LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

August 5, 2017 | Autor: St. Waiyah Hadisyam | Categoría: Fossils
Share Embed


Descripción

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur terjadi di dasar laut
purba. Tumbuhan dan binatang tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut
yang lebih dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian
mengalami lithifikasi menjadi serpih. Selanjutnya serpih megalami
pengangkatan membentuk pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut
ditemukan sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya
masih tetap hidup sampai sekarang sedang lainnya telah musnah.

Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah mengalami pembatuan
disebut fosil. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari
organisme yang menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta tahun
lalu. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang kehidupan yang pernah
ada di masa lampau disebut paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli
geologi dalam melakukan interpretasi mengenai sejarah bumi.

Oleh sebab itu, laporan ini merupakan bukti fisik dari praktikum
pengenalan fosil dan proses pemfosilan yang telah kami lakukan pada Senin,
16 Februari 2015.


2. Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bermaksud untuk membangun pemahaman awal serta menambah
ilmu mengenai fosil dan proses pemfosilan.

Adapun tujuan dilaksanannya praktikum ini adalah:

1. Praktikan mampu menjelaskan pengertian dari fosil

2. Praktikan mampu menjelaskan proses pemfosilan

3. Praktikan mampu mengidentifikasi dan mengenali jenis-jenis fosil
tertentu

4. Praktikan mampu menjelaskan manfaat dari mempelajari fosil.




3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama berlangsungnya praktikum adalah:
Alat:
1. Alat tulis menulis (pulpen, penggaris, pensil dan penghapus)
2. Tabel determinasi
Bahan:
1. HCl 0,1 M
2. 8 sampel fosil











BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fosil
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup
pada masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat
terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang
keras., mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi
secara alamiah tanpa rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan
berumur lebih dari 10.000 tahun lamanya.

Menurut definisi tersebut, Mummy Mesir tidaklah dapat dikategorikan
sebagai fosil. Begitupula dengan peralatan-peralatan hidup manusia purba.
Batas antara masa lampau dan masa kini adalah pada awa Holosen, atau kira-
kira 11.000 tahun yang lalu.

2.2 Pengawetan Fosil
Suatu kehidupan dapat menjadi fosil melalu proses pemfosilan. Proses
ini merupakan proses dimana terekamnya data-data kehidupan suatu organisme
atau perubahan-perubahanyang terjadi pada saat organisme tersebut mati dan
terkubur, serta terawetkan dengan baik dalam suatu tubuh batuan sedimen,
baik berupa sebagian atau seluruh kehidupan organisme tersebut.

Adapun beberapa proses pemfosilan, adalah sebagai berikut:
1. Petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena bahan-bahan
seperti:

a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api, dapat berupa abu.
Jika bercampur dengan air kemudian memasuki pori-pori organisme dan
mengganti molekul-molekul organisme oleh komponen silika dan
kemudian mengalami proses pembatuan.

b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), sulfat
(SO4) dan air (H2O). Proses pemfosilan oleh kolofan sama seperti
yang terjadi pada proses pemfosilan oleh silika (SiO2).

c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari kapur yang
terlapukkan dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian
keras dari suatu organisme dan terkompaksikan sehingga membentuk
sebuah fosil.

d. Oksida besi(FeO) dan sulfida besi (FeS), zat ini berupa limonit,
vivianit, atau hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat
menyebabkan fosil berwarna gelap karena mengandung unsur besi.

2. Karbonisasi, penimbunan organisme sehingga mengalami destilasi maupun
kompresi sehingga komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan
tersisa unsur karbon (C).

a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan organik lainnya
yang telah mati dengan cepat tertutup oleh tanah.

b. Kompresi, proses yang ditandai dengan organisme tertimbun dalam
lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam suatu
organisme tertekan keluar oleh bertanya lapisan tanah yang
menimbunnya.

3. Mineralisasi, proses penggantian sebagian atau seluruh tubuh organisme
oleh mineral yang lebih tahan terhadap prose pelapukan. Meski material
yang menyusun organisme telah digantikan oleh mineral, struktur sel
dari organisme itu sendiri masih tampak jelas dengan menggunakan
mikroskop. Proses mineralisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:

a. Rekristalisasi, pengkristalan kembali mineral penyusun rangka
organisme menjadi mineral yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi
karena atom-atom penyusun mineral akan menyesuaikan diri dan
membentuk mineral yang lebih solid. Fosil yang mengalami
rekristalisasi akan mempunyai bentuk dam struktur yang tetap.
Tetapi hanya komposisi mineralnya yang berubah.

b. Permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme
berkontak langsung dengan air. Dimana, air ini mengandung ion-ion
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka,
unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan
adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

c. Replacement, material penyusun organisme yang mengalami pelarutan
dan digantikan oleh mineral yang lain. Selama proses ini, volume
dan bentuk asli organisme tidaklah berubah, tetapi material
penyusunnya mengalami perubahan.

4. Pengawetan, proses yang menyebabkan suatu organisme baik seluruh atau
sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat
kimia maupun fisiknya.

5. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami
kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan
sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral
sekunder lainnya disebut cast.

6. Organic trap, organisme yang secara utuh terjebak pada suatu material
sehingga tertimbun dan menjadi fosil.

7. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-
material lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut
track. Sedangkan trail adalah jejak perpindahan organisme yang
menimbulkan kenampakan yang sangat halus.

8. Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk oleh manusia sebagai
peraga.

9. Bekas gigtan, fosil tulang yang memiliki bekas gigitan dari carnivora
maupun hewan pengerat.

10. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk
menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan
tersebut.

11. Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang ditemukan di dalam
badan hewan yang telah menjadi fosil.

2.3 Jenis Fosil
Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:

1. Fosil tidak Terubah

Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang lunak maupun yang
keras. Misalnya, mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.

2. Fosil yang Mengalami Perubahan

Perubahan dapat berupa:

a. Permineralisasi

b. Replacement

c. Rekristalisasi

3. Fosil berupa Jejak atau Bekas

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk siap dikenal, sering
hanya bukti-bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk
diinterpretasikan. Contoh bukti tidak langsung adalah:

a. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang
mengalami kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan
pada batuan sedimen disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-
mineral sekunder lainnya disebut cast

b. Imprint, jejak yang terbentuk pada sedimen yang halus, pasir halus,
maupun lumpur.

c. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-
material lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut
track. Sedangkan trail adalah jejak perpindahan organisme yang
menimbulkan kenampakan yang sangat halus.

d. Burrow, jejak dari organisme penggali. Lubang atau galian
ditinggalkan oleh organisme sering terawetkan oleh pengisian
mineral yang memiliki komposisi yang berbeda.

e. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk
menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan
tersebut.

4. Fosil Kimia

Jejak asam organik seperti yang dijumpai dalam sedimen Prakambrium
yang dipandang sebagai fosil kimia.

2.4 Manfaat Fosil
Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang menguraikan
penyelidikan dan interpretasi fosil. Ilmu ini banyak membantu ahli geologi
dalam memahami sejarah masa lalu. Ahli paleontologi menggunakan fosil untuk
banyak hal, beberapa diantaranya adalah:

1. Untuk menentukan umur relatif suatu batuan. Batuan yang berasal dari
zaman tertentu mengandung fosil yang berbeda dengan zaman yang
lainnya. Fosil pada zaman yang lebih tua memiliki persebaran yang
sedikit dan bentuknya lebih primitif, sedangkan fosil pada zaman yang
lebih muda dapat dijumpai lebih banyak dan bentuknya lebih kompleks.

2. Untuk menentukan keadaan lingkungan dan ekologi suatu batuan sedimen
yang mengandung fosil.

3. Untuk menentukan korelasi batuan, dengan ditemukannya suatu fosil maka
dapat ditarik kesimpulanan bahwa lapisan yang juga terdapat fosil
tersebut terbentuk pada zaman yang sama.

4. Untuk mengetahui evolusi makhluk hidup. Setelah meneliti isi fosil
dari lapisan batuan-batuan yang berbeda umurnya dapat disimpulkan
bahwa batuan yang lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit dan
bentuknya lebih primitif.






A

BAB III

PEMBAHASAN

" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 1

No. Peraga : 1945

Family : Pleurotomanidae

Genus : Pleurotoma

Spesies : Pleurotoma steinworthi S.

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Miosen Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (Neritik-Abisal)

Ket :

Pleurotoma steinworthi S. termasuk dalam filum Molusca, kelas
Gastropoda, family Pleurotomanidae, genus Pleurotoma. Fosil ini memiliki
bentuk konikal, karena diameter dari bawah ke atas semakin bertambah.
Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M
cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut
dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, suture yaitu
hubungan antar bagian yang lain, aperture yaitu mulut bagian atas, dan
septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu permineralisasi, proses dimana bagian lunak
dari suatu organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung ion-ion
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-
unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan adanya proses ini,
fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.
Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan
batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur miosen atas. Manfaat
dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa miosen atas,
untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan
pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.












DAFTAR PUSTAKA

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html,
diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses
pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56










" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 2

No. Peraga : 279

Family : Calymenenidae

Genus : Calymene

Spesies : Calymene blumenbachi B.

Bentuk : Beruas-ruas

Komposisi Kimia :-

Proses Pemfosilan : Fake fosil

Umur : Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Calymene blumenbachi B.termasuk dalam filum Artropoda, kelas
Trilobita, ordo Trilobithes, family Calymenenidae, genus Calymene. Fosil
ini memiliki bentuk tubuh beruas-ruas seperti lipan. Bagian tubuh yang
dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah, sebuah glabella bulat
sederhana, beberapa segmen toraks dan bentuk tubuh yang lempeng.

Proses pemfosilan fosil ini adalah fake fosil. Karena fosil ini
merupakan tiruan dan rekayasa manusia. Tidak terbentuk dengan sendirinya di
alam.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini hidup kisaran silur tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
silur tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.




DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the
Silurian of Dudley. England: Departement of Geology University of Hull
Cottingham Road

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 15:23

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari
2015, pukul 15:18








" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Test (2)Septa

No. Sampel : 3

No. Peraga : 1578

Family : Hemicidarisidae

Genus : Hemicidaris

Spesies : Hemicidaris crenularis

Bentuk : Slender Spin

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Umur : Jura Atas

Proses pemfosilan : Cast

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :
Hemicidaris crenularis termasuk dalam filum Echinodermata, kelas
Echinoidea, family Hemicidarisidae, genus Hemicidaris. Fosil ini memiliki
bentuk bikonveks, tubuh tertutup oleh dua cangkang yang saling menutup satu
sama lain. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M
cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut
dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, aperture yaitu
mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau
ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu cast, proses dimana mold terisi oleh mineral-
mineral sekunder dan mengisi rongga-rongga yang terdapat pada cangkang.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat. Diperkirakan
terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait didalam proses
ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen tadi
terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up lift/pengangkatan atau
perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur jura atas. Manfaat
dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa jura atas,
untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan
pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.






DAFTAR PUSTAKA

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari
2015, pukul 15:59

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-
directory/taxa/taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015,
pukul 15:40

































" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 4

No. Peraga : 792

Family : Coralidae

Genus : Coral

Spesies : Coral limestone

Bentuk : Cabang-cabang

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (3-50m)

Ket :

Coral limestone termasuk dalam filum Cnidaria , kelas Anthozoa, family
Coralidae, genus Coral. Fosil ini memiliki bentuk cabang-cabang yang
terkompaksi dalam batuan sedimen. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena
ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi
kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini
adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, dan septa yaitu
pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan
karena adanya kalsium karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur
yang terlapukkan dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian keras
dari karang dan terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat. Diperkirakan
terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait didalam proses
ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen tadi
terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up lift/pengangkatan atau
perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur kapur atas. Manfaat
dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa kapur atas,
untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan
pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.




DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 16:38










" " " "
"V "D "S "


Ket :

1) Test

No. Sampel : 5

No. Peraga : 530

Family : Lepidocentrusidae

Genus : Lepidocentrus

Spesies : Lepidocentrus mulleri

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Devon Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Lepidocentrus mulleri termasuk dalam filum Echinodermat, family
Lepidocentrus idae, genus Lepidocentrus. Fosil ini memiliki bentuk
diskoidal, karena bentuknya berupa piringan atau cakram. Memiliki komposisi
kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih.
Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu
bagian dalam fosil, dan eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu permineralisasi, proses dimana bagian lunak
dari suatu organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung ion-ion
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-
unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan adanya proses ini,
fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.
Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan
batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
devon tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.














DAFTAR PUSTAKA

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:23

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-
6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30










" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 6

No. Peraga : 157

Family : Porpitesidae

Genus : Porpites

Spesies : Porpites porpita L.

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Porpites porpita L. termasuk dalam filum Cnidaria, kelas Hydrozoa,
family Porpitesidae, genus Porpites. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal,
berbentuk pipih seperti piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia
CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan
fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu
bagian dalam fosil, dan eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu mineralisasi, proses dimana bagian lunak dari
suatu organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung ion-ion
terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-
unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan adanya proses ini,
fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.
Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan
batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur silur tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
silur tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.













DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015 pukul 17:30

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41








" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 7

No. Peraga : 712

Family : Hysterolithesidae

Genus : Hysterolithes

Spesies : Hysterolithes elegans

Bentuk : Bikonveks

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Devon Bawah-Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Hysterolithes elegans termasuk dalam filum Molusca, kelas Brachiopoda,
family Hysterolithesidae, genus Hysterolithes . Fosil ini memiliki bentuk
bikonveks, karena cangkang atas dan cangkang bawah saling meratap. Memiliki
komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya
berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa
lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, pedical valve yaitu
cangkang bagian atas, pedical opening yaitu sumbu yang menghubungkan
cangkang atas-cangkang bawah, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa
yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu petrifikasi, berubahnya organisme menjadi
batuan karena adanya kalsium karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari
kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian
keras dari karang dan terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.
Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan
batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
devon bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan
menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.












DAFTAR PUSTAKA

http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:55

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-
devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:50












" " " "
"V "D "S "


Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 8

No. Peraga : 816

Family : Verruculinanidae

Genus : Verruculina

Spesies : Verruculina tenuis

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Verruculina tenuis termasuk dalam filum Poriferas, kelas Calcarea,
ordo Pleospolares, family Verruculinanidae, genus Verruculina. Fosil ini
memiliki bentuk konikal (kerucut), karena diameter dari bawah ke atas
bertambah. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M
cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut
dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri
adalah, test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu
bagian dalam fosil, dan eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme
ini akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil.
Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang
relatif kedudukannya berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen.
Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan
sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri
pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses
pemfosilan yang terjadi yaitu petrifikasi, berubahnya organisme menjadi
batuan karena adanya kalsium karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari
kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian
keras dari karang dan terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah
kompaksi terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen. Namun karena mengalami
penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.
Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan
batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan
yang menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan
kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
devon bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan
menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.






DAFTAR PUSTAKA

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:57











BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup
pada masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat
terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang
keras., mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi
secara alamiah tanpa rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan
berumur lebih dari 10.000 tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak
memenuhi keenam syarat di atas, maka tidak dapat dikatan bahwa organisme
tersebut adalah fosil.

2. Saran
Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara selanjutnya adalah
sebelum memulai praktikum setidaknya diberikan informasi terlebih dahulu
sekurang-kurangnya sehari sebelum dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan
dalam keadaan siap. Serta, sebelum praktikum dimulai, sebaiknya kakak tim
asisten mengecek terlebih dahulu peraga yang akan digunakan. Karena kotak
antara Calymene blumenbachi B. Dan Hemicidaris crenularis tertukar.






DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the
Silurian of Dudley. England: Departement of Geology University of Hull
Cottingham Road

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbitan
dan Pencetakan UNS

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 15:23

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015 pukul 17:30

http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:55

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 16:38

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari
2015, pukul 15:18

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html,
diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari
2015, pukul 15:59

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:23

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses
pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:57

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-
directory/taxa/taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015,
pukul 15:40

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-
devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:50

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-
6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30

Rochmanto, Budi. -. Diktat Matakuliah Geologi Fisik. Ujung Pandang: UNHAS







-----------------------
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan


PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.