Proposal asgun

June 14, 2017 | Autor: Ari Gunawan | Categoría: 3D Laser scanning
Share Embed


Descripción





17

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini memberikan dampak terhadap bidang ilmu pengetahuan, salah satunya bidang engineering. Semakin kompleksnya pekerjaan engineering yang menitikberatkan pada ketelitian dan kecepatan tinggi, membuat seorang engineer dituntut untuk menciptakan instrumen yang up to date agar dapat menjawab segala tantangan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perubahan terhadap alat-alat konvensional menjadi alat survei yang modern dan canggih.
Pada tahun 1975 muncul teknologi baru yakni Kurzweil Reading Machine beserta software Omni-Font OCR (Optical Character Recognation) yang dikembangkan oleh Ray Kurzweil dan tim. Software ini berfungsi mengenali tulisan yang ada dalam objek yang di-scan dan menerjemahkannya menjadi data dalam bentuk teks. Dari awal perkembangan itulah teknologi scanner akhirnya terus berkembang sampai saat ini dengan teknologi yang semakin lama semakin maju. Kini scanner dapat digunakan untuk melakukan scanning objek tiga dimensi dan film negatif (Tarihoran, 2013).
Scanner atau pemindaian tiga dimensi adalah sebuah perangkat untuk menganalisa objek nyata dan lingkungan, scanner tiga dimensi digunakan untuk mengumpulkan data bentuk dan penampilan objek. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk membangun model digital berbentuk tiga dimensi. Teknologi ini menggabungkan kemampuan antara hardware untuk melihat objek dan software yang digunakan untuk mengolah data yang diterima oleh hardware tersebut. Sistem pemindaian objek ini akan menerima data gambar dua dimensi berupa siluet yang diterima dari sinar laser, lalu secara otomatis software akan mengolah siluet tersebut dan menjadikannya objek tiga dimensi.
Pada tahun-tahun terakhir ini scanner tiga dimensi semakin marak dan popular untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang karena dapat menurunkan biaya, meningkatkan efektifitas, efisien, dan akurasi dari suatu pekerjaan seperti industri desain, reverse engineering and prototyping, medis, dan lain-lain. Banyak macam alat atau teknologi yang dapat digunakan dalam melakukan scanner atau pemindaian tiga dimensi ini, seperti Cyberware WB4, Cyberware Model 15, Digibot II, Applied Research Hand-Held Scanner, Autoscan (Borghese dkk, 1998) serta David Laser Scanner, yang mana setiap alat atau teknologi tersebut mempunyai keterbatasan dan kelebihan masing-masing.
Pada penelitian ini, sebuah perangkat software tiga dimensi bernama David Laser Scanner akan diteliti performansinya dengan antropometri seluruh tubuh manusia sebagai objek. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nathania N.A. (2015) dengan menggunakan objek berupa antropometri salah satu anggota tubuh manusia yaitu telapak kaki dan Asri M. (2014) dengan menggunakan tiga bentuk objek yaitu piramida, kaleng, dan prisma segi delapan.
Hasil data antropometri yang berkaitan dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam pembuatan suatu produk seperti menentukan bentuk, dimensi, dan ukuran padafit clothing atau apparel, hal ini dikarenakan hasil data yang diperoleh dengan menggunakan scanner tiga dimensi memiliki tingkat ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran konvensional atau manual.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menguji validasi dan reliabilitas serta optimasi David Laser Scanner pada pengukuran antropometri seluruh tubuh manusia.

Asumsi dan Batasan Masalah
Asumsi dan batasan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut:
Parameter performansi pada penelitian ini dilihat berdasarkan uji validitas dan reliabilitas data-data hasil pengukuran dengan menggunakan David Laser Scanner.
Pengukuran antropometri tubuh yang dilakukan hanya pada variabel yang telah ditetapkan, yaitu:
Table 1.1. Variabel Pengukuran Antropometri Tubuh
No
Variabel
No
Variabel
1
tinggi badan
7
lingkar pinggul
2
lingkar leher
8
jarak bahu ke pergelangan tangan
3
jarak bahu ke pinggul
9
jarak bahu ke siku
4
lebar bahu
10
jarak pinggul ke telapak kaki
5
lingkar dada
11
jarak pinggul ke lutut
6
lingkar perut
12
lingkar pergelangan kaki

Saat pengukuran dengan 3D scanning responden menggunakan pakaian yang disiapkan oleh peneliti.
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap responden yakni, pengukuran manual dan pengukuran dengan menggunakan scanner tiga dimensi.
Pengukuran manual dianggap valid dan reliabel karena sebagai pembanding untuk pengukuran menggunakan scanner tiga dimensi.


Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran antropometri tubuh manusia secara tiga dimensi.
Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengukuran antropometri tubuh manusia menggunakan scanner tiga dimensi.
Merancang sistem pengukuran antropometri yang baik dan benar dengan menggunakan scanner tiga dimensi.
Dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang model 3D tubuh manusia menggunakan David Laser Scanner yang lebih efektif dan efisien kedepannya.


Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu lebih mengoptimalkan penggunaan David Laser Scanner sehingga dapat dijadikan metode baru dalam melakukan pengukuran antropometri yang hasilnya valid dan reliable, serta menghasilkan model dalam bentuk 3D yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan suatu produk, salah satunya adalah dalam desain pakaian atau clothing.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai pengukuran antropometri dengan menggunakan scanner tiga dimensi sebelumnya telah dilakukan oleh Phoebe R. Apeagyei (2010) yakni menilai atau mengkaji pengaplikasian teknologi 3D scanner terhadap pengurun tubuh manusia dalam pembuatan pakaian atau clothing. Fokus penelitian adalah penyusunan data pengukuran untuk revisi grafik ukuran dan pengujian terhadap clothing fit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah NX16 dengan subjek 191 wanita dengan rentan usia antara 19 sampai 44 tahun. Data yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya diproses kedalam Ms.Excel dan SPSS serta analisis statistik untuk pengembangan revisi grafik ukuran. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara ukuran yang digunakan sekarang (hasil pengembangan tahun 1999) dengan ukuran baru yang dikembangkan oleh penelian yang dilakukan.
Penelitian lainnya mengenai pengukuran antropometri tubuh manusia dilakukan oleh Muslim E. dkk (2014) yakni mengembangkan ukuran standar pakaian anak Indonesia yang diharapkan dapat dijadikan sebagai standar nasional dan rekomendasi dalam design SNI. Dalam penelitian ini alat yang digunakan berupa3D Body Scanner atau Anthroscan dengan subjek penelitian anak laki-laki berusia 7 sampai 12 tahun sebanyak 115 anak. Variabel yang digunakan sebanyak 28 dimensi tubuh dari 115 dimensi yang tersedia berdasarkan hasil scanning.












Tabel 2.1. Variabel yang Digunakan Dalam Penelitian
No
Variable
No
Variable
1
Body height
15
Arm length right
2
Mid neck girth
16
Upper arm length left
3
Neck at base girth
17
upper arm length rigth
4
Cross Shoulder
18
Forearm length left
5
Shoulder width left
19
forearm length right
6
Shoulder width rigth
20
Upper arm girth left
7
Across front width
21
Upper arm girth right
8
Bust/chest girth
22
Elbow girth left
9
across back width
23
Elbow girth right
10
waist girth
24
Forearm girth left
11
Buttock girth
25
Forearm girth right
12
Hip girth
26
Wrist girth left
13
Maximum belly circumference
27
Wrist girth right
14
Arm length left
28
Weigth

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara interval ukuran dan control dimensi yang diperoleh dari pengamatan dengan ISO 3636: 1977 dan SNI 08-0555-1995. Perbedaan interval ukuran dan kontrol dimensi ini menunjukkan bahwa SNI 08-0555-1995 perlu diperbaharui dari waktu ke waktu dan ISO 3636: 1977 tidak dapat langsung diterapkan dalam hal merancang suatu produk tertentu di negara tertentu.
Fourie Z., dkk (2011) melakukan penelitian tentang 3D scanning system dengan menggunakan tiga alat yang berbeda yakni laser surface scanning (Minolta Vivid 900), cone beam computed tomography (CBCT), dan 3D stereo-photogrammetry (Di3D). Tujuan dari penelitian tersebut adalah melakukan evaluasi terhadap akurasi dan reliabilitas pengukuran standar linear antropometri dengan objek berupa wajah manusia yang berasal dari tujuh kepala manusia yang baru wafat. Tingkat reliabilitas dan keakurasian dalam penelitian tersebut dinilai melalui serangkaian 21 standar yang ada, pengukuran linear wajah diperoleh dari 15 landmark yang diambil baik itu secara langsung pada wajah dengan menggunakan satu set caliper digital, maupun secara tidak langsung dengan menggunakan jaringan lunak tiga dimensi yang berasal dari CBCT, laser surface scans dan 3D photograph.
Analisis statistik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada penelitian ini adalah metode intraclass correlation coefficients (ICCs). Sedangkan untuk menentukan tingkat akurasi metode yang digunakan adalah absolute error (AE) dan absolute percentage error (APE) berdasarkan perbandingan pengukuran tiga dimensi dengan pengukuran antropometri tubuh. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua semua sistem atau alat yang digunakan telah reliabeldan akurat sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia penelitian dan juga dunia medis.
Pengembangan teknologi tiga dimensi dapat membuat pengukuran antropometri tubuh menjadi lebih efisien. Lu dan Wang (2008) telah melakukan pengembangan teknologi ini, yang mana alat yang digunakan adalah Vitus 3-D 1600 dengan empat set laser beams dan CCD kamera. Dalam mendapatkan hasil scanning yang optimal, postur dan pakaian dari subjek harus disesuaikan dengan standar pengukuran.Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah dalam menganalisis gambar tiga dimensi, yaitu membagi bagian tubuh dengan menganalisis siluet dua dimensinya. Kemudian, melakukan estimasi perkiraan lokasi sebagai referensi untuk awal pemberian landmarks. Selanjutnya membangun empat algoritma termasuk analisis siluet, penentuan lingkar minimum, pendeteksian grey-scale, dan ploting kontur tubuh untuk mengekstrak 12 landmarks dan tiga karakteristik pada tubuh. Pada akhirnya diperoleh sebanyak 104 data antropometri. Untuk mengevaluasi validitas dan reliabilitas pada sistem yang digunakan, dilakukan pengujian terhadap 189 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tersebut telah tepat dan efektifdigunakan.


Tabel 2.2. Penelitian 3D Scanning
No
Judul
Pengarang
Tahun
Alat
Hasil
1
The Development of Standard Sizefor Clothes of Indonesian BoysBased on Anthropometric Data asReference to Formulate RSNI 0555:2013
Muslim dkk
2014
3D Body Scanner / Antrhoscan
Perbedaan interval ukuran dan dimensi kontrol yang diperoleh dari penelitian ini dibandingkan dengan SNI 08-0555-1995 dan ISO 3636:1977 menunjukkan bahwa SNI perlu diperbarui dari waktu ke waktu dan ISO tidak dapat langsung diterapkan dalam hal merancang suatu produk tertentu di negara tertentu
2
Evaluation of Anthropometric Accuracy and Reliability Using Different Three-Dimensional Scanning Systems
Fourie Z., dkk
2011
laser surface scanning (Minolta Vivid 900), cone beam computed tomography (CBCT), dan 3D stereo-photogrammetry (Di3D)
Semua sistem atau alat yang digunakan pada penelitian ini telah reliabel dan akurat sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia penelitian dan juga dunia medis.
2
Application of 3D Body Scanning Technology to Human Measurement for Clothing Fit
Phoebe R. Apeagyei
2010
NX16
Terdapat perbedaan signifikan antara ukuran yang digunakan (hasil pengembangan tahun 1999) dengan ukuran baru hasil penelitian terhadap ukuran tubuh manusia dalam pembuatan pakaian atau clothing fit.



No
Judul
Pengarang
Tahun
Alat
Hasil
4
Automated Anthropotric Data Colellection, Using 3D Whole Body Scanners
Lu J.M. dan Mao-Jiun J.W.
2008
Vitus 3-D 1600
Langkah-langkah dalam analisis gambar tiga dimensi yang berupa analisis siluet dua dimensi bagian tubuh, estimasi perkiraan lokasi dalam pemberian landmark, serta membangun empat logaritma (analisis siluet, penentuan lingkar minimum, pendeteksian grey-scale dan ploting kontur tubuh) telah tepat dan efektif digunakan untuk mendapatkan hasil scanning yang optimal.

BAB III
LANDASAN TEORI
3D Scanning
Teknologi 3D scanning dapat diaplikasikan dalam banyak bidang seperti analisis statistik, pemodelan, animasi, obat-obatan, antropometri, dan pakaian. 3D scanning juga mampu mencakup beberapa besaran skala objek. Pada dasarnya, teknologi ini berusaha untuk mentransformasi dunia nyata kedalam bentuk digital dari titik koordinat X, Y, dan Z (Straub dkk, 2014). Perangkat yang berfungsi untuk mentransformasikan obyek nyata kedalam bentuk digital atau tiga dimensi sering kita sebut sebagai scanner tiga dimensi.
Secara umum terdapat dua jenis tipe scanner tiga dimensi ini yang dibedakan berdasarkan proses kerjanya, yaitu:
Scanner tiga dimensi tipe contact. Sistem kerja dari scanner ini adalah mengumpulkan data dari permukaan sebuah obyek tiga dimensi dengan melakukan contact langsung. Salah satu contoh scanner jenis ini adalah Coordinate Measuring Machine (CMM) yang sering digunakan dalam manufacturing, dengan keunggulan utama pada hasilnya yang presisi. Selain CMM contoh lainnya adalah Computer Generated Imagey (CGI) yang biasa digunakan untuk mengukur titik-titik koordinat penting pada sebuah model yang terbuat dari lilin atau tanah liat.
Scanner tiga dimensi tipe non-contact. Sistem kerja dari scanner ini tidak membutuhkan kontak secara fisik dengan objek yang akan di-scan. Saat memindai sebuah obyek, sistem scanner akan mendeteksi permukaan dari obyek tersebut. Tipe-tipe emisi atau pancaran yang mungkin digunakan adalah cahaya, ultrasound atau sinar X. Teknologi yang digunakan oleh metode ini diantaranya adalah time-of-flight, tringulasi, conoscopic holography, cahaya terstruktru, dan cahaya teratur.


Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergos yang berarti 'kerja' dan nomos yang berarti 'hukum'. Jadi asal kata ergonomi dapat diartikan sebagai hukum kerja atau aturan kerja.
International Ergonomics Society (IEA) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu anatomi, fisiologi, dan psikologi yang mempengaruhi manusia dalam lingkungan kerjanya yang memperhatikan bagaimana cara mengoptimalkan efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, rumah dan tempat bermain. Berdasarkan pengartian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu terapan dari berbagai muldisiplin ilmu mengenai hubungan antara manusia dengan pekerjaan, peralatan kerja, dan lingkungan kerjanya dimana manusia menjadi fokus utama didalamnya.
Secara umum penerapan ergonomi bertujuan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Fokus utama dari penerepannya tersebut melibatkan tiga komponen utama yaitu manusia, mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan yang dikenal dengan istilah worksystem.
Secara lebih luas dalam pernerapannya ergonomi juga mempertimbangkan beberapa aspek didalamnya, antara lain yaitu:
Pekerjaan yang dilakukan dan tuntutannya terhadap pekerjaan.
Peralatan yang digunakan. Aspek ini mencangkup ukuran, bentuk dan kesesuaiannya dengan pekerjaan.
Informasi yang digunakan.
Lingkungan fisik. Aspek ini mencangkup temperature, kelembapan, pencahayaan, kebisingan, getaran, dll.
Lingkungan sosial, seperi kerja tim dan dukungan manajemen.
Antropometri
Antropometri merupakan salah satu bagian ilmu ergonomi, kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Antrhopos yang berarti manusia dan Metron berarti pengukuran. Secara definisi menurut Stevenson (1989) Antropometri adalah salah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia. Ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut berfungsi untuk penanganan masalah desain. Data ini dapat diaplikasikan apabila ada nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi dari suatu distribusi normal.
Wignjosoebroto (2011) menjelaskan bahwa terdapat 3 filosofi dasar dalam pengaplikasian data antropometri untuk membuat suatu desain alat/sistem, diantaranya adalah;
Perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim, namun tetap bisa digunakan untuk ukuran tubuh mayoritas populasi. Disini rancangan produk dibuat agar dapat memenuhi dua sasaran produk yaitu sesuai bagi tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dan juga tetap bisa digunakan untuk ukuran tubuh manusia yang lain.
Perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Antropometri sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu;
Antropometri statis, dimana pengukuran permukaan tubuh manusia dilakukan ketika berada dalam posisi diam dan linear.
Antropometri dinamis, pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dilakukan dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi ketika melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas, maka faktor-faktor lain seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis harus turut dipertimbangkan. Selain itu, data-data lain yang sesuai dengan tubuh manusia juga perlu diperhatikan didalamnya karena, semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, maka semakin terlihat besar pula variasi antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmennya (Nurmianto, 1996).
Dalam penerapannya, pengukuran antropometri dibagi menjadi dua cara, yaitu:
Pengukuran langsung dilakukan pada permukaan tubuh yang akan diukur dan secara langsung didapatkan data dimensinya. Alat-alat langsung yang biasa digunakan untuk pengukuran langsung adalah kursi antropometri, meteran, jangka sorong, dll.
Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan menggunakan metode fotografi, 3D scanning, dll. Pengukuran jenis ini membutuhkan alat bantu lain yang mendukung untuk mendapatkan data pengukuran.


Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau ketepatan suatu instrumen. Sedangkan uji validitas itu sendiri suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi atau content dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Uji validitas ini bertujuan untuk menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu:
Validitas isi. Validitas ini berkenaan dengan kesanggupan suatu instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
Validitas bangun pengertian (Construct validity). Validitas ini berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur pengertian-pengrtian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.
Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas ramalah artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes melainkan kriteria didalamnya, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan.
Perhitungan validasi dari sebuah instrumen dapat menggunakan rumus korelasi product moment atau dikenal juga dengan korelasi pearson. Adapun rumusnya sebagai berikut:
rxy=ni=1nxiyi-i=1nxii=1nyini=1nxi2-i=1nxi2ni=1nyi2-i=1nyi2 (3.1)
Keterangan:
rxy adalah koefisien korelasi antara variable x dan variable y
xi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable x
yi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable y
n adalah banyak data

Uji Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas
Menurut Puteri D.A.R. (2013) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut dilakukan secara berulang. Sedangkan uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu alat ukur. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin alat ukur yang digunakan merupakan sebuah alat ukur yang handal, konsisten, stabil dan dependibalitas, sehingga apabila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Dalam melakukan uji reliabilitas sebuah instrumenalat ukur terdapat beberapa metode didalamnya, antara lain adalah cronbach's Alpha, metode tes ulang (test retest), formula belah dua dari Spearman Brown, formula Flanagan, metode formula KR-20, dan metode Anova Hoyt.

Uji Reliabilitas Tes Ulang (Test Retest)
Metode ini dilakukan untuk mengetahui hasil pengukuran manual dan digital 3D atau scanning apakah sudah reliabel atau belum. Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan alat ukur yang akan digunakan sebanyak beberapa kali kepada responden. Jadi dalam hal ini peneliti akan melakukan pengukuran terhadap responden yang sama, alat ukur yang sama, namun waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka alat ukur yang digunakan dapat dinyataka telah reliable. Pengujian ini sering juga disebut stability.
Tahapan dalam melakukan perhitungan terhadap uji reliabilitas dengan menggunakan metode tes ulang (test retest) diantaranya yaitu:
Membuat hipotesis awal
H0: Pengukuran pertama dan pengukuran kedua tidak konsisten (tidak reliabel)
H1: Pengukuran pertama dan pengukuran kedua konsisten (reliabel)
Menentukan resiko kesalahan α=5%
Jika rhitung rtabel, maka H0 diterima
Jika rhitung> rtabel, maka H0 ditolak

Menghitung rhitung
r=n(XY)-(X)(Y)[n(X2)-X2][n(Y2)-(Y)2] (3.2)
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
x : skor item tertentu
y : skor total
n : jumlah responden
Melakukan perbandingan terhadap rtabel dan rhitung ,untuk mengetahui hipotesa mana yang akan diterima.
Membuat suatu keputusan berdasarkan hasil yang diperoleh, apakah menerima atau menolak H0.



BAB IV
METODE PENELITIAN
Obyek dan Lokasi Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah pengukuran antropometri seluruh tubuh manusia dengan subjek sebanyak 10 orang pria dengan rentan usia 19-23 tahun, yang mana teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Unversitas Gadjah Mada.

Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Software David Laser Scanner
Software Meshlab
Software Microsoft Excel
Software SPSS
Jangka Sorong
Meteran Pakaian
Alat Bantu Lain yang Terkait:
Laser Pointer
Tripod penyangga laser pointer dan dc motor
Kamera webcam
Tripod penyangga kamera webcam
Kotak kalibrasi

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yakni sebagai berikut
Studi Pustaka
Dalam penelitian ini pengambilan data melalui studi pustaka bertujuan untuk melakukan kajian terhadap penelitian sebelumnya sebagai gambaran awal mengenai latar belakang, metode, dan parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Eksperimen
Dalam melakukan eksperimen, peneliti sebelumnya akan menentukan faktor-faktor apa saja yang mungkin berpengaruh terhadap eksperimen ini. Setelah menentukan faktor yang mungkin berpengaruh, selanjutnya peneliti akan menentukan jumlah level yang akan digunakan dalam setiap faktor tersebut. Selain itu jumlah run percobaan, jumlah responden atau sampel yang akan diambil, serta parameter yang akan diukur menjadi pertimbangan peneliti selanjutnya. Untuk setiap treatment akan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dengan tujuan repeatability untuk mengestimasi kesalahan eksperimen dan juga meningkatkan kepresisian.

Tahapan dan Diagram Alir Penelitian
Tahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Studi pustaka dan studi pendahuluan
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini, yangmana hasil dari studi pustaka tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan DOE, selain itu hasil dari studi pustaka ini juga dapat digunakan untuk mengetahui secara umum parameter apa saja yang mempengaruhi proses 3D scanning sehingga bisa dijadikan faktor dalam penyusunan DOE.
Menentukan varibel independen
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan akan diketahui berbagai variabel independen yang dapat mempengaruhi proses pengukuran dimensi seluruh tubuh secara tiga dimensi. Untuk lebih memfokuskan objek penelitian, maka akan digunakan variabel independen yang dianggap paling berpengaruh terhadap hasil dari 3D scanning antropometri seluruh tubuh tersebut, diantranya adalah jarak 3D scanner dengan objek atau responden, resolusi kamera yang digunakan untuk menangkap objek, posisi sudut pandang objek dalam melakukan pemindaian. Dalam penelitian ini, variabel independen kita sebut sebagai faktor.
Menentukan variabel dependen
Variabel dependen berfungsi sebagai parameter yang akan diukur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai pengukuran pada dimensi seluruh tubuh. Dalam penelitian ini, variabel dependen kita sebut sebagai parameter.
Melakukan Design of Experiment (DOE)
Setelah mengetahui variabel yang akan digunakan, langkah selanjutnya adalah menyusun desain eksperimennya, yang meliputi faktor (variabel independen), level dan jumlah replikasi. Level yang digunakan dalam penelitian ini adalah single factorial design, sedangkan jumlah replikasi sebanyak 3 kali.
Mengukur dimensi tubuh secara manual
Pengukuran secara manual dilakukan sebanyak 2 kali, kemudian hasil dari pengukuran tersebut diuji untuk mengetahui apakah hasil pengukuran tersebut reliabel serta valid. Apabila hasil pengukuran yang diperoleh belum reliabel dan valid, maka perlu dilakukan pengukuran ulang.
Pengukuran menggunakan David Laser Scanner
Pada pengambilan data, objek dipindai dengan menggunakan alat scanning berupa laser pointer untuk mendapatkan bentuk tiga dimensinya, yang mana sebelumnya alat tersebut telah terkoneksi dengan laptop yang terpasang software David Laser Scanner. Hasil dari pemindaian tersebut selanjutnya akan diukur menggunakan softwareMeshlab.
Uji validasi dan reliabilitas hasil pengukuran digital
Pada tahap ini hasil yang diperoleh dari software Meshlab akan menunjukkan sejauh mana David Laser Scanner mampu mengukur dimensi tubuh. Serta, sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih terhadap objek yang sama dengan alat ukur yang sama pula.

Perhitungan Error
Pada tahap ini akan diketahui berapa besar persen error pada masing-masing hasil pengukuran berdasarkan uji statistik yang dilakukan.
Menarik kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulan guna dilakukannya optimasi pada alat 3D scanner yang digunakan dan memberikan saran untuk penelitian kedepannya.


Flow Chart Penelitian























Gambar 4.1. Flow Chart Penelitian



Gant Chart Penelitian
Tabel 4.1. Gant Chart Penelitian
Kegiatan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Penetapan tema penelitian dan studi pustaka
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pilot Study
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Penyusunan Proposal
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Revisi Proposal
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pengumpulan Data
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pengolahan Data
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Analisis Data
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Penarikan Kesimpulan dan Laporan Akhir
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA
Apeagyei, P.R., 2010, Application of 3D Body Scanning Technology to Human Measurement for Clothing Fit, International Journal of Digital Content Technology and its Applications, vol.4, no.7.
Astuti, S.E.B., 2009, Gambaran Faktor Literatur, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124641-S-5870-Gambaran%20faktor-Literatur.pdf, (Online accessed: April 13rd, 2015).
Borghese, N. A., Ferrigno, G., Baroni, G., Pedotti, A., Ferrari, S. dan Savarè, R., 1998, Autoscan: A Flexible and Portable 3D Scanner, Computer Graphics and Applications, vol.18, pp. 38-41.
Fourie, Z., dkk, 2011, Evaluation of Anthropometric Accuracy and Reliability Using Different Three-Dimensional Scanning Systems, Forensic Science International, pp.127-137.
Lu, J.M., dan Mao-Jiun, J.W., 2008, Automated Anthropotric Data Colellection, Using 3D Whole Body Scanners, Expert System With Applications, vol.35, pp.407-414.
Muslim, E., dkk, 2014, The Development of Standart Size for Clothes of Indonesian Boys Based on Anthropometric Data as a Reference to Formulate RSNI 0555:2013, International Journal of Ergonomics (IJEG), Vol.4.
Nurmianto, E., 1996, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Ed.1, Cet.3.
Puteri, D.A.R., 2013, Uji Validitas dan Reliabilitas, http://statistikapendidikan.com (online accessed: April 23rd, 2015).
Raharjo, 2013, Uji Validitas dan Reliabilitas, http://statistikapendidikan.com (online accessed: April 23rd, 2015).
Straub, J., Kerlin, S., 2014, Development of a Large, Low-Cost, Instant 3D Scanner, Journal of Technologies, vol.2, pp.76-95.
Stevenson, M.G., 1989, Lecture Notes On The Principles of Ergonomics, University of New South Wales, Sydney.
Tarihoran, P.A.S., 2013, Sejarah Scanner, Computer Science, Universitas Pancasila.



Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.