LAPORAN PRAKTIKUM

May 23, 2017 | Autor: Iffa Nadia Putri | Categoría: Pendidikan Biologi
Share Embed


Descripción

LAPORAN PRAKTIKUM
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
GIGI DAN JARINGAN PENDUKUNG


Oleh :

NIKMATUL AMALIYA N.C.
081610101026





FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2009
PRAKTIKUM KERING
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI DAN JARINGAN
PENDUKUNG

I. PEMBENTUKAN JARINGAN PENDUKUNG GIGI


1. Perkembangan Periodonsium
Periodonsium adalah jaringan yang menutupi dan menyangga
gigi seperti ligamen periodontal, gingiva, sementum dan tulang
alveolar, yang berfungsi sebagai pengikat gigi ke tulang, transmisi
tekanan oklusal ke tulang alveolar, mempertahankan lokasi jaringan
gingiva pada gigi, shock absorbent untuk tekanan oklusal, melindungi
pembuluh darah dan saraf terhadap trauma mekanik selama gigi berfungsi.
Gingiva dan ligamen periodontal adalah jaringan lunak, sedangkan
sementum dan tulang alveolar adalah jaringan keras. Manusia memiliki
dua perangkat geligi, yaitu geligi susu dan geligi permanen.
Odontogenesis diawali dalam kandungan dari interaksi lapisan ektodermal
dan mesoderm. Bagian mahkota gigi menembus melalui gingiva dan tertutup
enamel, berasal dari lapisan ektodermal, yang dihasilkan oleh ameloblas
pada masa janin. Lapisan enamel sangat keras dan tahan lama, terdiri
dari prisma hidriksi apatit tidak vital yang tersusun secara radial.
Tonjolan-tonjolan protoplasma yang hidup dan berasal dari odontoblas,
terletak di tengah-tengah pulpa, suatu daerah terdiri dari jaringan
ikat longgar yang diantaranya dilaui neurovaskular. Lapisan dentin ini
meluas sampai menyerupai tulang, berasal dari mesoderm, disebut
sementum. Serat-serat kolagen yang padat membentuk ligamen
periodontium, menghubungkan akar sementum dengan soket tulang alveolar.

2. Pembentukan Jaringan Periodontal dan Tulang alveolar
1. Gingiva
Pada akhir pembentukan matriks enamel, ameloblas memproduksi
kutikula enamel primer. Saat kutikula terbentuk, enamel dilingkupi
sel epitel yang disebut reduced enamel. Epitel gigi kemudian
tereduksi dan menutupi permukaan enamel, dan selanjutnya meluas
sampai cemento enamel junction. Erupsi terjadi saat ujung gigi
mendekati mukosa oral sehingga epitel gigi tereduksi melebur
bersama epitelium rongga mulut.
Selanjutnya ujung mahkota gigi mengalami degenerasi dan
mahkota gigi naik dan masuk ke dalam rongga mulut. Epitel gigi
tereduksi menjadi epitel attachment. Selama proses ini berlangsung,
sel-sel epitel reduced email secara berangsur-angsur digantikan
oleh sel-sel epitel squamosa. Akan tetapi epitel junction terus
dapat memperbaharui diri dengan melakukan mitosis. Sel-sel yang
baru bergerak mendekati permukaan gigi ke arah koroner, sehingga
pada saat gigi erupsi, sulkus gingiva terbentuk. Sulkus gingiva
merupakan cekungan dangkal antara gingiva dan permukaan gigi. Dan
pada sulkus terdapat dasar sulkus yang merupakan epitel attachment
yang terpisah dari permukaan gigi. Terdapat puncak sulkus yang
disebut free gingiva (gingiva margin). Epitel gingiva pun kemudian
berdifferensiasi menjadi 2 tipe sel yaitu sel yang berkeratin yang
menutupi gingiva margin dan attached gingiva, serta epitel tidak
berkeratin yang menutupi gingiva sulkus.

2. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal berkembang dari jaringan ikat
sirkuler yang terdapat di sekeliling benih gigi. Folikel gigi
ini bersambung dengan ektomesensim papila dental dan terdiri
atas :
1. sel fibroblas yang belum berdifferensiasi menjadi fibroblas
sementoblas dan osteoblas
2. sel mesensim perivaskuler yang belum berdifferensiasi
menjadi fibroblas
Dalam periodontal membran terdapat sel-sel fibroblas,
osteoblas, dan sementoblas, serta sel-sel sisa epitel root sheat
dari hertwig yang bisa membentuk dental cyst, pengapuran atau
cementicles.
Selama erupsi gigi berlansung, dan gigi mulai berfungsi,
serat periodontal utama ligamen periodontal menjadi semakin
teratur susunannya dan semakin tebal. Pada ligamen ini terdapat
jaringan syaraf yang berfungsi proprioseptif, serta terdapat
pembuluh darah. Jaringan ikat ligamen periodontal terdiri dari
serat (5 kelompok), yaitu sel (fibroblas, osteoblas, osteoklas,
sementoblas, makrofag, sel mast, sisa epitel malassez) dan
substansi dasar. Kelompok serat utama pada ligamen periodontal
yaitu serat transeptal (tertanam ke dalam sementum dan meluas ke
interproksimal diats krista alveolar), serat alveolar crest
(berjalan miring dari sementum dibawah epithelial-junction ke
krista alveolar), serat horizontal (berjalan tegak lurus sumbu
gigi di antara sementum dan tulang alveolar), serat oblik
(merupakan kelompok serat yang terbesar, berjalan miring dari
sementum menuju tulang alveolar), serat apikal (menyebar radier
di daerah apikal ementum pada dasar poket). Disamping serat
periodontal utama tersebut, di dalam ligamen periodontal
terdapat serat-serat kolagen lainnya yang lebih halus yang
berisi pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe, yaitu yang dikenal
dengan serat elastin dan oksitalan. Rangkaian sel-sel tersebut
kemudian membentuk jalinan sel yang diduga merupakan derivat
dari sarung akar hetwig yang mengalami disintegrasi tertinggal
selama perkembangan gigi. Sel ini masih memiliki kemampuan untuk
bermitosis bila mengalami iritasi. Sel fibroblas yang terdapat
di ligamen periodontal mempunyai kemampuan sebagai fagosit
sehingga diduga bahwa sel tersebut juga berperan dalam proses
pembentukan dan penggantian serat-serat periodontal.
3. Sementum
Sementum berasal dari sakus dentin. Pembentukan semen dimulai
setelah selubung hertwig pecah dan diikuti oleh penetrasi sel folikel.
Sebelum pecah, sel epitel memproduksi lapisan homogen 1 mikron dari
permukaan akar. Matriks semen disebut dengan sementoid, dihasilkan
oleh sementoblas yang terdiri dari serat kolagen dan substabsi dasar.
Selanjutnya diikuti dengan mineralisasi kristal hodriksi-apatit. Serat
folikel dentis tertanam di dalam semen membentuk sebagian besar
matriks yang kemudian mengalami mineralisasi dan disebut dengan serat
Sharpey. Serat ini merupakan ikatan antara ligamen periodonsium
dengan gigi pada 2/3 atas panjang akar yang membentuk semen fibrilar.
Pada semen selular hanya 40 % - 60% serat sharpey di dalam matriks.
Kalsifikasi hanya terjadi di bagian perifer.

3. Tulang Alveolar
Tulang alveolar membentuk dan menyangga soket gigi, dan terdiri
atas trabekula dan tulang kortikal. Bagian kortikal mandibula lebih
tebal daripada maxila. Tualng alveolar merupakan bagian tulang maxila
dan mandibula yang menyangga gigi. Bagian tulang alveolar yang
merupakan selapis trulang kompak membentuk soket, dan mengelilingi
bagian akar gigi, merupakan tempat terbentuknya ligamen periodontal
yang disebut cribiform plate.
Tulang selalu melakukan aktivitas remodeling dengan meresorpsi
dan membentuk kembali daerah yang membutuhkan. Dalam batas-batas
fisiologik peningkatan fungsi gigi menimbulkan gaya-gaya yang
disalurkan melalui jaringan periodontal tulang alveolar, dan ini akan
meningkatkan masssa tulang. Sebaliknya fungsi yang kurang menyebabkan
resorbsi tulang alveolar.




II. KELAINAN GIGI AKIBAT GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN

1. Kelainan Akibat Kegagalan Migrasi Neural Crest
Ektomesensimal yang berasal dari neural crest adalah bahan
odontogenesis primer. Interaksi induksi anatara jaringan neural
crest dan ektodermal mulut, didikuti dengan poliferasi ektodermal
mulut, menghasilkan manifestasi morfologi pertama dari perkembangan
gigi, lamina gigi. Sel neural crest akan membentuk papila gigi
individual, yang menentukan jumlah gigi-gigi.
Kelainan neural crest, seperti gagalnya migrasi, dapat
menyebabkan anodonsia (tidak adanya gigi). Anodonsia dapat terjadi
secara menyeluruh, sebagian, mengenai gigi-gigi tyertentu, serta
dapat mengikuti pola herediter. Selain itu anodonsia juga merupakan
suatu sindrom (misalnya ektodermal displasia)


2. Kelainan Akibat Gangguan Selama Amelogenesis, Dentinogenesis, dan
Sementogenesis.


A. Gangguan selama amelogenesis
Enamel Dysplasia: menguraikan mengenai perkembangan yang
abnormal.
Enamel Hypoplasia: gangguan pada ameloblas ketika pembentukan
enamel matrik
Enamel Hypocalcification: gangguan pada waktu enamel matrik
masak
- Sebab-sebab enamel dysplasia meliputi
Turun temurun: amelogenesis imperfecta, Hutchinson's
teeth
Sistemik: minuman, infeksi, kekurangan nutrisi
Gangguan Lokal: truma, infeksi periapikal
Biasanya bervariasi dalam warna: dari putih ke kuning dan
coklat, dan atau morphologi: enamel berlubang, kasar.
a. Amelogenesis Imperfecta
Merupakan penyakit turunan yang mengenakan pada
pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan
jaringan enamel sebagian atau seluruhnya mengakibatkan
mahkota yang kasar, berwarna kuning sampai coklat, yang
cenderung rusak resiko tinggi.
b. High Fever
Enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sering sebagian
akibat demam pada masa kanak-kanak dari penyakit campak.


B. Gangguan selama Dentinogenesis
( Dentinal Dysplasia: anomaly dari dentin baik yang
disebabkan oleh turunan atau oleh penyakit atau sistemik.
a. Dentinogenesis Imperfecta
Klinis semua gigi susu atau tetap berwarna biru keabu-abuan
sampai kuning, kadang-kadang bertukar warna. Radiologist
menunjukkan saluran akar dan ruang pulpa sebagian atu sama
sekali tidak ada. Gigi ini lemah karena kurang dukungan
dari jaringan dentin.
b. Tetracycline Stain
Antibiotik tetracycline yang dimakan atau diminum oleh
wanita hamil, kanak-akank dapat melebur dalam dentin yang
berkembang. Warnanya tergantung dari dosis dan diminum pada
usia berapa dari warna kuning sampai coklat abu-abu.


3. Gangguan Selama Sementogenesis


3. faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan gigi
Gangguan auto somal dominan genetic atau hippoplasia serta
hippomineralisasi sporadic dapat menyebabkan cacat enamai laminogenesis
imperfectal dan dentin dentinogenesis imperfektal. Selain itu, anodonsia
congenital dapat disebabkan oleh ektodermal dysplasia yang mengikuti pola
herediter.
Gigi-gigi sangat sensitive terhadap kekurangan vitamin tertentu dan
hormone, terhadap gangguan metabolic, infeksi bakteri dan virus serta oba-
obat tertentu(missal: fluoride tetrasikline) selama pembentukanya
kekurangan ini mendorong timbulnya lesi pada jaringan keras yang bersifat
menetap.
Faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke
tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih
gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum
waktunya.

4. Perubahan gigi dan jaringan pendukungnya akibat pertambahan umur
Awal nampak perubahan gigi yaitu sejak fetus berumur 6 minggu. Saat
inilah akan terbentuk substansi dasar struktur gigi.
Kemudian jaringan keras yang menggelilingi gigi akan terbentuk saat
masa kehamilan sejak sekitar umur 3-4 bulan.
Setelah bayi lahir, tahap selanjutnya akan terjadi saat gigi dalam
bentuk sebenarnya akan bererupsi pada ginggiva.
Akhirnya gigi susu atau decidui akan hialng atau eksfolasi dan
digantikan oleh gigi permanen
Gigi bayi atau gigi susu sangat bervariasi dalam bererupsi bagi masing-
masing anak, umumnya dalam rentang waktu 4 bulan sampai 12 bulan. Gigi
rahang atas dengan jenis gigi yang sama biasanya akan erupsi satu atau dua
bulan setelah erupsi gigi rahang bawah. Jumlah semua gigi yang pertama akan
diikuti oleh gigi bererupsi yang lain pada tiap bulannya.
Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.