Laporan Kemoreseptor

June 19, 2017 | Autor: A. Maria Ulfa | Categoría: Biology, Biologi
Share Embed


Descripción

LAPORAN PRAKTIKUM KEMORESEPTOR PADA MANUSIA (HUBUNGAN ANTAR BAU DAN RASA)

Disusun oleh: Ana Selfi Maria Ulfa

(41204720115007)

Elizabeth Monica

(41204720115021)

Hendriyansyah

(41204720115028)

Hesti Tanjung

(41204720115030)

Tria Kharisma Indah

(41204720115064)

LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemoreseptor adalah ujung syaraf yang peka terhadap zat-zat kimia, biasanya terdapat pada hewan yang mempunyai susunan urat syaraf yang jelas. Pada Arthoproda terdapat pdaa bagian antena. Pada Vertebrata terdapat pada/di saluran-saluran mulut dan hidung. Mereka yang mempelajari fisiologi manusia menghubungkan khemoreseptor ini dengan indera rasa dan indera penciuman. Karena tidak adanya komunikasi maka sangatlah sulit untuk mempelajari khemoreseptor pada hewan. Jika kita mempelajari kemoreseptor pada manusia, setidak-tidaknya kita akan mendapat keterangan tentang beberapa perangsang yang khas, seperti asam, manis, pahit, pedas, dan lain-lain. Tetapi, meskipun demikian kita masih mendapat kesusahan dalam menafsirkan laporan semacam itu, sehingga pengertian sepenuhnya mengenai khemoreseptor pada manusia juga tidak mudah.

1.2 Tujuan Praktikum ini dilakukan, antara lain: a. Untuk mengetahui kemoreseptor pada manusia terutama pada indera pembau dan perasa. b. Untuk mengetahui fungsi pada indera pembau dan perasa. c. Untuk mengetahui hubungan antara indera pembau dan indera perasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemoreseptor Kemoreseptor adalah proses fisiologis dimana organisme menanggapi rangsangan kimiawi. Manusia dan hewan yang paling tinggi memiliki dua kelas utama kemoreseptor yaitu rasa (reseptor gustatorius), dan bau (reseptor penciuman). Meskipun indra penciuman kita membantu kita dalam membedakan antara selera, reseptor gustatorius dan penciuman mereka berbeda dalam banyak hal-tidak hanya di lokasi mereka, tetapi juga dalam hal kimiawi dan pembuat neurologis. Kemampuan rasa dan bau sangat bervariasi antara orangorang, sebagai fungsi genetika, usia, dan bahkan kebiasaan pribadi. Demikian juga, budaya mempengaruhi sikap terhadap rasa dan bau. Kemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Meliputi indera penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi oksigen dan karbondioksida. Antennula merupakan salah satu kemoreseptor yang terdapat disekitar mulut udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai alat penciuman (Green, 1967). Kemoreseptor menurut Gordon (1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (mating), dan mendeteksi adanya musuh. Sensitivitas sel terhadap molekul khusus tersebar luas, hal ini termasuk respon-respon metabolik dari jaringan terhadap zat-zat kimia. Karena molekul yang menjadi gas masuk ke suatu lapisan basah yang menutupi membran reseptor olfaktori, maka perbedaan fundamental antara reseptor gustatory dan olfaktori tidak ada, keduanya pada dasarnya sama (Soewolo, 2000:271). Manusia dapat membedakan beberapa ratus senyawa yang berbeda berdasarkan baunya, tetapi rupanya tidak ada hubungan antar bau tertentu dengan suatu molekul reseptor terentu (Soewolo, 2000: 274).

2.2 Indera Pengecap dan Indera Pembau (Kemoreseptor) Pengecap (lidah) adalah indera yang berfungsi untuk menangkap rangsangan senyawa kimia yang larut dalam air. Sedangkan, indera pembau (bukan pencium) berfungsi menangkap zat-zat kimia yang menguap (hidung). Keduanya termasuk kemoreseptor.

Indera pengecap terdapat di lidah, berupa puting-puting pengecap yang dapat dibedakan atas bagian-bagian: a.

tepi depan untuk rasa manis

b.

belakang untuk rasa pahit

c.

samping untuk asam

d.

depan untuk rasa asin

Perlu dipahami bahwa sebenarnya area pengecap pada lidah tidak dibatasi seperti itu. Semua area pada lidah bisa mengecap semua rasa. Tetapi ada area tertentu yang lebih peka terhadap rasa tertentu seperti area-area di atas.

Gambar 2. 1 Penampang Lidah Manusia

Gambar 2. 2 Bentuk Puting Pengecap Pada Lidah

Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang strukturnya bervariasi menurut daerah yang diamati. Serat-serat otot saling menyilang dalam 3 bidang, mereka biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat. Membran mukosa melekat dengan erat pada otot, karena jaringan ikat dari lamina propria menyusup ke dalam celah-celah diantara berkas-berkas otot. Pada permukaan bawah lidah, mukosanya licin. Permukaan dorsal lidah tidak teratur, di anterior ditutupi banyak sekali tonjolan kecil yang disebut papila. Sepertiga bagian posterior permukaan dorsal lidah dipisahkan dari dua per tiga bagian anteriornya oleh batas berbentuk V (Junqueira, dkk, 1997:281). Ada 4 jenis papila pada lidah, antara lain: a. Papila filiformis, jenis yang paling banyak , membentuk barisan yang sejajar memancar dari garis tengah lidah. Susunan yang memancar ini ditutupi oleh epitel yang tidak beraturan dan berisi lamina propria di tengahnya , yang mungkin bercabang secara luas. Papila ini tidak mengandung kuncup kecap. b. Papila fungiformis banyak dan tersebar di antara papila filiformis. Papila ini berbentuk seperti jamur dengan bagian basal menyempit dan bagian atas melebar, gepeng. Lamina

propria biasanya mengandung bagian tengah yang secara primer besar dan beberapa percabangan sekunder. Papila ini mengandung sedikit kuncup kecap. c. Papila sirkum valata , hanya terdapat pada batas berbentuk V antara bagia anterior dan bagian posterior lidah. d. Papila foliata, kurang berkembang pada manusia dan jarang tampak (Johnson, Kurt, 1994: 272-273). Bagian lidah yaitu valat dan papila fungiformis mengandung banyak sekali puting cita rasa meskipun puting itu terdapat juga pada palatum, farink, dan larinks. Sensasi cita rasa dibawah ke arah dua pertiga bagian rostal lidah oleh cabang-cabang saraf fasialkorda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarinkeal). Pada manusia , modalitas cita rasa yang spesifik ada 4, yaitu manis, asin, pahit dan asam, Sensasi yang lain, merupakan campuran dari citarasa dasar, atau kombinasi berbagai citarasa dengan ciuman. Pangkal lidah bersifat peka terhadap cita rasa pahit. Bagian lateral lidah memberikan respons terutama terhadap rangsangan asam, dan juga garam (asin), sedang ujung lidah bersifat peka terhadap keempat citarasa tersebut, meski kepekaan itu lebih tinggi terhadap cita rasa asin dan manis (Frandson, 1992: 184).

Gambar 2. 3 Hubungan Antara Indera Pembau dan Indera Pengecap

2.3 Penilaian Sensoris dalam Ambang Rangsang Adanya indera yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Intensitas atau tingkatan rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut ambang rangsangan. Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yaitu ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu : a. Ambang Mutlak (absolute threshold) Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat menghasilkan kesan atau tanggapan. Misalnya konsentrasi yang terkecil dari larutan garam yang dapat dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya yaitu air murni. Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah (50%) dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai. b. Ambang Pengenalan (recognition threshold) Ambang pengenalan dapat dikacaukan dengan ambang mutlak. Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang mulai diperoleh atau dirasakan maka pada ambang pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi jenis kesan. Dalam hal ini jika kesan kesan itu berupa rasa asin, misalnya rasa asin itu betul-betul mulai dapat diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak mungkin rasa asin itu belum diidentifikasi dnegan tepat, baru dapat diketahui adanya rasa yang berbeda denganbahan pelarutnya. Perbedaan ini menyangkut juga metode pengukurannya yang berbeda dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak. Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75% panelis dapt mengenali rangsangan. Jadi, ambang pengenalan dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul. c. Ambang Perbedaan (difference threshold) Ambang perbedaan merupakan perbedaan terkecil dari rangsangan yang masih dapat dikenali. Besarnya ambang perbedaan tergantung dari jenis rangsangan, jenis penginderaan dan besarnya rangsangan itu sendiri. Ambang perbedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Jika dua rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya, maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Difference threshold dapat ditentukan dengan menggunakan standar lebih dari satu, biasanya sekitar empat standar. Masing-masing standar akan dibandingkan dengan sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi yang dapat dideteksi dengan benar oleh 75% panelis adalah perbedaan konsentrasi yang mencerminkan difference threshold (Kartika dkk 1988). Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari beberapa faktor.

Disamping tergantung pada jenis rangsangan dan jenis penginderaan juga tergantung pada besarnya rangsangan itu sendiri. d. Ambang Batas (terminal threshold) Ambang batas merupakan rangsangan terbesar yang jika kenaikan tingkat rangsangan dapat menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga ambang tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas diterapkan batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas juga bisa ditentukan dngan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak lagi mempengaruhi btingkat intensitas kesan. Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk yang diuji. Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan. Data responnya berupa data binomial yang kemudian dapat dianalisis secara statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat. 2.4 Penilaian Organoleptik Penilaian organoleptik adalah cara penilaian karakter mutu suatu bahan makananan dan minuman menggunakan panca indera. Indera yang digunakan untuk menilai bergantung pada karakter yang akan dinilai. Biasanya yang digunakan adalah indera pencicip di rongga mulut dan pencium di rongga hidung. Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau. Indera penciuman terletak pada rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang masuk melalui sistem pernafasan (respiratory). Selain itu, terdapat konka

nasal superior, intermediet serta inferior. Pada bagian konka nasal superior terdapat akar sel-sel dan jaringan syaraf penciuman (nervus olfaktorius yang merupakan syaraf kranial pertama) yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan nafas. Tanggung

jawab

sistem

pembau

(sistem

olfaction)

adalah

mengindikasikan

molekulmolekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan.

Gambar 2. 4 Bagian-bagian Hidung

Indera pencicip berfungsi untuk menilai rasa (taste) dari suatu makanan. Di permukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini mengumpul membentuk susunan yang disebut puting pencicip. Masing-masing puting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa tertentu, tetapi kadang-kadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Puting pencicip manusia hanya dapat membedakan empat rasa dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsive. Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan putting pencicip yang peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan berturut-turut adalah pahit, asam, asin dan manis. Kepekaan indera dipengaruhi banyak factor, misalnya pencicipan paling peka pada pagi hari (pukul 9 – 10). Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap untuk melayani sensasi utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

Gambar 2. 5 Penampang dan Peta Lidah

a. Rasa pahit, biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya alkohol, caffein, strychnine, brucine, quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki. Tetapi untuk beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit, seperti bir, rokok, kopi dan teh. b. Rasa asin, biasanya berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik. Beberapa zat yang ternasuk anionik adalah Cl -, F -, CO2-, SO4-, sedangkan yang termasuk zat-zat kationik adalah Na+, K+, Ca++, Mg++, dan NH4+. Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Rasa asin yang biasa digunakan untuk makanan adalah yang berasal dari garam dapur, NaCl. Makan garam terlalu banyak akan menimbulkan rasa pahit. Hal ini disebabkan oleh garam magnesium (Mg) yang terdapat dalam garam dapur. Penggunaan garam untuk rasa asin pada masakan biasanya antara 1-2%, sedangkan untuk pengawetan makanan antara 5-15%. c. Rasa asam, sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+). Zat-zat yang dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan rasa asam. Ion H+ selalu diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang mengimbanginya OH maka terjadilah netral, karena ion H+ itu segera membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10. Agar konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anion lain. Dalam hal ini larutan disebut asam. Asam organik adalah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat) dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl-, SO4-, NO3-). d. Rasa manis, biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan nitro, beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik (saccharine). Zat –

zat ionik yang mempunyai rasa manis sangat terbatas, misalnya pada garam timbel (Pb) dan garam berilium (BeMeskipun zat-zat tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya digunakan sebagai bahan pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners), yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk : antara lain sakharin dan cyclamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa), dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis gula pasir.

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada, Waktu : Sabtu, 24 Oktober 2015 Tempat : Ruang Kelas Perkuliahan (Ruang IX) Universitas Nusa Bangsa

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang digunakan antara lain: a. Wadah larutan b. Sendok 3.2.2 Bahan yang digunakan antara lain: a. Larutan air jeruk b. Susu c. Air bawang merah d. Larutan cuka 2% e. Larutan gula f. Kuah acar

3.3 Cara Kerja a. Penguji Penguji meneteskan sampel larutan secara acak kepada subjek (yang diuji) dengan kondisi mata subjek ditutup. b. Subjek (yang diuji) Subjek (yang diuji) mengidentifikasi sampel larutan yang diteteskan ke lidah dengan kondisi hidung terbuka dan tertutup.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Terlampir 4.2 Pembahasan Pada praktikum mengenai kemoreseptor hubungan antara bau dan rasa, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indera pengecap dan indera pembau. Disini semua bahan yang diujikan diletakkan di lidah subjek (yang diuji) dalam keadaan mata tertutup. Kemudian, subjek menyebutkan rasa sampel uji dengan kondisi hidung ditutup dan dibuka. Hasilnya, terdapat beberapa perbedaan rasa pada masing-masing subjek. Pada identifikasi larutan gula dengan hidung ditutup, subjek B dan D keduanya menyebutkan manis, subjek C dan E menyebutkan larutan tersebut tidak memiliki rasa, sedangkan subjek A menyebutkan rasa asam pada larutan gula tersebut. Lalu, pada identifikasi sampel air jeruk hanya subjek A dan B yang menyebutkan dengan rasa manis, sedangkan C, D, dan E ketiganya menyebutkan rasa asam. Kemudian, pada identifikasi kuah acar subjek D dan E menyebutkan rasa sampel tersebut asam manis, sedangkan subjek A, B, dan C ketiganya menyebutkan rasa asam. Dan pada identifikasi susu, larutan cuka, dan air bawang merah semua subjek (A, B, C, D, dan E) memiliki keseragaman dalam identifikasi masing-masing sampel tersebut. Pada identifikasi larutan gula dengan hidung dibuka, hampir semua subjek menyebutkan rasa manis atau cenderung manis. Lalu, pada sampel air jeruk subjek A dan B menyebutkan rasa manis, sedangkan tiga subjek yang lain (C, D, dan E) menyebutkan rasa asam manis. Kemudian pada sampel kuah acar hanya subjek B dan C yang menyebutkan asam, sedangkan tiga subjek yang lain menyebutkan rasa asam manis. Dan pada identifikasi susu, larutan cuka, dan air bawang semua subjek memiliki keseragaman dalam identifikasi masing-masing sampel tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum mengenai kemoreseptor hubungan antara bau dan rasa dapat disimpulkan, bahwa pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari sampel uji dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan menjadi berbeda ketika seseorang sedang sakit (pilek/flu), di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap dari suatu sampel makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan rasa dari suatu makanan seperti tidak memiliki rasa. Faktor lain yang mempengaruhi reseptor perasa adalah suhu dan usia. Suhu kurang dari 20° atau lebih dari 30° akan mempengaruhi sensitifitas kuncup rasa (taste bud). Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada kuncup rasa sehingga sensitifitas berkurang, namun keadaan ini cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan cepat diperbaiki dalam beberapa hari. Suhu yang terlalu dingin akan membius kuncup lidah sehingga sensifitas berkurang (Jalmo, 2007). Usia mempengaruhi sensitifitas reseptor perasa. Menurut Sunariani (2007), pada orang yang berusia lanjut terdapat penurunan sensitifitas dalam menraskan rasa asin. Hal ini disebabkan pada orang berusia lanjut karena berkurangnya jumlah papilla sirkumvalata seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi kuncup rasa pada lidah sehingga mengurangi sensasi rasa (Jalmo,2007).

5.2 Saran a. Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan/minuman dalam keadaan panas, karena akan mempengaruhi indera pengecap. b. Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum, praktikan diharapkan terlebih dahulu memahami materi dan topik bahasan agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Isahi, Dosso. 2012. Sistem Indera Pada Manusia. http://biologimediacentre.com/sistemkoordinasi-indera-4. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2015. Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Unila: Bandar Lampung. Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara . Jakarta. Junqueira, L.Carlos, dkk. 1997. Histologi Dasar edisi ke-8. ECG: Jakarta. Khumairoh, Siti Nur. 2014. Laporan Praktikum “Anatomi dan Fisiologi Manusia”. IAIN Walisongo: Semarang. Rahmawati, Dwi. 2014. Laporan Praktikum “Lokasi dan Sensasi Reseptor Pengecap”. Unila: Bandar Lampung. Sunariani, J. 2007. “Perbedaan Persepsi Pengecap Rasa Asin Usia Subur dan Usia http://journal.unair.ac.id/filerPDF/perbedaan%20persepsi%20pengecap.pdf.

Lanjut”.

Diakses

pada

tanggal 26 Oktober 2015. Yuliani, N., & A.A Oksari. 2015. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Tim Dosen Biologi Dasar Universitas Nusa Bangsa: Bogor.

Lampiran 1. Hasil Praktikum Hasil praktikum disajikan dalam bentuk tabel.

Elizabeth (A)

Larutan gula Air jeruk Kuah acar Susu Larutan cuka Air bawang merah

Hidung ditutup Rasa Identitas asam larutan gula manis air jeruk asam kuah acar manis susu asam larutan cuka tidak ada rasa air bawang

Hidung dibuka Rasa Identitas manis larutan gula manis larutan jeruk asam manis kuah acar manis susu asam larutan cuka tidak ada rasa air bawang

Hesti (B)

Larutan gula Air jeruk Kuah acar Susu Larutan cuka Air bawang merah

manis manis asam manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

manis manis asam manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

Ana (C)

Larutan gula Air jeruk Kuah acar Susu Larutan cuka Air bawang merah

tidak ada rasa asam asam manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

sedikit manis asam manis asam manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

Tria (D)

Larutan gula Air jeruk Kuah acar Susu Larutan cuka Air bawang merah

manis asam asam manis manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

sedikit manis asam manis asam manis manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

Larutan gula tidak ada rasa Air jeruk asam Kuah acar asam manis Hendriyansyah (E) Susu manis Larutan cuka asam Air bawang merah tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

sedikit manis asam manis asam manis manis asam tidak ada rasa

larutan gula air jeruk kuah acar susu larutan cuka air bawang

Subjek

Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KEMORESEPTOR PADA MANUSIA (HUBUNGAN ANTAR BAU DAN RASA)

Disusun oleh: Ana Selfi Maria Ulfa

(41204720115007)

Elizabeth Monica

(41204720115021)

Hendriyansyah

(41204720115028)

Hesti Tanjung

(41204720115030)

Tria Kharisma Indah

(41204720115064)

LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR 2015

Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.