Laporan praktikum kimia larutan

June 15, 2017 | Autor: Dini Andini Poetri | Categoría: Laporan Praktikum Kimia
Share Embed


Descripción





BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari, industri maupun laboratorium tidak terlepas dari kimia. Didalam kimia dikenal suatu larutan, dimana larutan merupakan hal yang sangat penting dan hal dasar yang harus diketahui, terutama bagi seseorang yang bekerja dibidang industri maupun didalam laboratorium. Banyak reaksi kimia yang dikenal, terutama didalam laboratorium atau di industri yang terjadi didalam larutan (Haris, 2014).
Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi dengan baik. Dalam proses pembuatan larutan, juga dikenal pengenceran. Pengenceran juga merupakan hal yang penting dalam bidang industri maupun laboratorium. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Didalam laboratorium maupun industri juga dikenal pencampuran, dimana dua atau lebih senyawa yang memiliki konsentrasi berbeda dicampurkan menjadi satu, baik itu berbentuk cair, padat maupun gas (Haris, 2014).
Program studi pendidikan biologi tidak terlepas dari pembelajaran mengenai kimia, seperti pembuatan larutan, pengenceran maupun pencampuran bahan kimia dengan berbagai konsentrasi. Unutk itu, penting bagi seorang praktikan dalam mengetahui bagaimana membuat suatu larutan, pengenceran maupun menghitung konsentrasi bahan kimia.

Tujuan
Mampu membuat larutan dengan berbagai konsentrasi
Mampu membuat larutan dengan pengenceran
Mampu membuat larutan dengan pencampuran berbagai konsentrasi.

Manfaat
Setelah menyelesaikan laporan praktikum ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam laporan ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
Manfaat akademis: Praktikum ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya, khususnya mahasiswa pendidikan biologi.
Manfaat praktis: Hasil praktikum ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi mahasiswa, maupun pembaca pada umumnya.














BAB II
LANDASAN TEORI
NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida atau NaOH dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen (Anonim, 2014).
NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar dibandingkan titik didih air (Anonim, 2013).
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Larutan terbagi mendari dua, yaitu larutan encer maupun larutan pekat. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat merupakan larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Teknik Pengenceran daat dicontohkan pada proses preparasi Boehmite oleh hidrotermal dimana pengolahannya dibantu oleh sol-gel yang berasal dari alumunium alkoksida. Teknik pengenceran tersebut dijelaskan secara lebih rinci terutama pada proses hidrolisis. Untuk hidrolisis menggunakan hidrothermal, alumunium alkoksida diencerkan dengan toluen kemudian ditampung dalam wadah kaca. Wadah kaca tersebut kemudian diletakkan di sebuah baja stainless. Alumunium alkoksida yang telah terhidrolisis kemudian akan berdifusi dengan air menjadi larutan alumunium alkoksida pada kondisi hidrothermal. (Amin's dan Mirzae, 2005)
Menurut Kaenan (1996), larutan dapatdibedakan menjadi beberapa sifat, yaitu sebagai berikut:
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
Larutan pekat adalag larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.

Konsentrasi
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara kualitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau pelarut dan dinyatakan dalam jumlah volume zat terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut (Baroroh, 2014).
Menurut Baroroh (2004), satuan-satuan dari konsentrasi adalah sebagai berikut:
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponenyang terdapat dalam larutan.
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram.
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram.
Molaritas (M) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Normalitas (N) menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Persen massa (%(b/b)) adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.
Persen volume (%(v/v)) adalah volume bahan yang terkandung didalam 100 ml larutan.
Persen berat per volume (% (b/v)) adalah berat bahan yang terkandung didalam 100 ml larutan.
Parts per milion (ppm) menyatakan kandungan suatu senyawa dalam larutan.

Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimiayang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada didekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit (Khopkar, 1990).
M1 X V1 = M2 X V2Menurut Jhon (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah sebagai berikut:
M1 X V1 = M2 X V2


Dimana:

M1 = molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = volume larutan sebelum pelarutan
M2 = molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = volume larutan sesudah pelarutan.
Pencampuran
Pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa, baik itu berbentu cair, padat maupun gas. Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk keseragaman dari beberapa konstituan baik likuid-solid (pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang likuid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan didalam industri pangan seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan gula atau CO2 dengan air. Pencampuran bertujuan untuk mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik padat, padat-cair, maupun cair-gas. Prinsip dari pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengayakan dan distribusi dua atau lebih beberapa komponen yang mempunyai sifat berbeda, yang mana derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Pencampuran bermanfaat untuk mendapatkan hasil dari pencampuran dari beberapa bahan agar didapatkan karakteristik bahan yang sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan (Wirakartakusumah, 1992).







BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat dan Tanggal
Tempat : Laboratorium Dasar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
lantai 1 Universitas Borneo Tarakan
Tanggal : 27 November 2015
Alat dan Bahan
Alat
Gelas kimia
Tabung reaksi
Batang pengaduk
Pipet tetes
Labu volumetrik
Gelas ukur
Timbangan analitik

Bahan
Akuades
NaOH
NaCl
Na2SO4
NaHCO3
H2SO4

Langkah Kerja
Membuat larutan NaOH 0,02 M, NaCl 0,1 M, NA2SO 0,1 M, H2SO4 0,1 M, dan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,02 M
Massa ketiga kristal tersebut dihitung terlebih dahulu melalui data yang ada
Kemudian massa kristal ditimbang dengan neraca analitik secara tepat
Kristal hasil penimbangan kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100 ml dan ditambah dengan air 50 ml kemudian diaduk dengan pengaduk hingga larut.
Dan larutan tersebut dimasukkan kedalam labu volunetrik 100 ml dan ditambah dengan air hingga batas akhir 100 ml
Lakukan semua langkah tersebut pada bahan-bahan diatas.

Membuat larutan dengan pengenceran
Larutan dari percobaan 1 diambil 10 ml menggunakan pipet ukur 10 ml dan dimasukkan kedalam labu volumetrik 100 ml
Kemudian ditambah air sampai tepat garis batas 100 ml
Setelah itu dihitung konsentrasi setelah pengenceran
Lakukan semua langkah tersebut pada tiga bahan diatas.

Membuat larutan dengan pengenceran
Larutan dari hasil percobaan 1 diambil 10 ml menggunakan pipet ukur dan dimasukkan kedalam labu volumetrik 100 ml
Kemudian ditambahkan dengan larutan dari hasil percobaan 2 kedalam labu volumetrik 100 ml tersebut sampai tepat garis batas 100 ml
Setelah itu dihitung berapa molaritas campurannya
Lakukan semua langkah tersebut pada bahan-bahan lainnya.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
Pembuatan Larutan
NO.
Larutan
Konsentrasi
Massa
1.
Na2SO4
0,1 M
1,42 gr
2.
NaHCO3
0,02 M
0,168 gr
3.
NaOH
0,02 M
0,08 gr
4.
NaCl
0,1 M
0,56 gr

Pengenceran Larutan
NO.
Larutan
Konsentrasi Awal
Konsentrasi Setelah Pengenceran
1.
Na2SO4
0,1 M
0,01 M
2.
NaHCO3
0,02 M
0,002 M
3.
NaOH
0,02 M
0,002 M
4.
NaCl
0,1 M
0,01 M

Pencampuran Larutan
NO.
Larutan
Konsentrasi Awal
Konsentrasi Setelah Pengenceran
1.
Na2SO4
0,01 M
0,01 M
2.
NaHCO3
0,02 M
0,002 M
3.
NaOH
0,002 M
0,0002 M
4.
NaCl
0,01 M
0,001 M

Nama Dosen
Hari/Tanggal
Paraf


Pembahasan
Larutan adalah campuran yang selaras antara dua ataupun lebih zat. Larutan dapat berupa cair, padat maupun gas. Pada umumnya, didalam pembuatan larutan, zat pelarut yang digunakan adalah air (H2O). Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004), yang menyatakan bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau pelarut. Dan digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi memiliki macam-macam satuan, yaitu fraksi mol, persen berat, molalitas, molaritas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per volume dan PPM atau Parts Per Million. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2014) yang menyatakan bahwa konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat pelarut dalam tiap satuan larutan atau pelarut.
Pengenceran merupakan pencampuran larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan suatu senyawa kimia yang pekat diencerkan, terkadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini sesuai dengan Khopkar (1990) yang menyatakan bahwa pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Pencampuran adalah gabungan dari dua atau lebih bahan kimia yang bertujuan untuk menghasilkan suatu bentuk yang seragam baik itu padat-cair, cair-gas dan padat-gas. Dan pencampuran dilakukan untuk mendapatkan karakteristik bahan yang sesuai dengan apa yang kita butuuhkan. Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (1992) yang menyatakan bahwa pencampuran bertujuan untuk mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan kedalam bahan lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik padat, padat-cair maupun cair-gas.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan Na2SO4 0,1 M adalah Na2SO4. Sebelum membuat larutan Na2SO4 terlebih dahulu dihitung jumlah Na2SO4 yang akan digunakan untuk membuat larutan Na2SO4 0,1 M. Untuk menghitung jumlah Na2SO4 yang dipakai, digunakan rumus:
Na2SO4 = gr/mr . 1000/ml larutan
0,1 = gr/142 . 1000/100
0,1 = gr.1000/142.100
0,1 = 1000 gr/14.200
0,1 . 14.200 = 1000
1420/1000 = gr
1,42 = gr
Setelah didapatkan jumlah Na2SO4 yang akan digunakan, Na2SO4 dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml kemudian dilarutkan menggunakan aquades 50 ml dan diaduk hingga homogen dimana antara zat pelarut dan terlarut tidak dapat dibedakan lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baroroh (2004) bahwa larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Bahan yang digunakan dalam pengenceran adalah Na2SO4. Untuk melakukan pengenceran, Na2SO4 dimasukkan kedalam labu volumetrik kemudian dilarutkan dengan aquades sampai batas akhir 100 ml kemudian dihitung konsentrasi dengan rumus :
M1 . V1 = M2 . V2
0,1 . 10 = M2 . 100
1 = M2 . 100
M2 = 1/100
M2 = 0,01 M
Hal ini sesuai dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih tinggi.
Bahan yang digunakan untuk pencampuran adalah Na2SO4 (larutan) dengan Na2SO4 (pengenceran). Untuk melakukan pencampuran, Na2SO4 (larutan) diambil 10 ml dan dimasukkan kedalam labu volumetrik. Kemudian Na2SO4 (pengenceran) ditambahkan ke dalam labu volumetrik sampai tepat garis batas 100 ml. Lalu setelah itu, hitung molaritas campurannya dengan rumus sama yaitu:
M1 . V1 = M2 . V2
0,1 . 10 = M2 . 90
1 = M2 . 90
M2 = 1/90
M2 = 0,01
Hal ini sesuai dengan Wirakartakusumah (2014) yang menyatakan bahwa pencampuran merupakan penggabungan dari dua atau lebih senyawa, baik itu berbentuk cair, padat maupun gas.





















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum adalah sebagai berikut:
Untuk membuat larutan Na2SO4 0,1 M, diperlukan 1,42 gr dan aquades 50 mL sebagai pelarut.
Untuk melakukan pengenceran Na2SO4 0,1 M dihitung terlebih dahulu jumlah bahan yang akan diencerkan kemudian dilarutkan menggunakan aquades dan dikocok hingga homogen yang menandakan bahwa kedua zat telah larut dan di dapatkan hasil dari konsentrasi Na2SO4 adalah 0,01 M.
Molaritas dari pencampuran Na2SO4 (larutan) dengan Na2SO4 (pengenceran) adalah 0,01 M.

Saran
Saran untuk praktikum pembuatan larutan, pengenceran dan pencampuran adalah harus dilakukan dengan teliti, misalnya pada penghitungan jumlah bahan yang akan dilarutkan ataupun diencerkan. Karena apabila praktikan tidak teliti atau salah dalam menghitung massa tiap sampel maka akan mempengaruhi pada proses pembuatan larutan dan pengenceran. Maka dari itu, dalam praktikum harus hati-hati dan teliti.
13


Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.