PORIFERA

August 8, 2017 | Autor: M. Inangtya | Categoría: Biology, Pendidikan Biologi
Share Embed


Descripción

PHYLUM PORIFERA
PORIFERA
Porifera dalam bahasa latin, kata Porus berarti Pori dan Fer berarti membawa. Porifera adalah hewan multiseluler (metazoa) yang paling sederhana. Hewan ini memiliki ciri umum, yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons.
Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau mengandung. Contoh dari porifera adalah sponsa. Sponsa merupakan hawan yang hidup menempel pada suatu substrat di laut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang hidup di air tawar, tetapi sebagian besar hidup di laut. Nama filum ini dari kenyataan bahwa tubuh porifera mempunyai pori-pori. Air beserta makanan masuk melalui pori kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan akhirnya keluar melalui oskulum. Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum.
Tubuh sponsa terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan tersebut terdapat bagian yang tersusun dari bahan yang lunak disebut mesoglea. Sel-sel yang membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang mengatur aliran sel-sel ini dapat "menangkap" partikel makanan. Bentuk sponsa ditentukan oleh kerangka tubuh. Kerangka tersusun dari spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam mesoglea. Spikula tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat). Beberapa sponsa tidak memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang disebut spongin. Sponsa terdapat di perairan yang dangkal di daerah tropis. Bila sponsa diolah dapat digunakan untuk bahan atau alat pembersih.
Seperti yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu subsurat, harus mempunyai cara untuk menyebar keturunannya ke tempat lain.Untuk tujuan itu sponsa menghasilkan larva kecil yang dapat "berenang" dengan bebas. Larva tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah menemukan tempat hidup yang sesuai larva akan melekat disitu dan berkembang menjadi hewan dewasa.
Berdasar fosil porifera yang ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang berkembang dari sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu tempat yang agak unik dalam dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa ahli taksonomi, porifera dimasukkan dalam suatu kelompok yang disebut parasoa.

STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK PORIFERA
STRUKTUR
Porifera berasal dari kata phorus yang berarti lubang kecil atau pori, dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang mempunyai pori. Hewan porifera merupakan hewan multiselular yang paling sederhana. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Porifera memiliki ukuran bervariasi, yaitu berkisar dari 1 cm hingga 2 m. Sebagian besar hewan ini hidup di laut. Menurut Campbell (1998: 594), dari 9.000 spesies hewan spons, hanya 100 spesies saja yang hidup di air tawar, sisanya hidup di perairan laut. Pori-pori yang terdapat pada Porifera membentuk saluran air yang bermuara di rongga tubuh (spongocoel). Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang disebut oskulum. Tubuh Porifera tersusun oleh dua lapisan, lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar tersusun oleh sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal yang disebut sel pinakosit. Pada lapisan dalam spongocoel, dilapisi oleh sel yang berbentuk seperti lampu dan berflagel yang disebut sel koanosit. Untuk pencernaan makanannya, Porifera menelan makanan secara fagositosis. Porifera merupakan hewan heterotrof. Makanan Porifera biasanya berupa plankton yang masuk ke spongocoel. Adapun oksigen diserap oleh sel kollar atau sel koanosit. Untuk sisa makanan, dibuang melalui oskulum. Ada yang menarik pada porifera ini, yaitu oksigen dan makanan yang digunakan oleh sel koanosit sebagian di transfer ke selsel yang bergerak, yaitu sel amoebosit.
Porifera mempunyai sistem kanal atau saluran air untuk mensirkulasikan air dalam tubuhnya. Porifera atau disebut juga hewan spons hampir semua hidup di laut, kecuali satu famili yang hidup di air tawar. Hewan ini merupakan hewan multiseluler atau bersel banyak dan masih primitif yang pada dasarnya adalah diploblastik.
Struktur porifera
















Stuktur Tubuh

Oskulum : Lubang tempat keluarnya air dai tubuh.
Sel leher (koanosit) : Sel untuk mencerna makanan secara intra seluler.
Spikula : Sel pembentuk tubuh.
Amebosit : Mengedarkan makanan dan bisa berubah menjadi sel kelamin.
Spongosol : Rongga tubuh.
Ostium : Tempat masuknya air.
Pinakosit : Sel pelapis bagian tubuh luar.
Miosit : sel untuk membuka dan menutup oskulum.
Skleroblas : Penghasil spikula untuk membentuk rangka tubuh.



Tipe saluran air

KARAKTER
Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum, disebut koanosit.

Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas.

Adapun karakteristik Porifera di antaranya:
Tubuh spons / Poriferans adalah hampa. Hal ini terdiri dari substansi seperti jelly. Kolagen merupakan komponen penting dari substansi.
Spons adalah filter feeder. Ini berarti bahwa mereka memperoleh makanan dengan menyaring air, pori-pori tubuh terbukti bermanfaat dalam menyaring air.
Struktur tubuh spons adalah radial asimetris. Tubuh Poriferans terbentuk sel longgar terhubung satu sama lain. Ini bukan jaringan benar.
Tubuh spons dibagi dalam tiga lapisan. Lapisan terluar terbentuk dari sel-sel epidermis (gepeng). Matriks semi-cairan membentuk lapisan tengah. Sel kerah membentuk lapisan terdalam dari tubuh Poriferans.
Ada sebuah lubang di bagian atas tubuh spons yang dikenal sebagai osculum.
Spons dewasa sessile di alam, itu berarti mereka tidak bisa bergerak bebas. Larva Poriferans Namun, motil. Sebuah badan bersilia membantu dalam pergerakan larva.
Plastisitas dari tubuh Poriferan memungkinkan mereka untuk mengubah bentuk mereka. Oleh karena itu kita dapat menemukan spons menempati ruang yang tidak teratur pada batu dan karang.
Menjadi sessile di alam, spons dewasa membutuhkan substrat atau permukaan untuk tumbuh. Substrat bisa apa saja dari kerangka, batu, karang atau spons mati.
Spons tidak bisa hidup tanpa air. Organisme ini karena, ketat air.
Para Poriferans menjadi filter feeder, itu menarik untuk mengetahui bagaimana interaksi dengan air berlangsung. Choanocytes, sel-sel menyalahi memfasilitasi pergerakan arus air melalui kanal dan ruang tubuh.
Pada rata-rata, sebuah Poriferan dengan panjang tubuh 10 cm dapat menyaring 100 liter air sehari-hari.
Para Poriferans tidak memiliki suatu sistem saraf atau sirkulasi pencernaan.
Reproduksi di spons terjadi baik dengan cara reproduksi seksual dan aseksual. The reproduksi aseksual terjadi melalui gemmules atau kuncup. Reproduksi seksual terjadi melalui sperma dan telur.
Sebagaimana dinyatakan di atas, spons adalah filter feeder. Bakteri plankton dan partikel kecil lainnya yang ditelan oleh Poriferans untuk mendapatkan makanan.
Proses mencerna makanan dengan spons disebut sebagai fagositosis.
Beberapa spons tidak pengumpan filter, ini adalah karnivora di alam dan memakan makhluk seperti krustasea.
Beberapa spons telah berubah karnivora karena mereka tinggal di daerah dengan makanan-kelangkaan. Jika tidak, mikroba photosynthesizing terbukti berguna bagi Poriferans untuk mendapatkan makanan. Mikroba ini hidup sebagai endosymbionts dalam tubuh spons.
Ada fitur menarik tentang bagaimana jaringan yang rusak diperbaiki oleh spons. Spons, bukannya regrowing jaringan yang rusak, memobilisasi sel sebelah untuk menutupi luka.
Sistem kekebalan dari spons sederhana. Cangkokan (jaringan) dari organisme jenis lain tidak diterima oleh spons. Namun, spons menerima jaringan dari organisme dari spesies yang sama.
Secara teknis, spons tidak pernah menderita kematian alami selain melalui dehidrasi atau pembekuan.

BIOLOGI PORIFERA
FISIOLOGI
Porifera merupakan organisme pemakan suspensi ( suspension feeder ), dengan beberapa familia bersifat karnivor dan simbiotik. Pada jenis pemakan suspensi, komposisi diet spons berupa partikel detritus, plankton, dan bakteri. Pada jenis karnivor ( familia Cladorhizidae ), diet utama berasal dari berbagai jenis hewan terutama crustaceae,sedangkan pada jenis simbiotik, makanan juga dihasilkan dari aktivitas simbiosis mutualisme dengan dinoflagellata dan beberapa cyanobacteria. Partikel – partikel makanan tersebut tersuspensi dalam air, air mengalir ke dalam tubuh spons melalui ostia kemudian masuk ke dalam paragaster sebagai akibat cambukan flagela pada sel choanocyte. Dapatlah dikatakan bahwa air disaring melalui ostia tersebut. Air ini melalui lubang porocyt. Lubang ini menutup, bila myocyt yang mengelilingi porocyt mengkerut. Myocyt ini adalah cel – cel otot. Ikut dengan air itu benda – benda organik dan jasad – jasad yang kecil. Ketika benda – benda organik dan jasad – jasad yang kecil ini dialirkan lewat collare dari choanocyt, mereka terlekat pada collare tersebut. Akibat pergerakan protoplasma dari collare, mereka diangkut ke pangkal collare pada dataran cel. Disini mereka dimasukkan ke dalam suatu wadah yang disebut vacuola. Di dalam vacuola itu mereka dicerna. Dengan demikian pada Porifera terjadi pencernaan intra celluler. Kemudian makanan diberikan kepada amebocyt – amebocyt. Di dalam amebocyt juga dilakukan pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna disimpan di dalam amebocyt sebagai lemak, karbohydrat, dan protein. Amebocyt – amebocyt mengangkut makanan ke cel – cel lain. Mereka bergerak di dalam substansi gelatin. Cel – cel yang dapat menjawab rangsang – rangsang rupanya hanya choanocyt – choanocyt dan myocyt – myocyt. Gerakan flagella choanocyt – choanocyt tergantung dari keadaan lingkungan. Tidak ada koordinasi antara gerakan dari flagella. Myocyt – myocyt tidak hanya mengelilingi porocyt tetapi juga osculum, sehingga oleh karena mengkerutnya mereka, osculum menutup. Myocyt – myocyt mengkerut, bila hewan tidak ditutup lagi oleh air, bila kena rangsang mekanis atau bila ada kekurangan oxygen. Rangsang – rangsang ini harus langsung mengenai myocyt – myocyt.
Sejauh ada koordinasi antara cel – cel, koordinasi ini dilakukan dengan perantaraan amebocyt – amebocyt. Oleh karena air mengalir lewat dataran kebanyakan cel, dapatlah langsung diadakan pertukaran gas antara protoplasma cel dan air. Juga hasil metabolisme dapat langsung dikeluarkan ke dalam air. Dalam 24 jam aktivitas memompa air ke dalam tubuh spons, volume air terpompa mencapai 20.000 kali volume spongocoel, dengan efektivitas sekitar 90 % bakteri dari lingkungan sekitarnya dapat dikonsumsi.
REPRODUKSI
Porifera sebagaimana jenis organisme sesil pada umumnya, bereproduksi secara seksual dan aseksual. Secara aseksual porifera menghasilkan individu baru dengan tunas eksternal ( budding )maupun internal. Tunas eksternal merupan tunas biasa yang selanjutnya akan berkembang menjadi individu baru. Tunas internal dikenal sebagai gemmulae, merupakan struktur dorman pada saat kondisi lingkungan tidak menguntungkan, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan membaik.
Kebanyakan jenis porifera bersifat hermaprodit, membentuk sperma dan ovum dalam periode yang tidak bersamaan. Secara seksual porifera membentuk gamet jantan dan betina yang berasal dari sel choanocyte ataupun archaeocyte. Sperma yang terbentuk dilepaskan melalui osculum dalam bentuk kabut. Sperma tersebut selanjutnya ditangkap oleh porifera lain dalam satu jenis, dan selanjutnya ditransport menuju sel telur oleh archaeocyte. Fertilisasi berlangsung dalam mesoglea.
Zygot yang terbentuk selanjutnya berkembang menjadi larva bersilia ( larva planula ) yang kemudian dilepaskan ataupun disimpan dalam mesoglea untuk periode tertentu. Larva planula yang telah dilepaskan dari tubuh porifera bersifat planktonik, untuk selanjutnya melekat pada substrat dan tumbuh menjadi porifera dewasa yang bersifat sesil.
PERANAN
Nilai Ekologis
Sebagai kontrol populasi bakteri dan mikroorganisme lain di perairan laut.
Terkait dengan mobilisasi mineral tertentu ( silika dan kapur ).

Nilai komersial
Beberapa metabolit porifera merupakan senyawa penting yang bermanfaat dalam dunia medis, misalnya sebagai antikarsinogenik, anti – inflamasi, dan sebagai antibiotik.

Peranan Porifera dalam Kehidupan
dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami
pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci 
Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal.
Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan.
Petrosia contegnatta menghasilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker.
Cymbacela obat anti-asma.
Luffariella variabilis sponnya menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.


KLASIFIKASI PORIFERA
Porifera dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan sistem saluran airnya, yaitu asconoid, syconoid, dan leuconoid /rhagon.
1) Tipe Asconoid
Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana. Lubang-lubang ostium pada tipe ini langsung dihubungkan dengan saluran lurus yang menuju spongosol. Contoh Leucosolenia sp.
2) Tipe Syconoid
Pada tipe ini lubang-lubang ostium dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan spongosol. Rongga-rongga ini dilapisi oleh koanosit. Contoh Scypha sp.
3) Tipe Leuconoid atau Rhagon
Pada tipe ini lubang-lubang ostiumnya dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga yang sudah tidak berhubungan dengan spongosol. Contoh Spongia sp.

Gambar : Tiga tipe saluran air pada Porifera
Pada tubuh Porifera terdapat spikula-spikula yang mengandung zat kapur (kalsium), zat kersik (silikat), atau benang-benang spongin. Bentuk spikula ini pun bermacam-macam sebagai berikut.

 
Sementara itu, klasifikasi Porifera berdasarkan bentuk dan kandungan spikula dibedakan menjadi tiga kelas berikut.
1) Kelas Calcarea
Calcarea merupakan spons yang hidup di laut. Spons ini memiki kerangka spikula dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini bervariasi dari bentuk yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk koloni yang membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga lembaran dan bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.
a. Sub kelas Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa larva amphibalstulae. Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap koanosit muncul dari nucleus. Spikula triradiate biasanya satu helai yang terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang ada pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid.
1. Ordo Leucosolenida
Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh : Leucosolenia sp
2. Ordo Sycettida
Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid atau Leuconoid. Contoh : Sycon sp
b. Sub Kelas Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa parenchymula dan flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus koanosit yang menempati dasar sel.Pada sebagian besar spesies triradiata , spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid yang ada pada sub kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman dari asconoid.
1. Ordo Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid yang secara permanen serta tidak memiliki membrane dermal atau korteks. Contoh Clathrina sp
2. Ordo Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid dengan membrane dermal atau korteks yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3. Ordo Pharetronida
Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe saluran airnya yang berupa Leuconoid dan rangka tersusun dari spikula quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh Petrobiona sp dan Minchinella sp.

Rangka tubuh Calcarea bersifat kalkareus. Hal ini karena spikulanya mengandung kalsium karbonat (kapur). Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon sehingga tampak seperti duri-duri kecil. Anggota kelas ini banyak tersebar di laut dangkal di seluruh dunia. Contoh Scyphasp., Cerantia sp., Sycon sp., Leucon sp., dan Clathrina sp.

Gambar: spesies Clathrina sp.
2) Kelas Hexactinellida
Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar luas pada semua lautan. Habitat utama dari porifera ini adalah pada lautan dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas lain adalah kerangkanya yang disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas hexactinelida tidak memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas pada bentuk-bentuk ruang yang tersembunyi.
a. Sub Kelas Hexasterophora
Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster. Contoh Euplectella
b. Sub Kelas Amphidiscorpha
Ciri utama pada sub kelas ini adalah microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh Hyalonema

Spikula pada kelas ini mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2). Sementara itu, spikulanya berbentuk triaxon dengan enam cabang. Bentuk hewan-hewan pada kelas ini menyerupai gelas, silinder, atau corong. Contoh Euplectella aspergilium, Pheronema, danHyalonema sp.

Gambar: Euplectella aspergilium
3) Kelas Demospongia
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia memiliki kerangka berupa empat spikula silica atau dari serabut spongin atau keduanya. Beberapa bentuk primitive tidak memiliki rangka. Tipe saluran air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang masuk dalam kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.

a. Sub kelas Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha adalah memiliki megaskleres tetraxonid dan monoxonid, mikroskleres asterose dan kadang-kadang tidak memiliki serat spongin. Tubuh spons ini memiliki bentuk radial dan perkembangan cortical axial mengalami kemajuan. Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang primitive menetaskan amphiblastulae.
1. Ordo Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan Tetractinomorpha primitive yang memiliki struktur Leuconoid homogen dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa amphiblastula. Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki rangka seperti pada Oscarella.
2. Ordo Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling tidak memiliki beberapa megaskleres tetraxons, biasanya berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae yang khas. Bentuk tubuhnya seringkali rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat dibedakan secara jelas dan seringkali tersusun atas lapisan fibrosa di sebelah dalam dan lapisan gelatin di bagian luar. Contoh Geodia dan, Aciculites.
b. Sub Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha adalah larvanya yang berupa stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan mikrosklesesnya berupa sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya juga sering ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.
1. Ordo Halichondrida
Porifera yang ada dalam ordo Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres berupa monactinal dan atau diactinal serta tidak memiliki microskleres. Contoh Halichondrida, Hymeniacidondan, Ciocalypta.
2. Ordo Poecilosclerida
Porifera yang masuk dalam ordo ini memiliki rangka yang selalu mengandung megaskleres choanosomal dandermal. Contoh Coelosphoera dan Myxilla.
3. Ordo Haplosclerida
Porifera ini kadang-kadang memiliki rangka silikat yang jika ada terbuat dari kategori tunggal dari megaskleres yang terletak pada serat spongin atau bergabung dalam sebuah anyaman yang diikat dengan perekat spongin. Contoh Haliclona,. Megaskleresnya berupa diactinal dan kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi dalam hal ukuran. Jika ada, mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid atau raphdes.
Beberapa genus seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan mempunyai rangka dari serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada . Dermal yang terspesialisasi hanya terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu jaringan yang kompleks dari serat spongin bercabang-cabang menembus lapisan dermal. Contoh Callyspongia
4. Ordo Dictyoceratida
Porifera yang masuk dalam ordo Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel lain seperti pasir,kerang ,spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh spongin A.

Hewan anggota kelas ini bertulang lunak karena tidak mempunyai rangka. Apabila ada yang memiliki rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula dari zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon. Contoh Euspongia sp., Callyspongia sp.,Clionia sp., Phyllospongia sp., dan Spongia sp.


Gambar: Callyspongia sp.

Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.