laporan praktikum respirasi

September 1, 2017 | Autor: Astuti Genda | Categoría: Biotechnology
Share Embed


Descripción

waktu (menit)
pergeseran eosin (skala)

waktu (menit)
pergeseran eosin(skala)

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul "Respirasi" yang disusun oleh:
nama : Astuti
NIM : 1414041001
kelas / kelompok : Pendidikan Biologi/ III
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015
Koordinator Asisten, Asisten,


Djumarirmanto, S.Pd Rahmawati
NIM.1214041017



Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab



Drs. H.Hamka L,M.Si
NIP.19621231 198702 1 005


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi kita perlu bernapas setiap beberapa detik. Hanya sedikit makhluk hidup yang dapat tetap hidup lebih dari lima menit tanpa bernapas. Makhluk hidup perlu bernapas untuk memasukkan oksigen dari udara dan mengeluarkan gas buangan untuk melakukan respirasi. Respirasi adalah serangkaian reaksi biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi zat-zat makanan guna menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh makhluk hidup untuk melakukan berbagai aktvitas kehidupan, seperti bergerak, tumbuh, dan bereproduksi.
Dalam pengertian sehari-hari, bernapas sekadar diartikan sebagai proses pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernapasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah karbohidrat.
Selain hewan, tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernapasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang tergenang air.
Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya menyebabkan adanya perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan oksigen kucing tentu akan berbeda dengan kebutuhan oksigen cacing pita. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hal tersebut diadakan praktikum yang berjudul "respirasi" untuk menyelidiki bagaimana makhluk hidup membutuhkan oksigen, kemudian mengetahui kuantitas pernapasan yang dialami oleh makhluk hidup yang berbeda baik dari ukuran tubuh dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
Manfaat
Setelah melakukan praktikum mengenai respirasi, mahasisiwa dapat membuktikan bahwa setiap organisme memerlukan oksigen dan setiap organisme memiliki kebutuhan oksigen yang berbeda-beda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Resirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Udara masuk ke dalam paru melalu inspirasi dan dikeluarkan melalui ekspirasi. Otot yang membantu proses respirasi adalah diafragma dan interkostal eksternal dan internal. Selama inspirasi, kontraksi diafragma ke arah bawah meningkatkan volume rongga thoraks,menyebabkan udara masuk ke dalam paru dengan cepat. Otot interkostalis eksterna membantu proses inspirasi dengan cara menggerakkan tulang iga ke atas. Selama ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi bergerak menuju/melawan paru, mengurangi volume rongga thoraks, dan hal ini memaksa udara keluar dari paru. Secara bersamaan, interkostalis menurunkan tulang iga, membantu ekspirasi (Lyrawati, 2012).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa atau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar adalah lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).
Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan pada proses yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu tinggi akan menyebabkan peningkatan respirasi yang mengakibatkanpeningkatan pembongkaran hasil fotosintesis, akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis. Ketika laju fotosintesis dan laju respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan (Sugito dalam Lestari (2006).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi
aerob terjadi pada sitoplasma dan di dalam mitokondria dan menghasilkan 36
ATP dari satu molekul glukosa. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi (Andhi, 2011).
Mekanisme pernapasan pada serangga misalnya belalang, adalah sebagai berikut. Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea memipih sehingga udara kaya karbondioksida keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan diluar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya oksigen masuk trakea. Sistem trakea berfungsi mengangkut oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut karbondioksida hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan (Yudiarti, 2004).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernapasan, masuk dan keluaar sel tubuh selalu dengan cara difusi. Jika gas tidak tersedia dalam air, gas itu akan larut dalam permukaan membran yang basah dan melewatinya menurut gradiaen konsentrasi, karena oksigen itu dipergunakan oleh sel-sel,maka kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah daripada dalam lingkungan, baik dalam air maupun di udara tempat hewan itu hidup. Sebaliknya sel-sel tersebut memprodusi karbondioksida, karena itu dalam sel dan tubuh, gas itu selalu terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada dalam lingkungannya (Tim Dosen Biologi Dasar, 2013).
Sel hidup membutuhkan transfusi energi dari sumber-sumber luar untuk melakukan tugas-tugasnya yang sedemikian banyak misalnya , merakit polimer, memompa zat melintasi membran, bergerak, dan bereproduksi. Panda raksasa memperoleh energi untuk sel-selnya dengan cara memakan tumbuhan. Beberapa hewan memakan organisme lain yang memakan tumbuhan. Energi yang tersimpan dalam molekul-molekul organik dari makanan sebenarnya berasal dari matahari. Energi mengalir ke dalam ekosistem sebagai cahaya metahari dan meninggalkan ekosistem sebagai panas. Sebaliknya, unsur-unsur kimia yang esensial bagi kehidupan didaur ulang. Fotosintesis menghasilkan oksigen dan molekul organik yang digunakan oleh mitokondria eukariota sebagi bahan bakar untuk respirasi selular. Respirasi menguraikan bahan bakar ini, menghasilkan ATP. Produk-produk buangan dari tipe respirasi ini, yaitu karbondioksida dan air, meupakan bahan mentah bagi fotosintesis (Campbell, 2008).
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak , mengandung banyak lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan endosperma yang mengelilingi embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak-lemak ini diubah terutama menjadi sukrosa ysang selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang tumbuh. Metabolisme respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang sedang berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan embrio yang sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air. Perubahan lemak menjadi sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang mengandung lemak (Sasmitamihardja, 1996).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses fosfolirasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan 2 molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul atp. Oleh karena itu, hampir semua hewan sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan atp) secara aerob. Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan air, yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Hari , tanggal : Rabu, 14 Januari 2015
Waktu : Pukul 07.30 sd 9.10 WITA
Tempat : Green House Jurusan Biologi FMIPA UNM
Alat dan Bahan
Alat
Satu set respirometer simple
Spoit 1 buah
Stopwatch 1 buah
2. Bahan
Vaselin
Kapas
KOH Kristal
Larutan Eosin
10 buah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
1 ekor belalang besar dan 1 ekor belalang kecil (Disosteria carolina)
1 ekor kecoa besar dan 1 ekor kecoa kecil (Blatta orientalis)
Langkah Kerja
Percobaan I
Mengambil 1 ekor belalang yang berukuran besar dengan berat tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa besar yang akan diteliti.
Membungkus 1 butir Kristal KOH dengan kapas tipis kemudian memasukkannya ke dalam tabung respirometer.
Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca berskala, kemudian mengolesinya dengan vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah kebocoran.
Meletakkan tabung respirometer pada sandarannya.
Menetesi ujung pipa kaca berskala dengan larutan eosin sampai masuk kedalam salurannya.
Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa berskala, kemudian mencatat berapa jarak mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit hingga menit ke-5.
Setelah dilakukan pengamatan selama 5 menit, kemudian mengeluarkan belalang dari tabung respirometer.
Mencuci tabung respirometer, dan memasukkan belalang kecil yang memiliki ukuran tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa kecil.
Mengulang langkah kerja b sampai g untuk pengamatan belalang kecil.
Percobaan II
Membersihkan kembali respirometer sederhana yang telah digunakan.
Melakukan percobaan II dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, dengan menggunakan kecoa besar dan kecoa kecil dengan ukuran berat tubuh yang hampir sama dengan belalang.
Percobaan III
Membersihkan respirometer yang telah digunakan.
Melakukan percobaan III dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, dengan menggunakan kecambah kacang hijau yang belum dikuliti dan yang telah dikuliti.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Menit ke
Penunjukan skala

Belalang besar
Belalang kecil
1
0,40
0,26
2
0,60
0,40
3
0,72
0,57
4
0,80
0,70
5
0,90
0,86

Tabel 2. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Menit ke
Penunjukan skala

Kecoa besar
Kecoa kecil
1
0,18
0,28
2
0,34
0,43
3
0,48
0,60
4
0,60
0,85
5
0,70
0,95

Tabel 3. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama
Menit ke
Penunjukan skala

Belalang besar
Kecoa besar
1
0,40
0,18
2
0,60
0,34
3
0,72
0,48
4
0,80
0,60
5
0,90
0,70

Tabel 4. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama
Menit ke
Penunjukan skala

Belalang kecil
Kecoa kecil
1
0,26
0,28
2
0,40
0,43
3
0,57
0,60
4
0,70
0,85
5
0,86
0,95
Tabel 5. Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas
Menit ke
Penunjukan skala

Kecambah dikupas
Kecambah tidak dikupas
1
0,06
0,01
2
0,16
0,12
3
0,21
0,17
4
0,30
0,22
5
0,37
0,29

Tabel 6. Perbandingan tumbuhan dan hewan
Menit ke
Penunjukan skala

Kecambah dikupas
Belalang besar
1
0,06
0,40
2
0,16
0,60
3
0,21
0,72
4
0,30
0,80
5
0,37
0,90

Analisis Data
Belalang besar
v1=0,401 menit=0,400 skala/menit
v2=0,602 menit=0,300 skala/menit
v1=0,723 menit=0,240 skala/menit
v1=0,804 menit=0,200 skala/menit
v1=0,905 menit=0,180 skala/menit
v=0,400+0,300+0,240+0,200+0,180 5 =0,264 skala/menit
Belalang kecil
v1=0,261 menit=0,260 skala/menit
v2=0,402 menit=0,200 skala/menit
v3=0,573 menit=0,190 skala/menit
v4=0,704 menit=0,175 skala/menit
v5=0,865 menit=0,172 skala/menit
v=0,260+0,200+0,190+0,175+0,172 5 =0,199 skala/menit
Kecoa besar
v1=0,181 menit=0,180 skala/menit
v2=0,342 menit=0,170 skala/menit
v3=0,483 menit=0,160 skala/menit
v4=0,604 menit=0,150 skala/menit
v5=0,705 menit=0,140 skala/menit
v=0,180+0,170+0,160+0,150+0,140 5 =0,160 skala/menit
Kecoa kecil
v1=0,281 menit=0,280 skala/menit
v2=0,432 menit=0,215 skala/menit
v3=0,603 menit=0,200 skala/menit
v4=0,854 menit=0,212 skala/menit
v5=0,955 menit=0,190 skala/menit
v=0,280+0,215+0,200+0,212+0,190 5 =0,219 skala/menit
Kecambah yang dikupas
v1=0,061 menit=0,060 skala/menit
v2=0,162 menit=0,080 skala/menit
v3=0,213 menit=0,070 skala/menit
v4=0,304 menit=0,075 skala/menit
v5=0,375 menit=0,074 skala/menit
v=0,060+0,080+0,070+0,075+0,074 5 =0,072 skala/menit
Kecambah yang tidak dikupas
v1=0,011 menit=0,010 skala/menit
v2=0,122 menit=0,060 skala/menit
v3=0,173 menit=0,056 skala/menit
v4=0,224 menit=0,055 skala/menit
v5=0,295 menit=0,058 skala/menit
v=0,010+0,060+0,056+0,055+0,058 5 =0,047 skala/menit

Analisis Grafik
1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda








Organisme yang sama dengan massa yang berbeda











Organisme yang berbeda dengan massa yang sama












Organisme yang berbeda dengan massa yang sama











Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas









Perbandingan tumbuhan dan hewan











Pembahasan
Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Belalang Kecil
Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang berbeda yakni antara belalang berukuran tubuh besar dan belalang berukuran tubuh kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan rata-rata pernapasan belalang besar adalah 0,264 skala/menit dan belalang kecil adalah 0,199 skala/menit. Ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan belalang bertubuh besar lebih tinggi daripada belalang bertubuh kecil. Hal ini terjadi karena belalang besar memiliki sistem tubuh yang lebih kompleks dibandingkan belalang kecil hal ini berimbas pada kebutuhan oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan organisme bergantung pada ukuran tubuh organisme tersebut.
Perbandingan Laju Respirasi Kecoa Besar dan Kecoa Kecil
Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang berbeda yakni antara kecoa berukuran tubuh besar dan kecoa bertubuh kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan rata-rata pernapasan kecoa besar adalah 0,160 skala/menit dan kecoa kecil adalah 0,0219 skala/menit. Seharusnya laju respirasi kecoa besar lebih besar dibandingkan dengan kecoa kecil dengan berasumsi bahwa ukuran tubuh yang besar harus disuplai dengan jumlah oksigen yang banyak. Namun, kecoa besar yang digunakan memang sudah terlihat tidak bugar karena telah berada pada botol tertutup semalaman sebelum digunakan. Selain itu, beberapa organ seperti kaki belakang dan sayap kecoa besar terlepas. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan kecoa kecil yang terlihat bugar dan organ- oragannya masih utuh.
Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Kecoa Besar
Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran tubuh yang sama yakni antara belalang besar dan kecoa besar. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan respirasi belalang besar adalah 0,264 skala/menit dan kecoa besar adalah 0,160 skala/menit. Hal tersebut terjadi karena perbedaan aktivitas masing-masing organisme. Belalang membutuhkan oksigen yang lebih agar dapat terbang dan melompat, sedangkan kecoa yang mayoritas aktivitasnya tidak seperti belalang, yakni hanya berjalan dan menetap di satu tempat. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan suatu organisme bergantung pada aktivitas dan jenis organismenya.
Perbandingan Laju Respirasi Belalang Kecil dan Kecoa Kecil
Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran tubuh yang sama yakni antara belalang kecil dan kecoa kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan respirasi belalang kecil adalah 0,199 skala/menit dan kecoa kecil adalah 0,219 skala/menit. Hal ini terjadi karena belalang yang digunakan telah kehilangan beberapa organ tubuhnya seperti kaki belakang dan antenanya sehingga kebutuhan oksigennya berkurang.
Perbandingan Laju Respirasi Kecambah yang Dikupas dan Tidak Dikupas
Perbandingan dua organisme yang sama yakni antara kecambah yang telah dikupas dan kecambah yang tidak dikupas. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan respirasi kecambah yang dikupas kulitnya adalah 0,072 skala/menit dan kecambah yang tidak dikupas kulitnya adalah 0,047 skala/menit. Hal ini menunjukkan bahwa kulit memperkecil kecepatan respirasi kecambah dengan menghalangi biji dengan lingkungan luar sehingga mempersempit lalu lintas penguapan.
Perbandingan Laju Respirasi Tumbuhan dan Hewan
Perbandingan dua organisme yang berbeda yaitu kecambah yang dikupas dengan belalang besar. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa kecepatan respirasi kecambah yang dikupas kulitnya adalah 0,072 skala/menit dan belalang besar adalah 0,264 skala/menit. Hal ini menunjukkan bahwa hewan memiliki kebutuhan oksigen yang lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan. Hal terjadi karena hewan melakukan pergerakan secara aktif sedangkan tumbuhan melakukan pergerakan secara pasif.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Setiap organisme memerlukan oksigen untuk bernapas karena oksigen digunakan sebagai oksidator makanan dalam tubuh makhluk hidup untuk diubah menjadi energi.
Kebutuhan oksigen setiap makhluk hidup berbeda-beda tegantung dari ukuran tubuh, spesies, aktivitas, dan kelengkapan organ tubuh makhluk hidup.
Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut.
Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memperhatikan kebersihan pipa kaca berskala sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan skala.
Diharapkan kepada asisten agar dapat meningkatkan bimbingannya sehingga praktikan dapat melakukan pengamatan dengan baik dan benar.
Diharapkan kepada laboran agar menyediakan alat praktikum yang lebih lengkap dan baik agar praktikum berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA
Andhi, Tatag Chariesma. 2011. Studi Aspek Fisiologis dan Biokimia Perkecambahan Benih Jagung (Zea Mays L.) pada Umur Penyimpanan Benih yang Berbeda. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Lestari, Giyatmi Wahyu. 2006. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta Arundinacea L.) setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Surakarta:Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Lyrawati, Diana. 2012. Sistem Pernapasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi Ganguan Pernapasan. Malang: PSF-FK Universitas Brawijaya.

Sasmitamihardja, Dardjat. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.

Suyitno. 2006. Respirasi Pada Tumbuhan. Yogyarakta: Jurusan Biologi FMIPA UNY.

Tim Dosen Biologi Dasar. 2013. Bahan Ajar Biologi Dasar Bagian Pertama. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Yudiarti, Turrini. 2004. Buku Ajar Biologi. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
waktu (menit)
pergeseran eosin (skala)

waktu (menit)
pergeseran eosin (skala)

waktu (menit)
pergeseran eosin (skala)

waktu (menit)
pergeseran eosin (skala)


Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.