laporan enzim_biokim.

September 25, 2017 | Autor: Tri Oktiana Irsyad | Categoría: Food and Nutrition
Share Embed


Descripción

Konsentrasi enzim

Δ A/ menit (V)


Laporan Praktium Ke-3 Tanggal Mulai : 10 Oktober 2013
MK . Pengantar Biokimia Gizi Tanggal Selesai : 17 Oktober 2013



ENZIM


Oleh :
Kelompok 1 B3
Nur Hidayati I14120016
Vivi Nurlita I14120060
Mohd Lutfi Adrian I14120065
Fellie Ranuwirna I14120094
Erfin Shabrina I14120119
Tri Desfiana Putri I14120131
Ulfa Maesya Zulfia I14134002
Asisten Praktikum:
Bibi Ahmad Chahyanto, S.Gz
Al Mukhlas Fikri
Intan Kusumawati
Gagah Ruseffi Musnamar
Rina Apriany Utami
Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Rimbawan









DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


PENDAHULUAN


Latar Belakang

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan tersebut. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktifasi sehingga laju reaksi meningkat. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Oleh karena itu, enzim merupakan elemen penting dalam tubuh yang sangat banyak membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam proses sintesis dan reparasi DNA, pembentukan energi, dan sintesis protein (Poedjiadi 2006).
Enzim akan mampu mengkatalis suatu reaksi biologis bila berada dalam kondisi nyamannya. Banyak faktor yang mempengaruhi kerja enzim seperti suhu, keasaman (pH), konsentrasi enzim dan substrat, penyinaran, inhibitor, serta aktivator. Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan terkadang enzim mampu mempercepat reaksi atau bahkan menghambat reaksi yang berlangsung (Iman 2005).
Adanya enzim juga sangat spesifik baik tempat sintesis maupun reaksi yang dapat dikatalisisnya. Secara umum enzim digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan jenis reaksi yang dikatalisisnya yaitu oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase. Salah satu enzim yang bereperan penting dalam tubuh adalah enzim amilase. Enzim amilase berfungsi dalam proses pencernaan makanan khususnya ketika berada di dalam mulut. Enzim amilase berfungsi untuk memecah molekul karbohidat menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga memudahkan untuk proses pencernaan berikutnya. Enzim amilase dapat bekerja maksimal pada suhu, pH, serta konsentrasi yang optimum (Iman 2005). Mengetahui suhu, pH, serta konsentrasi optimum menjadi hal penting dalam mempelajari enzim karena terkait dengan kemampuannya dalam mempercepat reaksi dalam tubuh. Cepat lambatnya reaksi dalam tubuh berpengaruh besar dalam penyerapan zat gizi. Selain itu reaksi enzimatik juga berdampak terhadap kesehatan. Abnormalitas sintesis enzim dapat menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, mempertahankan optimalitas kerja enzim sangat penting bagi tubuh.


Tujuan

Praktikum percobaan berbagai pengaruh faktor lingkungan terhadap aktivitas enzim ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik pada suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu.
Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.
Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.


TINJAUAN PUSTAKA


Enzim dan Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim

Menurut Poedjiadi (2006), enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat. Enzim bekerja secara reversible, artinya enzim akan kembali ke bentuk semula setelah reaksi selesai berlangsung. Kerja enzim dipegaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH, dan inhibitor enzim. Konsentrasi enzim mempengaruhi kerja enzim pada suatu konsentrasi substrat tertentu. Kecepatan reaksi akan bertambah jika konsentrasi enzim ditambahkan ke dalam suatu reaksi kimia (Poedjiadi 2006). Selain konsentrasi enzim, konsentrasi substrat juga mempengaruhi kerja enzim. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, pertambahan konsentrasi substrat akan menaikan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Hal ini disebabkan semua sisi aktif enzim telah berikatan dengan substrat (keadaan jenuh) sehingga tidak terjadi peningkatan produksi kompleks enzim substrat serta kecepatan reaksi tidak akan semakin besar. Setiap enzim memiliki suhu dan pH optimum sendiri. Reaksi kimia berlangsung lambat pada suhu yang rendah, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi dan Supriyatin 1994).


Enzim Amilase

Amilase termasuk dalam kelompok enzim karbohidrase yaitu kelompok enzim yang memecah atau menghidrolisis karbohidrat atau sakarida. Amilase merupakan enzim yang berperan dalam proses hidrolisis amilum, yaitu suatu polisakarida yang terdiri atas amilosa dan amilopektin (Sumardjo 2009). Amilase dibedakan menjadi tiga macam, antara lain α-amilase (endoamilase), β-amilase (eksoamilase), dan γ-amilase. Enzim α-amilase mengkatalisa pemutusan ikatan glikosidik α-1,4 molekul amilum secara acak dari dalam sehingga disebut endoamilase. Endoamilase terdapat pada saliva (ludah) dan pankreas. Hasil hidrolisanya adalah berupa dekstrin. Enzim β-amilase yang disebut juga dengan eksoamilase mengkatalisis pemutusan ikatan glikosida α-1,4 molekul amilum dari ujung molekul yang tidak tereduksi sehinga pemutusannya dari arah luar dan tidak memutus ikatan glikosidik β-1,4 dan ikatan glikosida α-1,6. Eksoamilase terutama terdapat pada tumbuhan dan hasil hidrolisanya berupa maltosa. Enzim γ-amilase terdapat dalam hati dan dapat memecah ikatan glikosidik 1-4 dan 1-6 pada gikogen dan menghasilkan glukosa (Poedjiadi 2006).

Pengaruh Suhu terhadap Kerja Enzim

Setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja dengan baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut daerah suhu optimum. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim semakin tidak baik. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah 36° C-40°C. Sehubungan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, maka semakin meningkat suhu aktivitas enzim akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi, enzim yang merupakan suatu protein akan mengalami denaturasi sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol (Sumardjo 2009).


Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim

Tingkat keasaman suatu zat dinyatakan dengan pH. Zat yang memiliki pH kurang dari tujuh merupakan zat yang bersifat asam. Sementara zat yang memiliki pH lebih dari tujuh adalah bersifat basa. Zat dengan nilai pH tujuh disebut netral. Tingkat keasaman suatu zat berpengaruh besar terhadap kerja enzim. Pada umumnya enzim tidak kuat bila berada dalam lingkungan yang terlalu asam atau terlalu basa. Namun pada beberapa enzim justru bekeja optimum pada pH yang sangat asam, seperti enzim-enzim dalam lambung. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada umumnya sekitar 4.5–8 dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi (Williamson dan Fieser 1992). Tingkat keasaman yang jauh dari pH optimum akan menyebabkan enzim mengalami denaturasi. Denaturasi terjadi karena perubahan muatan listrik pada enzim sehingga tidak mampu berikatan dengan substrat. Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif dan negatif yang terkandung didalam molekul protein serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH. Enzim amilase pada rongga mulut bekerja maksimum pada pH 6-7 (Iman 2005).


Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kerja Enzim

Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat apabila konsentrasi enzim juga meningkat. Jadi kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Jika dalam reaksi enzimatik konsentrasi substrat diperbesar sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V), sehingga enzim telah jenuh dengan substrat (Soewoto 2000).


Uji Enzim

Uji Urease
Uji urease bertujuan membuktikan adanya enzim urease dalam suatu sampel (contoh: suspensi kedelai). Substrat urea oleh enzim urease di dalam suspensi sampel akan diuraikan menjadi amoniak dan gas karbondioksida. Selama penyimpanan, jumlah amoniak yang terbentuk relatif tidak dipengaruhi oleh suhu. Ureases adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7.4 dan suhu optimum 64°C. Ureases penting dalam sejarah enzimologi sebagai enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalkan (Estien dan Lisda 2006).

Uji Peroksidase
Uji peoksidase dilakukan pada suatu sampel (contoh: susu segar) untuk membuktikan adanya enzim peroksidase (Estien dan Lisda 2006). Pengujian enzim memiliki beberapa cara, terutama untuk enzim amilase. Enzim amilase dapat diuji aktivitas dan ekstraksinya. Prinsip utama mengektraksi enzim amilase yang terdapat pada sampel dengan pelarut (buffer atau aquades). Kedua pelarut tersebut dapat juga dipakai untuk kontrol negatif aktivitas enzim amilase (Laloknam et al 2009). Pengukuran aktivitas enzim dimulai dengan menambahkan substrat berupa pati pada filtrat enzim. Metode ini terlebih dahulu dilakukan dengan membuat kurva standar glukosa antara konsentrasi glukosa dalam berbagai macam konsentrasi dan absorbsi. Lalu konsentrasi sampel yang didapat melalui kurva standar glukosa dimasukkan ke dalam rumus agar mendapatkan aktivitas enzim amilase (Suarni dan Rauf 2009).


METODOLOGI


Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 10 Oktober 2013 pukul 11.30-14.30 WIB dan pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2013 pukul 11.30-14.30 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pengantar Biokimia Gizi lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.


Alat dan Bahan

Praktikum dilaksanakan dengan melakukan beberapa jenis uji. Uji pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim menggunakan alat berupa gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi beserta rak, penangas air, pipet Mohr, pipet tetes, kuvet, termometer, dan spektrofotometer. Bahan yang digunakan dalam uji ini antara lain air liur, larutan pati 0.4 mg/ml, larutan iodum, aquades, dan air es.
Praktikum uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim menggunakan alat berupa gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi dan rak, penangas air, pipet Mohr, pipet tetes, kuvet, dan termometer. Bahan yang digunakan ialah air liur, larutan pati 0.4 mg/ml, pelarut pH, larutan iodium, aquades, dan air es.
Praktikum uji pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim menggunakan alat antara lain gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi beserta rak, penangas air, pipet Mohr, pipet tetes, kuvet, dan termometer. Bahan yang digunakan adalah air liur, larutan pati 0.4 mg/ml, larutan iodium, aquades, dan air es.


Prosedur Kerja

Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Praktikum pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dilakukan dengan mengencerkan liur 100x dengan air suling, kemudian dipipetkan beberapa larutan ke dalam tabung blanko dan uji, lalu tabung-tabung tersebut disimpan pada suhu 0° C, 25° C, suhu ruang, 37° C, 60° C, dan 100° C kemudian diamati.

Liur diencerkan 100x

6 pasang tabung reaksi disiapkan, ditandai B=Blanko dan U=Uji

Kedalam setiap tabung reaksi dimasukkan masing-masing 1 ml larutan pati

Setiap pasang tabung reaksi B-U dikeram selama 5 menit dalam suhu berbeda
(0° C, 25° C, suhu ruang, 37° C, 60° C, 100° C)

Hanya kedalam setiap tabung reaksi U dimasukkan 200 ml liur

Tabung reaksi B-U dikeram lagi selama 1 menit pada suhu yang sama seperti sebelumnya

Ditambahkan larutan iodium sebanyak 1 ml dan air suling sebanyak 8 ml pada setiap tabung reaksi B dan U

Diambil sedikit sampel lalu dimasukkan ke dalam kuvet, selanjutnya dibaca dengan spektrofotometer
Gambar 1 Prosedur kerja pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dilakukan dengan mengencerkan liur 100x, kemudian ditambahkan larutan pati dalam berbagai pH, larutan iodium, dan air suling dalam jumlah tertentu dan diberi perlakukan tertentu pula untuk setiap tabung B dan tabung U.

Liur diencerkan 100x

6 pasang tabung reaksi disiapkan, ditandai B=Blanko dan U=Uji

Kedalam setiap pasang tabung reaksi B-U dimasukkan 1 ml larutan pati dalam berbagai pH (1, 3, 5, 7, 9, dan 11)

x

Setiap pasang tabung reaksi dikeram selama 5 menit pada suhu 37° C

Hanya kedalam setiap tabung reaksi U dimasukkan 200 ml liur

Tabung reaksi B-U dikeram lagi selama 1 menit

Ditambahkan larutan iodium sebanyak 1 ml dan air suling sebanyak 8 ml pada setiap tabung reaksi B dan U

Diambil sedikit sampel lalu dimasukkan ke dalam kuvet, selanjutnya dibaca dengan spektrofotometer
Gambar 2 Prosedur kerja pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

Pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim
Percobaan pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim dilakukan dengan mengencerkan liur dalam berbagai tingkat pengenceran yaitu 100x, 200x, 300x, 400x, 500x, dan 600x kemudian ditambahkan beberapa jenis larutan, dikeram dan diamati.

Liur diencerkan 100x, 200x, 300x, 400x, 500x, dan 600x

6 pasang tabung reaksi disiapkan, ditandai B=Blanko dan U=Uji

Kedalam setiap tabung reaksi dimasukkan masing-masing 1 ml larutan pati

Setiap pasang tabung reaksi B-U dikeram selama 5 menit

Hanya kedalam setiap tabung reaksi U dimasukkan 200 ml liur dengan tingkat pengenceran yang berbeda-beda

Tabung reaksi B-U dikeram lagi selama 1 menit

Ditambahkan larutan iodium sebanyak 1 ml dan air suling sebanyak 8 ml pada setiap tabung reaksi B dan U

Diambil sedikit sampel lalu dimasukkan ke dalam kuvet, selanjutnya dibaca dengan spektrofotometer
Gambar 3 Prosedur kerja pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim


HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum percobaan pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap kerja enzim dilakukan dengan menggunakan faktor suhu, pH, dan konsentrasi enzim. Enzim dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia pada suatu sel hidup. Faktor pertama yang diamati adalah suhu. Laju reaksi enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang berbeda dapat mempercepat ataupun memperlambat laju reaksi enzim (Sumardjo 2009). Laju reaksi enzim amilase pada suhu yang berbeda–beda disajikan pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 1 Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Suhu
ΔA / menit (v)
00C
0,106
250C
0,146
Suhu ruang
0,043
370C
0,047
600C
0,038
1000C
0,031


(b)
Gambar 4 Kurva pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi enzimatik (V)
Data yang diperoleh terlihat berfluktuasi seperti pada grafik (a), yang seharusnya terlihat seperti grafik (b) yang membentuk kurva hiperbola dan menunjukkan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi enzimatis. Semakin tinggi suhu, laju reaksi enzim juga akan meningkat sampai mencapai suhu maksimum. Suhu maksimum enzim di dalam tubuh adalah 36-400C (Sumardjo 2009). Hal tersebut dapat dilihat pada grafik literatur (b), namun grafik percobaan menunjukan hasil yang berbeda dengan grafik literatur yang mengindikasikan adanya kesalahan hasil percobaan.
Percobaan secara umum menunjukan hasil yang positif dalam dua selang puncak seperti yang terlihat pada grafik (a). Selang puncak pertama pada suhu 00C sampai suhu ruang dan selang puncak kedua berada pada rentang suhu ruang sampai 1000C. Semakin tinggi suhu, laju reaksi juga semakin cepat hingga sampai suhu optimum tubuh yaitu 370C menunjukan kecepatan laju reaksi yang paling cepat. Setelah melewati suhu optimum, laju reaksi mengalami penurunan. Namun, grafik yang diperoleh tidak menggambarkan hal tersebut. Kenaikan laju reaksi seharusnya terjadi dari suhu 00C hingga 370C dan laju reaksi tersebut akan turun setelah mencapai suhu optimumnya hingga 1000C. Dari suhu 250C ke suhu ruang seharusnya menunjukan hasil positif berupa kenaikan laju reaksi, namun hasil yang didapatkan justru laju reaksi yang semakin menurun. Turunnya laju reaksi ini terus terjadi, hingga pada suhu 370C laju reaksi naik namun tidak signifikan. Setelah melewati suhu optimum yaitu 370C laju reaksi mengalami penurunan, hal tersebut juga terlihat pada grafik hasil percobaan yang dilakukan walaupun penurunannya tidak begitu besar. Hal–hal ini dapat disebabkan karena kesalahan teknis yang dilakukan praktikan seperti terlalu lamanya sampel dibiarkan pada suhu ruang sebelum dibaca pada Spektrofotometer sehingga menyebabkan hasil yang tidak sesuai.
Percobaan kedua dari praktikum ini adalah pengaruh pH terhadap aktivitas enzim. Tingkat keasaman atau pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Prinsip dari kerja enzim terhadap pH ialah dimana setiap enzim akan bekerja maksimal pada pH tertentu. Misalnya enzim yang bekerja pada lambung akan optimum pada pH asam, namun pada umumnya enzim dalam tubuh bekerja optimum pada tingkat keasaman yang mendekati netral (pH 5-9). Enzim yang berada pada pH yang jauh dari kisaran pH optimum akan mengalami denaturasi. Enzim akan mengalami perubahan muatan listrik sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Sulitnya terjadinya ikatan antara enzim dan substrat menyebabkan rendahnya produk yang dihasilkan sehingga dikatakan reaksi biologik berlajan lambat. Seperti halnya enzim tubuh pada umumnya, enzim amilase yang terdapat dalam rongga mulut manusia juga bekerja pada kisaran pH mendekati netral. Enzim ini akan bereaksi untuk memecah molekul pati menjadi glukosa yaitu senyawa yang lebih sederhana (Sadikin 2002). Berikut adalah tabel hasil pengamatan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.

Tabel 2 Hasil pengamatan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
pH
Δ A/ menit (v)
pH 1
0,014
pH 3
0,029
pH 5
0,025
pH 7
0,019
pH 9
0,044
pH 11
0,022
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data bahwa enzim amilase bekerja optimum pada pH 9. Pada tingkat keasaman 1 dan 3 kerja enzim relatif meningkat. Kemudian pada pH diatas 3 kerja enzim mulai menurun dan naik lagi pada pH 9 dan kembali turun pada pH 11. Terjadi penyimpangan pada pH 7, dimana seharusnya pada kondisi netral enzim bekerja paling optimal namun hasil praktikum menunjukkan bahwa pada pH 7 terjadi penurunan kerja enzim. Pada umumnya enzim dalam tubuh bekerja optimum pada kondisi netral yaitu saat jumlah H+ dan OH- pada lingkungannya sama. Enzim cenderung lemah saat berada pada lingkungan substrat yang asam karena pada kondisi asam OH- pada enzim justru berikatan dengan H+ pada lingkungan, bukan pada substratnya. Begitu pula pada kondisi basa, H+ pada enzim cenderung berikatan dengan OH- pada lingkungan. Hal inilah yang menghambat terjadinya ikatan enzim dan substrat.
Beberapa hal dapat menjadi faktor kesalahan sehingga terjadinya penyimpangan. Faktor tersebut antara lain adalah rentang waktu yang terlalu lama untuk objek berada di udara. Setelah dikeram objek tidak segera dibaca absorbansinya sehingga sangat mempengaruhi hasil. Seperti kita ketahui bahwa pengeraman pada penangas berfungsi untuk mengaktifkan enzim dan produk akan dihasilkan lebih banyak pada saat pengeraman serta menyamakan kondisi suhu enzim dengan suhu tubuh (Setiasih 2006). Enzim yang sudah aktif akan dapat mengkatalis suatu reaksi biologik. Namun ketika terlalu lama di udara kemampuan kerja enzim akan semakin menurun. Saat pembacaan absorbansi mungkin saja enzim telah mengalami penurunan kinerja sehingga perubahan nilai absorbansinya rendah. Berikut adalah kurva kinerja enzim berdasarkan hasil percobaan.


Gambar 5 Kurva pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi enzimatik (V)
Kurva di atas menunjukkan hasil yang didapatkan dari percobaan ini fluktuatif, dimana laju reaksi enzimatis menurun drastis pada pH 7 dan mencapai optimum pada pH 9. Menurut Setiasih (2006), keaktifan enzim tertinggi diperoleh pada pH 6. Keaktifan enzim relatif masih tinggi baik pada pH 5 maupun pada pH antara 7 sampai 9 akan tetapi pada pH di bawah 5 dan di atas pH 9 keaktifan enzim menurun drastis.
Menurut Sadikin (2002), semakin tinggi pH semakin tinggi nilai absorbansi yang menandakan semakin tingginya laju reaksi. Pada umumnya enzim bekerja maksimum pada pH 5-9. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan bahwa kerja enzim amilase meningkat dan mencapai optimum pada pH 9, tetapi terdapat penurunan nilai absorbansi pada pH 7 dan pH 11. Kesalahan nilai absorbansi pada pH 7 dan pH 11 kemungkinan diperoleh karena adanya ketidaktelitian praktikan dalam melaksanakan percobaan. Laju reaksi yang menurun diakibatkan oleh struktur 3 dimensi enzim telah berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnya, proses katalisis berjalan tidak optimum. Oleh karena itu, struktur 3 dimensi enzim berubah akibat pH yang tidak optimum (Sadikin, 2002).
Selain suhu dan pH aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim. Praktikum pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim menggunakan larutan pati sebagai substrat, sedangkan air liur yang mengandung amilase sebagai enzim. Praktikum ini melihat pengaruh perbedaan konsentrasi amilase pada air liur (sebagai enzim) yang bekerja pada larutan pati (substrat) terhadap aktivitas enzim itu sendiri. Perbedaan konsentrasi enzim diperoleh dengan melakukan pengenceran pada air liur. Pengenceran yang dilakukan di antaranya 100x, 200x, 300x, 400x, 500x, dan 600x. Selain itu, ditambahkan pula iodium yang berfungsi sebagai larutan uji terhadap kandungan karbohidrat juga dilakukan penambahan air suling untuk melarutkan semua zat-zat tersebut serta mempermudah proses pembacaan serapan oleh spektofotometer dengan panjang gelombang 680 nm.
Larutan pati dimasukkan ke dalam dua tabung yang berbeda, tabung B sebagai blanko dan tabung U sebagai uji. Volume larutan pati yang dimasukkan ke masing-masing tabung jumlahnya sama yaitu 1 ml. Setelah dikeram beberapa menit (paling sedikit 5 menit) pada suhu tertentu, pada tabung U ditambahkan air liur yang sudah diencerkan sebelumnya. Setelah dikeram beberapa menit kemudian kedua tabung ditambahkan larutan iodium yang berwarna biru. Pada tabung B yang tidak ditambahkan air liur, larutan menjadi berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam tabung B tidak terdapat peran enzim. Sedangkan pada tabung U yang sebelumnya ditambahkan air liur, setelah ditambahkan iodium larutan menjadi berwarna jernih. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam tabung U terdapat peran enzim. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam proses pemecahan pati menjadi monosakarida. Hal ini menunjukkan bahwa air liur yang mengandung amilase berfungsi sebagai enzim yang bekerja dalam larutan pati sebagai katalisator proses pemecahan pati menjadi monosakarida.

Tabel 3 Hasil pengamatan pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim
Pengenceran Enzim
A/menit (v)
600 x
0,046
500 x
0,081
400 x
0,018
300 x
0,032
200 x
0,051
100 x
0,044
Kecepatan proses pemecahan pati menjadi monosakarida pada masing-masing tabung berbeda-beda karena konsentrasi air liur yang ditambahkan juga berbeda. Tabel hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan terkecil terdapat pada tabung dengan air liur yang diencerkan sebanyak 400x. Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin tinggi pula kecepatan reaksinya, begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi pengenceran, semakin rendah kecepatan reaksinya. Hal tersebut tidak terjadi pada tabung-tabung yang mengandung air liur dengan pengenceran 600x, 500x, 400x, 300x dan 200x sebab data yang diperoleh berfluktuasi.
Tabung yang mengandung air liur dengan pengenceran 100x, kecepatan reaksinya lebih rendah (lambat) dibandingkan kecepatan reaksi pada tabung yang mengandung air liur dengan pengenceran 600x, 500x, dan 200x. Pada tabung ini kecepatan reaksinya 0,0044. Hal ini kurang sesuai dengan teori, seharusnya pada tabung inilah kecepatan reaksi yang paling tinggi. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan adanya kesalahan teknis dalam proses praktikum maupun pengamatan. Proses pengadukan yang kurang baik (tidak merata) bisa menjadi salah satu penyebab hal ini. Proses pengadukan yang kurang baik menyebabkan larutan menjadi tidak merata hal ini mengakibatkan munculnya angka yang berbeda saat proses pembacaan serapan oleh alat yang bernama spektofotometer. Berikut adalah kurva hasil praktikum konsentrasi enzim terhadap kinerja enzim.


Gambar 6 Kurva pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi enzimatik (V)
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan reaksi enzimatik dan dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, semakin besar konsentrasi enzim maka reaksi semakin cepat (Soewoto 2000). Namun, kurva di atas menunjukkan ketidakstabilan reksi enzimatik padahasil pengamatan. Ketidakstabilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu larutan yang digunakan tidak sesuai untuk pengenceran, ukuran larutan tidak sesuai, enzim tidak dalam keadaan murni sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat, dan tingkat kemurnian enzim yang tinggi.


KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Data pengamatan yang diperoleh nilainya berfluktuasi, sehingga diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara kerja enzim terhadap suhu, pH, dan konsentrasi enzim. Kecepatan reaksi enzimatik tidak sebanding dengan kenaikan suhu dan suhu optimum enzim ialah 25° C. Kecepatan reaksi enzimatik pada pH yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda, pH optimum enzim ialah sekitar 9. Konsentrasi enzim optimum yang didapatkan ialah pada pengenceran 300x atau sedang. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori.


Saran

Pengamatan terhadap aktivitas enzim pada berbagai kondisi sangat memerlukan ketelitian. Seringnya terjadi kesalahan menuntut praktikan untuk lebih hati-hati dalam praktikum. Selain itu, ketersediaan Spektrofotometer yang terbatas (hanya satu) diharapkan bisa dikendalikan agar pembacaan absorbansi tidak terlambat karena hal tersebut dapat mempengaruhi nilai yang terbaca.


DAFTAR PUSTAKA

Estien, Y., Lisda N. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset.
Iman, H. 2005. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Endo-1,4-β-Glucanase Bacillus sp. AR 009. (Jurnal Biodiversitas Nomor 04 Volume 6). Bogor: Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor 16002.
Laloknam, S., et all. 2009. Detection of amylase activity from fruit and vegetables in an undergraduate classrooms. As. J. Food Ag-Ind. 2009, 2(03), 381-390. ISSN 1906-3040.
Poedjiadi, A., Supriyatin, T. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta (ID): Widya Medika.
Setiasih, S. 2006. Karakterisasi Enzim α-Amilase Ekstrasel dari Isolat Bakteri Termofil SW2. Jurnal Kimia Indonesia. Volume 1 (1) :22-27.
Soewoto, H., dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta (ID): Widya Medika.
Suarni., Rauf, P. 2007. Potency of Mung Bean Sprout As Enzyme Source (α-amilase). Indo. J. Chem. 2007, 7 (3), 332-336.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): EGC.
Williamson, KL., Fieser, FL. 1992. Organic Experiment 7th Edition. United States of America: DC Health and Company.


L AMPIRAN


Gambar Hasil Pengamatan




Gambar 1 Hasil pengamatan pengaruh suhu 100° C terhadap aktivitas enzim
Gambar 2 Hasil pengamatan pH (1) terhadap aktivitas enzim
Gambar 3 Hasil pengamatan pengenceran (100x) terhadap aktivitas enzim

Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Suhu
AU
AB
ΔA / menit (v)
00C
0,13
0,236
0,106
250C
0,374
0,228
0,146
Suhu ruang
0,181
0,224
0,043
370C
0,136
0,183
0,047
600C
0,878
0,840
0,038
1000C
0,912
0,943
0,031

Tabel 2 Hasil pengamatan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
pH
AU
AB
ΔA / menit (v)
1
0,069
0,055
0,014
3
0,049
0,078
0,029
5
0,053
0,078
0,025
7
0,066
0,047
0,019
9
0,085
0,129
0,44
11
0,044
0,022
0,022

Tabel 3 Hasil pengamatan pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim
Pengenceran enzim
AU
AB
ΔA / menit (v)
600x
0,064
0,018
0,046
500x
0,099

0,081
400x
0,036

0,018
300x
0,050

0,032
200x
0,069

0,051
100x
0,062

0,044


Pembagian Kerja Laporan
No
Nama / NIM
Tugas
TTD
1.
Nur Hidayati / I14120016
Pembahasan

2.
Vivi Nurlita / I14120060
Tinjauan Pustaka

3.
Mohd Lutfi Adrian / I14120065
Tinjauan Pustaka

4.
Fellie Ranuwina / I14120094
Tinjauan Pustaka

5.
Erfin Shabrina / I14120119
Pembahasan

6.
Tri Desfiana Putri / I14120131
Pembahasan

7.
Ulfa Maesya Z / I14134002
Cover, Pendahuluan, Kesimpulan dan Saran, Lampiran, Editor


pH

Δ A/ menit (V)


Suhu (°C)

A/menit



Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.