Laporan Praktikum Protozoa

Share Embed


Descripción

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
PROTOZOA




KELOMPOK 2

- AZIZ
- IDRIS AFFANDI
- SITI MEILANI
- TALITHA
- WULANTIKA



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN,DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium seiring dengan terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organisme lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya yang sebelumnya belum termanfaatkan, dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar, dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona di bumi saat ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di laut berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari setengah miliar tahun yang lalu (Campbell 2003).
Kingdom Protista ini terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal. Protista dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembab, ataupun hidup bersimbioisis dengan organisme lain. Protista umumnya bersifat aerobik dan menggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella atau silia dalam hidupnya. Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual. Pada kondisi buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, Protista dikelompokkan menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan), protista algae (protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur (Nugroho 2004).
Bentuk tubuh protozoa biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat tropik. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (uniseluler). Namun demikian, protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya antara 3 1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia (Anonim 2012).
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat beraneka ragam, sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan tanpa perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan fungsi, melebihi kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000 spesies protista yang diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa spesies berkoloni dan bersifat multiseluler. Karena sebagian besar protista bersifat uniseluler, maka protista dapat dianggap sebagai organisme eukariotik yang paling sederhana. Tetapi pada tingkat seluler, kebanyakan protista luar biasa kompleksnya paling rumit diantara semua sel (Campbell 2003).
Kingdom Protista mencakup semua spesies uniseluler eukariotik. Sebagian di antara organisme itu serupa dengan hewan (protozoa), yang lainnya mirip dengan tumbuhan (protista alga), dan yang lainnya lagi menunjukkan ciri-ciri fungi. Sejumlah ahli taksonomi menyertakan organisme-organisme yang membentuk koloni dan yang multiseluler sederhana ke dalam kingdom ini, karena berkerabat lebih dekat dengan protista daripada dengan ketiga kingdom multiseluler lainnya (Fried 2006).
Sebagian besar ahli sistematika sekarang setuju bahwa kingdom hewan adalah monofiletik, yaitu, jika kita dapat melacak semua garis keturunan hewan kembali ke asal mulanya, hewan akan menyatu pada suatu nenek moyang bersama. Nenek moyang ini kemungkinan adalah suatu protista berflagela pembentuk koloni yang hidup lebih 700 juta silam dalam masa prakambrium. Protista itu kemungkinan berkerabat dengan koanoflagelata, suatu kelompok yang muncul sekitar semiliar tahun silam. Nenek moyang seperti itu telah berkembang menjadi hewan sederhana dengan sel-sel khusus yang tersusun dalam dua atau lebih lapisan (Campbell 2003).
TUJUAN
Mempelajari pembelahan biner yang terjadi pada organisme prokariotadan eukariota.

















TINJAUAN PUSTAKA
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = "pertama"). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell 2003).
Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho 2004).
Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat bermanfaat dalam konteks ekologis untuk mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok : protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal, protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell 2003).
Divisi-divisi di dalam kingdom protista tidak selalu didasari oleh garis keturunan evolusioner, melainkan lebih berakar secara praktis pada ciri-ciri fungsional. Seperti Monera, taksonomi Protozoa masih terus berubah, dan ada berbagai skema klasifikasi berbeda. Protista mulai berevolusi 1,6 miliar tahun lalu. Protista sangat kompleks ; sel-selnya menunjukkan keberagaman yang lebih daripada sel-sel milik kingdom-kingdom multiseluler. Filogeni protista juga sama kompleksnya, dan belum dipahami sepenuhnya. Dipercaya kalau dari protista telah muncul fungi, tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan-hewan multiseluler, walaupun dari bentuk-bentuk yang sangat berbeda dari protista yang ada sekarang (Fried 2006).
Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista pada umumnya menempati tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat darat lainnya yang cukup lembab. Di lautan, kolam, dan danau, banyak protista menempati bagian dasar, menempelkan ditinya pada batu dan tempat bersaih lainnya, atau merayap melalui pasir dan endapan lumpur. Protista juga merupakan bahan penyusun penting plankton yaitu komunitas organisme yang sebagian besar bersifat mikroskropis, yang mengapung secara masif atau berenang secara lemah sekitar permukaan air. Sebagai suatu kelompok besar autotrof, alga eukariotik secara ekologis sangat penting (Campbell 2003).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto 2007).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan
tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007).
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organism inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton.
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia (Anonim 2012 ).






METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2014 bertempat di Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian, Perikanan,dan Biologi Universitas Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Mikroskop, Preparat buatan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Air pembuangan yang ada diSelokan
Cara Kerja
Ambil air pembuangan menggunakan pipet tetes, kemudian ambil sempelnya diletakkan dipreparat yang telah disediakan. Letakkan preparat diatas meja Mikroskop dan amati.











PEMBAHASAN


Paramecium caudatum mempunyai bentuk seperti sendal. Menurut Radiopoetro (1996: 168), panjang tubuh kurang lebih ¼ mm, agak silindris tetapi permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior. Pada permukaan ventral terdapat lekukan serong yang disebut peristoma yang melanjutkan diri sebagai cytopharynx. Proses pembelahan Paramecium caudatum diselingi oleh proses konjugasi hingga akhirnya masing-masing individu mempunyai mikronukleus yang tunggal.
Sifat khas dari kelas ini adanya bulu getar seperti rambut di sekujur badannya yang digunakan untuk bergerak, menangkap makanan, atau kadang-kadang hanya untuk menimbulkan arus air untuk pernapasan. Menurut Rohmimohtarto (2006 : 108) pada kelompok tertentu, bulu getar tersebut dimiliki sepanjang hidupnya dan pada kelompok yang lain bulu getar tersebut hanya dimiliki di sebagian daur hidupnya.
Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma, yaitu pseudopodia. Menurut Rohmimohtarto (2006: 64) proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). Karena pencairan itu terjadi plasmosol. Jika plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya.
Sifat khas hewan ini ialah bahwa gerakannya dilakukan dengan menjulurkan badannya dan mengkerutkannya kembali atau bergerak dengan kaki semu atau pseudopodium (pseudopodia). Menurut Rohmimohtarto (2006 : 108) kelompok pada kelas rhizopoda ini selain Amoeba proteus adalah ordo Foraminifera dan Radiolaria, meskipun masih ada satu ordo lagi, yakni Helizoa, tetapi ordo ini mencakup hewan air tawar.
Pada praktikum ini kelompok kami menemukan Paramecium caudatum hanya saja kami kesulitan untuk melihat bentuk dari protozoa tersebut karena pegerakanya terlalu cepat dan kecil.











KESIMPULAN
Paramecium caudatum berbentuk seperti sandal. Panjang tubuh kurang lebih ¼ mm, agak silindris tetapi permukaan dorsal dan ventral agak memipih dan mempunyai ujung anterior. . Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu Rhizopoda, Actinopoda, Foraminifera, Apicomplexa, Zoonastigina, dan Ciliapora. Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista pada umumnya menempati tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat darat lainnya yang cukup lembab.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.protozoa.http://www.sridianti.com/klasifikasi-protozoa-berdasarkan-cara-bergerak.html (diakses 15 Oktober 2014)
Brotowidjoyo. 1995. Zoologi Dasar . Jakarta : Erlangga.
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga.
Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga.
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut .Jakarta. Djambatan



Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.