Laporan Plaque

July 15, 2017 | Autor: Dian Kusumawardani | Categoría: Bacteriology, Virology, Clinical Bacteriology, Medical Microbiology and Virology
Share Embed


Descripción

PENGAMATAN VIRUS PADA BAKTERI DENGAN METODE PLAQUE
















Oleh :
Nama : Dian Kusumawardani
NIM : B1J013053
Kelompok : 3
Rombongan : IV
Asisten : Chairunisa Fadhilah








LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Virus merupakan parasit intraselular obligat yang sangat kecil dan dapat melaksanakan aktivitas metaboliknya di dalam sel inang yang spesifik. Virus akan menggunakan sel sebagai tempat memperbanyak diri. Virus hanya terdiri dari dua kelompok besar, yaitu virus yang mengandung Deoxiribonucleid Acid (DNA) atau virus yang mengandung Ribonucleid Acid (RNA) (Schlegel dan Schmidt, 1994).
Virus selama hidupnya di dalam organisme inang mengalami dua macam daur hidup, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Daur hidup litik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase replikasi (sintesis), fase perakitan dan fase lisis (pembebasan virus baru). Daur hidup lisogenik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase penggabungan dan fase pembelahan (Pelczar & Chan, 2000).
Salah satu prosedur yang paling penting dalam virologi adalah mengukur titer konsentrasi virus dalam sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah virus menular adalah tes plaque. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk menghitung titer stock bakteriophage. Renato Dulbecco memodifikasi prosedur ini pada tahun 1952 untuk digunakan dalam virologi hewan dan sejak saat itu telah digunakan sebagai penentuan handal dari titer virus. Bakteri Escherichia coli juga dapat menggunakan teknik plaque ini, yang berarti sel bakteri lisis karena bakteriofag (Dulbecco dan Vogt, 1953).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui unit infeksi virus di antaranya adalah plaque assay. Saat partikel virus memulai infeksinya pada lapisan sel inang yang tumbuh menyebar di permukaan medium, zona lisis atau zona hambat akan muncul sehingga akan terlihat wilayah yang terang pada lapisan sel inang. Wilayah terang ini dinamakan sebagai plaque yang diasumsikan bahwa setiap plaque berasal dari satu partikel virus. Plaque merupakan jendela pada lapisan sel inang yang hidup menyebar pada permukaan media agar. Plaque dapat dilihat apabila partikel virus (bakteriofag) dicampur dengan lapisan tipis inang bakteri yang ditumbuhkan pada media agar (Sihombing, 2000).
Tujuan
Tujuan dari acara praktikum Pengamatan Virus Pada Bakteri Dengan Metode Plaque adalah untuk mengetahui ada tidaknya virus yang melisiskan sel bakteri. Yang terlihat dari zona jernih atau adanya Plaque yang terbentuk di dalam media NA yang telah diinokulasi sampel dan bakteri Escherichia coli.





























MATERI DAN METODE
Materi
Bahan yang digunakan pada acara praktikum kali ini yaitu media luria bertani, drugalsky, inokulum Escherichia coli, Phospat Buffer Saline (PBS), sampel air closet, kertas membran filter 0,45 µm, wrapping dan alkohol.
Alat-alat yang digunakan yaitu Bunsen, pipet ukur 1 ml, milipore, mikropipet, tip, Eppendorf, syringe, botol steril, cawan petri, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, sentrifugator, dan shaker incubator.
Metode
Pengkayaan Bakteriofag.
Sebanyak 10 ml sampel air closet dari setiap kelompok dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.
Media luria bertani sebanyak 7,5 ml dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer yang telah diisi oleh Ʃ 60 ml sampel air.
Inokulum E.coli sebanyak 7,5 ml dimasukkan juga ke dalam tabung erlenmeyer yang telah diisikan Ʃ 60 ml sampel air.
Kemudian dilakukan inkubasi menggunakan shaker incubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 37 C.
Kontrol
Sebanyak 7,5 ml media luria bertani dan 7,5 ml inokulum E.coli dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.
Kemudian dilakukan inkubasi menggunakan shaker incubator selama 1 x 24 jam dengan suhu 37 C.
Isolasi Bakteri
Sebanyak 75 ml sampel air untuk perlakuan dimasukkan ke dalam 10 microsentrifuge tube masing-masing sebanyak 1,5 ml.
Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit.
Supernatan yang telah didapatkan dari setiap tabung mikrosentrifuge tersebut dikumpulkan.
Supernatan yang telah didapatkan kemudian disaring menggunakan membran filter milipore 0,45 µm.
Filtrat yang didapatkan disimpan.
Filtrat yang telah didapatkan tersebut dilakukan pengenceran bertingkat hingga pengenceran 10¯ .
Kemudian masing-masing pengenceran tersebut ditambahkan Phospat Buffer Saline (PBS) masing-masing sebanyak 0,1 ml.
Dua pengenceran bertingkat terakhir yaitu pengenceran 10¯ dan 10¯ masing-masing ditambahkan E.coli sebanyak 0,5 ml untuk dijadikan sebagai suspensi faga.
Suspensi faga tersebut dilakukan inkubasi selama 10 menit dengan suhu 37 C.
Masing-masing suspensi faga 0,6 ml tersebut dengan 7 ml media luria bertani dilakukan platting ke cawan petri, lalu di wrapping.
Kemudian dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37 C.
Pengamatan dilakukan dan dihitung jumlah plaque yang terbentuk pada perlakuan dan kontrol.
Jumlah plaque yang didapatkan dihitung dengan rumus:
Plaque/ml = ϵPlaquePengenceran x Volume PFU's/ml














HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 3.1 Deteksi Virus Bakteri Dengan Metode Plaque.
Kelompok
Plaque 10¯ PFU's / ml
Plaque 10¯ PFU's / ml
Kontrol
1
6 x 10
3,5 x 10
-
2
5,6 x 10
5,3 x 10
-
3
6 x 10
5 x 10
-
4
8,33 x 10
2,88 x 10
-
5
0,67 x 10
3 x 10
-
6
2 x 10
8,33 x 10
-


Gambar 3.1 Kontrol 10¯ Gambar 3.2 Kontrol 10¯

Gambar 3.3 Plaque 10¯ Gambar 3.4 Plaque 10¯


Pembahasan
Bakteriofage berasal dari kata bacteria dan phagus (bahasa Yunani). Bakteriofage mula-mula ditemukan secara terpisah Frederich W.Twort di Inggris pada tahun 1915 dan oleh ilmuwan Prancis, D'Herelle pada tahun 1917, merupakan virus yang menginfeksi atau menyerang bakteri. Virus ini sering digunakan oleh para ilmuwan untuk penelaahan lebih mendalam tentang virus karena mudah ditumbuhkan pada bakteri (inang). Virus yang hidup pada bakteri teersebut mudah dipelihara dengan kondisi yang dapat dikendalikan dan ruangan yamg relatif sedikit dibandingkan dengan pemeliharaan inang berupa tumbuhan atau hewan. Salah satu contoh bakteriofage adalah T4 virus yang menyerang bakteri Eschericia coli yang hidup pada saluran pencernaan manusia (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteriofage memiliki sebuah inti asam nukleat dikelilingi oleh selubung protein atau kapsid. Kapsid tersusun dari subunit-subunit morfologis yang disebut kapsomer. Kapsomer terdiri dari sejumlah subunit atau molekul protein yang disebut protomer. Fage mempunyai simetri kubus atau helical. Fage kubus adalah benda padat teratur, sedangkan fage helical berbentuk batang. Umumnya bakteriofage kepalanya polyhedral tetapi ekornya berbentuk batang (Pelczar dan Chan, 1988).

Tubuh Bakteriofage tersusun atas kepala, ekor, dan serabut ekor. Kepala berbentuk polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari kepala muncul tubus atau selubung memanjang yang disebut sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas sebagai alat penginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsid. Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein sehingga disebut selubung protein atau pembungkus protein dan berfungsi sebagai pelindung asam nukleat (DNA dan RNA), dapat membantu menginfeksi virus ke dalam sel inangnya dan menentukan macam sel yang akan dilekati. Bagian ujung ekornya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi sebagai penerima rangsang atau reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang menyusun kapsid dan identik satu dengan yang lain disebut kapsomer (Haq et al., 2012).
Virus yang menginfeksi bakteri (faga) adalah yang paling berlimpah, beragam, dan tersebar dalam entitas biologis di lautan dunia. Fagaa adalah agen kematian substansial bakteri, sehingga mempengaruhi proses biogeokimia global dan fluks energi. Pengaruh faga pada proses ekologi dan biogeokimia dipengaruhi oleh siklus hidup mereka. Virus pada siklus litik, replikasi dimulai segera setelah infeksi, menyebabkan faga diproduksi dan sel inang lisis. Biomassa bakteri hilang setiap hari karena infeksi virus litik, yaitu sebesar 20-25% pada lingkungan laut. Siklus lisogenik, materi genetik fagaa terintegrasi ke dalam genom inang sebagai profagaa dan kemudian ditransmisikan secara vertikal selama pembelahan sel (Payet dan Suttle, 2013).
Perkembangbiakan virus atau dalam siklus hidupnya virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Menurut Campbell (2004) ada dua macam cara virus menginfeksi sel hospes, yaitu :
Infeksi secara litik 
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini:
Fase adsorpsi dan infeksi
Faga akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah itu disebut daerah reseptor. Daerah ini khas bagi faga tertentu dan faga jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus tidak memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel hospes. Sesudah dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi faga masuk ke dalam hospes. Faga kemudian merusak dan mengendalikan DNA hospes.
Fase replikasi (fase sintesa)
 DNA faga mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk selubung protein, maka terbentuklah molekul DNA baru virus yang lengkap dengan selubungnya.
Fase pembebasan virus (faga-faga baru) atau fase lisis.
Sesudah faga dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau faga yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200.
b. Infeksi secara lisogenik 
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Faga menempel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes kemudian mengeluarkan DNA ke dalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profaga yang memiliki sebagian besar gen yang berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profaga tidak aktif.
Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profaga ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes juga mengandung profaga di dalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profaga membelah.
Plaque merupakan "jendela" pada lapisan sel inang yang hidup menyebar pada permukaan media agar. Plaque dapat dilihat apabila partikel virus (bakteriofagaa) dicampur dengan lapisan tipis inang bakteri yang ditumbuhakan dalam media agar (Kusnadi dan Ahmad, 2003). Metode plaque diperkenalkan pada tahun 1952 oleh Rennato Dulbecco. Plaque adalah uji virologis yang diperkenalkan untuk menghitung dan mengukur infektivitas bacteriophages. Uji plaque digunakan untuk melihat dan mencatat kematian sel dalam kultur sel yang terinfeksi. Ketika satu sel terinfeksi oleh satu virus maka akan menyebar dan menginfeksi sel sekitarnya. Uji plaque lebih akurat bila pada konsentrasi rendah, karena tidak memakan waktu dan tekniknya mudah (Atlas, 1997). Perkembangan plaque untuk mengukur infektivitas virus hewan pada sel monolayer rentan telah mengarahkan adaptasi pada metode ini untuk mempelajari senyawa anti virus (Siminoff, 1960).
 Pelczar dan Chan (1988) mengatakan Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembeda Escherichia coli yaitu: (1) merupakan batang gram negatif, (2) terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, (3) biasanya tidak berkapsul, (4) tidak berspora, (5) motil atau tidak motil, peritrikus, (6) aerobik, anaerobik fakultatif, (7) penghuni normal usus dan sering menyebabkan infeksi.
Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Penggunaan sampel air kloset sebab air kloset sudah tercemar oleh tinja manusia karena kloset selalu digunakan oleh manusia setiap hari untuk pembuangan feces, sehingga air yang berada di dalam kloset tersebut mengandung bakteri E.coli, itulah mengapa alasan digunakannya sampel air kloset, agar diharapkan untuk mendapatkan inokulum E.coli yang banyak dan mudah mendapatkannya (Kandun, 2000).
Metode plaque menggunakan bakteri E. coli karena termasuk ke dalam golongan bakteri gram negatif yang lebih dominan dalam menyebabkan suatu penyakit. Selain itu, mudah juga dalam mendapatkan isolat E. coli. Habitat alami Escherichia coli adalah di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan (bakteri enterik). Oleh karena itu, pada kondisi sanitasi dan higienitas yang buruk, bakteri ini dapat mencemari air, tanah maupun bahan pangan (Kandun, 2000). Salah satu virus yang mampu menginfeksi E. coli disebut coliphage, salah satu kegunaan dari coliphage sebagai indikator kontaminasi tinja. Berbagai coliphage dapat diisolasi dari bahan limbah domestik maupun limbah tercemar. Coliphage juga dianggap sebagai indikator virus yang mengkontaminasi limbah cair suatu kotoan, makanan dan media lainnya (Armon and Kott, 1993).
Plaque dapat terlihat bening yang menandakan adanya zona kerusakan sel. Setiap plaque berasal dari satu partikel faga sama seperti setiap koloni berasal darisatu sel bakteri. Satu plaque berasal dari satu partikel virus sehingga seluruh partikel virus yang terdapat pada plaque tersebut seharusnya juga memiliki sifat genetik yang sama. Faga melekat ke sel yang peka rangsangan pada lokasi spesifik di dinding sel bakteri. E. coli merupakan bakteri gram negatif dan terdapat bagian yang peka terhadap rangsangan, yaitu komponen protein dan lipopolisakarida yang melapisi lapisan selaput sebelah luar termasuk peptidoglikan. Faga tertentu atau sekelompok faga akan melekat ke reseptor spesifik dan fagaa berbeda akan melekat ke reseptor yang berbeda. Berdasarkan klasifikasi dari International Committee on Taxonomy of Viruses, morfologi faga yang termasuk famili Siphoviridae memiliki ekor fleksibel, tidak memiliki selaput kontraktil, panjang, heliks dan kepala heksagonal ikosahedral seperti faga λ enterobakteria pada umumnya (Simminof, 1960).
Berbagai macam manfaat bakteriofag seperti dapat bermanfaat untuk mengendalikan populasi bakteri dapat juga diterapkan di berbagai bidang diantaranya yaitu pada bidang kedokteran dan bidang pertanian. Manfaat bakteriofag pada bidang kedokteran yaitu untuk membuat peta kromosom. Teknologi kedokteran telah menggunakan bakteriofag (fag virulen) untuk mengenal dan mengidentifikasikan bakteri patogen. Ketahanan dan kerentanan bakteri terhadap serangan bakteriofag dapat digunakan untuk menentukan galur-galur bakteri dalam sistem klasifikasinya. Setiap galur bakteri menunjukkan tipe lisis tertentu apabila terinfeksi oleh tipe fag tertentu pula. Cara menentukan galur bakteri dengan melihat tipe lisis setelah diinfeksi fag tertentu disebut penentuan tipe fag. Proses penentuan ini secara rutin dipakai untuk mengidentifikasikan bakteri patogen, misalnya stafilokokus dan basilus tifoid. Fag merupakan alat untuk mendiagnosis suatu penyakit dan untuk mengikuti penyebaran penyakit di masyarakat. Lisogenik pada bakteri merupakan suatu model konseptual untuk menelaah virus onkogenik (virus penyebab kanker) karena virus-virus itu juga mempunyai kemampuan untuk mengekalkan materi genetiknya dalam sel–sel yang terinfeksi (Sjahrurahman, 2001).
Manfaat bakteriofag pada bidang pertanian yaitu sebagai vektor untuk keperluan kloning molekular. Telah banyak diketahui bahwa beberapa bakteriofag dapat bermanfaat sebagai alat molekuler paling efektif karena kemampuannya mereplikasi asam nukleatnya secara mandiri. Sebut saja pada "plasmid vektor". Mengingat dalam kegiatan molekular, penggunaan plasmid vektor sangat penting untuk mempelajari kegunaan gen tertentu. Sayangnya beberapa bakteri tidak memiliki plasmid yang kompetible (biasanya high copy, ukurannya tidak terlalu besar dan dapat bereplikasi secara mandiri pada sel bakteri inang). Kendala ini ditemui pada bakteri-bakteri dengan ukuran plasmid yang sangat besar seperti pada Ralstonia (hingga mega basepair) atau pada Xanthomonas, sehingga pemetaan plasmid itu sendiri menjadi sulit. Sebuah plasmid dapat dibuat menjadi sebuah vektor jika telah dipetakan berdasarkan urutan asam nukleatnya. Pemanipulasian ini dilakukan pada beberapa bakteriofag khususnya dari golongan filamentous phages sangat berguna untuk keperluan ini karena ukurannya yang kecil (5-9 kb). Sebagai contoh vektor yang digunakan adalah Vektor S yang merupakan turunan dari filamentous phage RSS1 pada Ralstonia solanacearum. Tidak menutup kemungkinan dari jenis lain seperti bakteriofag lambda untuk Erwinia (Kawasaki et al., 2008).
Manfaat yang selanjutnya yaitu untuk keperluan deteksi keberadaan bakteri tertentu. Hal ini, pemanfaatan bakteriofag dapat diterapkan dengan fungsi utamanya sebagai plasmid ataupun vektor. Dengan sedikit modifikasi asam nukleat pada phage-based vector atau plasmid, misalnya dengan menambahkan atau menyisipkan gen tertentu yang mempermudah pendeteksian maka hal ini akan sangat berguna sekali. Sebagai contoh dengan menyisipkan gen ketahanan terhadap antibiotik atau penghasil warna tertentu (GFP). Beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan GFP (Green Fluoroscens Protein) sangat efektif untuk melakukan pendeteksian terutama monitoring keberadaan bakteri yang sebelumnya telah ditranformasikan phage-based plasmid yang membawa GFP. Contoh nyata adalah pemanfaatan phage-based plasmid/vector untuk keperluan monitoring pergerakan bakteri penyebab layu pada tanaman yang disebabkan oleh R. solanacearum (Fujie et al., 2010).
Berdasarkan hasil praktikum bahwa pada kelompok 3 media kontrol tidak terdapat plaque dan pada media yang diinokulasi pengkayaan E. coli terdapat plaque. Begitupun dengan lima kelompok lainnya yang memang dari hasil praktikum tidak didapatkan plaque pada sampel kontrol dan didapatkan adanya plaque pada sampel yang telah diinokulasikan pengkayaan E.coli. Hal ini sesuai pernyataan Pratiwi dan Budiarti (2010), bahwa pada media sampel yang telah diinokulasi limbah yang telah tercemar oleh kotoran hewan dan E.coli akan terbentuk plaque, tetapi pada media kontrol tidak terdapat adanya plaque yang merupakan satu parameter penting dari adanya faga pada siklus litik. Hal ini dimungkinkan virus yang ada adalah virus lisogenik sehingga pada media tidak nampak plaque karena tidak terjadi proses pelisisan, atau memang pada bakteri E.coli yang telah diinokulasikan memang tidak terdapat virus, sedangkan untuk media sampel yang diinokulasikan perkayaan E.coli terdapat adanya plaque hal demikian berarti terjadinya proses pelisisan, dimungkinkan karena mengalami pengkayaan bakteri E.coli sehingga pada media terdapat banyak virus dan bakteri E.coli. Jumlah plaque yang didapatkan oleh setiap kelompok beragam dan kelompok yang mendapatkan jumlah plaque terbanyak pada pengenceran 10¯ adalah milik kelompok 3 yaitu sebesar 6 x 10 PFU's/ml sedangkan kelompok yang mendapatkan jumlah plaque terbanyak pada pengenceran 10¯ adalah milik kelompok 2 dengan jumlah plaque sebanyak 5,3 x 10 PFU's/ml.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dan rangkaian acara praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat adanya virus yang melisiskan sel bakteri milik seluruh kelompok rombongan IV baik itu pada pengenceran tingkat 10¯ dan pengenceran 10¯ , yang terlihat dari zona jernih atau adanya Plaque yang terbentuk di dalam media NA yang telah diinokulasi sampel dan bakteri E.coli.
Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi ketika asisten menjelaskan, supaya materi yang dijelaskan dapat diserap dengan baik dan benar.












DAFTAR REFERENSI
Armon., R dan Kott., Y. 1993. A simple, rapid and sensitive presence/absence detection test for bacteriophage in drinking water. Journal of applied bacteriology, 74(4), pp:490-496.

Atlas, R.M. 1997. Principles of microbiology. London: WMC Brown.

Campbell, N. A. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dulbecco., R dan Vogt,. M. 1953. Some problems of animal virology as studied by the plaque technique. Journal of biology, 18, pp: 273-279.
Fujie, M., Takamoto H., Kawasaki T., Fujiwara, A., dan Yamada, T. 2010. Monitoring growth and movement of Ralstonia solanacearum cells harboring plasmid pRSS12 derived from bacteriophage. Journal of Bioscience and Bioengineering, 109 (2), pp: 153–158.
Haq, A., Irshad, U.l., W.N. Chaudhry, M.N. Akhtar., S. Andleeb, and I. Qadri. 2012. Bacteriophages and Their Implications on Future Biotechnology: A Review. Virology Journal, 9 (9), pp: 1-12.
Kandun, N. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Erlangga.
Kawasaki, T., Satsuma H., Fujie, M., Usami S., dan Yamada T. 2008. Monitoring of Phytopathogenic Ralstonia solanacearum Cells Using Green Fluorescent Protein-Expressing Plasmid Derived from Bacteriophage. Journal of Bioscience and Bioengineering, 104 (6), pp: 451–456.
Kusnadi., S.N dan Ahmad., M. 2003. Mikrobiology (common textbook). Bandung: UPI Press.
Payet., J.P dan Suttle., C.A. 2013. To kill or not to kill: The balance between lytic and lysogenic viral infection is driven by trophic status. Journal of limnol. Oceanogr, 58(2), pp: 465–474.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Depok: Universitas Indonesia Press.
Pelczar., M.J and Chan., E.C.S. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Depok: UI Press.
Pratiwi., H.P dan Budiarti., S. 2010. Karakterisasi Fagae Litik Dari Limbah Cair Rumah Tangga Terhadap Enteropathogenic Escheichia Coli Resisten Antibiotik, pp: 726-736.
Sjahrurahman, A. 2001. Fakta dan Tantangan dalam Virologi Kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran, 130, pp: 43-48.
Sihombing, D. T. H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian IPB.
Siminoff, Paul. 1960. A plaque Suppression Method for The Study of Antiviral Compounds. Michigan: The Upjohn Company.

Schlegel, H. dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.








dan
dan
Escherichia
Without t
italic
italic
atau
naikin keatas sejajar dengan university nya ya

Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.