberapa banyak rencana produksi dan
penjualan produk per periode sehingga manajemen dapat memilih sebaiknya
menggunakan teknolgi lama atau yang baru.
Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.