LAPORAN AWS new rere.docx

May 22, 2017 | Autor: Rere Maulidina | Categoría: Hospitality
Share Embed


Descripción

100



7



6

28

51

94



96


1

5











LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROFESI APOTEKER
DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
JALAN PALANG MERAH INDAH NO. 1 SAMARINDA











DISUSUN OLEH:
RERE MAULIDINA
(1513019020)




PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie dan dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Program Studi Pendidikan Apoteker Universitas Mulawarman, selain itu juga memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memahami peran dan tugas Apoteker di sarana distribusi obat khususnya di Rumah Sakit. Laporan ini selesai tidak lepas dari dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Bapak Dr. Laode Rijai, M.Si., Drs selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
Ibu Nur Mita, M.si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker beserta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
Bapak Adam M. Ramadhan, M.Sc., Apt selaku Pembimbing Utama dan Ibu Welinda Dyah Ayu, M.Sc., Apt selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan arahan dan membimbing serta motivasi bagi penulis sehingga penyusunan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Bapak Drs. M. Nasrudin, Apt. selaku Apoteker Pembimbing Lapangan dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Seluruh jajaran Direksi dan Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie.
Keluarga yang selalu mendoakan serta memberi dukungan dalam menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Teman-teman Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman angkatan III tahun 2016/2017, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik, saran dan masukan dari semua pihak agar dapat menjadi perbaikan di masa yang akan datang.

Samarinda, Februari 2017


Penulis


























DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Kompetensi Farmasi di Rumah Sakit 3
Tujuan PKPA 4
Manfaat PKPA 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Rumah Sakit 6
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit 9
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit 23
BAB III. TINJAUAN UMUM APOTEK KIMIA FARMA
Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit 28
Struktur Organisasi 28
Akreditasi Rumah Sakit 29
Komite Farmasi dan Terapi 29
Instalasi Farmasi Rumah Sakit 32
BAB IV. PEMBAHASAN
Administrasi Farmasi Rumah Sakit 51
Gudang Devisi Rumah Sakit 53
Depo Farmasi Rawat Jalan 66
Depo Farmasi Rawat Inap 74
Depo Farmasi Rawat Darurat 78
Depo Farmasi Sakura 83
Kegiatan PKPA di Rumah Sakit 87
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 94
Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 96
LAMPIRAN 97







































DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Alur Penerimaan Obat, Alkes, dan BMHP di Gudang
Farmasi 60




























DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi 97
Lampiran 2. Daftar Obat High Alert di RSUD AWS 98
Lampiran 3. Daftar Obat LASA 99





























BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Konstitusi World Health Organization (WHO) 1948, telah menegaskan bahwa memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak asasi bagi setiap orang. Pemerintah dalam hal ini telah menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal antara lain meliputi pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan dengan cara promosi tentang kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan baik secara mental ataupun fisik (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu, sumber daya dibidang kesehatan yang meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan teknologi harus dimanfaatkan dalam rangka penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem rujukan profesional yang berhubungan dengan penerapan terapi, menyediakan produk obat untuk pengobatan kondisi yang didiagnosis oleh dokter, dan memastikan penggunaan obat yang rasional. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan saat ini, tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian). Praktek asuhan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa selain melakukan pengkajian resep dan dispensing sediaan farmasi, seorang apoteker di rumah sakit juga sebaiknya dapat melaksanakan kegiatan yang lebih berorientasi pada pasien, seperti melaksanakan konseling dan pelayanan informasi obat (Kemenkes, 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014, Pengendalian mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Kegiatan pengendalian mutu ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Peran farmasis dalam pelayanan kefarmasian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek pelayanan kefarmasian yang profesional dan aspek manajerial yang berkaitan dengan pengelolaan obat sebagai suatu komoditas. Sebagai seorang profesional, farmasis harus memiliki kompetensi, kemampuan akademik (farmakoterapi, farmasi klinik, patofisiologi, sediaan), komitmen, tanggung jawab, keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien, masyarakat, tenaga kesehatan lain. Sebagai seorang manajer, farmasis harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, pengaturan, pengarahan, monitoring, evaluasi, komunikasi, serta bersikap efisien, efektif, proaktif. Dua aspek tersebut terangkum dalam lingkar sepuluh kegiatan PPOSR (Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional) yang meliputi pemilihan, perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penggunaan dan informasi, pemberian dan informasi, pemantauan rasionalitas, pemantauan efektivitas serta pemantauan keamanan.
Semakin tingginya tuntutan tersebut dan sebagai bentuk pendidikan serta latihan bagi calon apoteker, maka Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung pada 7 November 2016 – 16 Desember 2016. Dengan PKPA ini diharapkan calon apoteker dapat memahami dan mengetahui secara langsung peran serta apoteker dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, serta dapat belajar langsung secara praktis dalam pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Hal ini sangat penting bagi mahasiswa agar dapat mempersiapkan diri untuk berperan langsung di rumah sakit sebelum terjun langsung di rumah sakit.

Kompetensi Farmasi di Rumah Sakit
Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum.
Berdasarkan Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia yang diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia, kompetensi apoteker di rumah sakit adalah:
Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik.
Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi.
Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku.
Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat.
Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku.
Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian.
Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian.




Tujuan PKPA
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah sebagai berikut:
Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Mengetahui peran apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di rumah sakit.
Mengetahui sistem distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit.
Memberi bekal calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.

Manfaat PKPA
Manfaat dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah sebagai berikut:
Manfaat Bagi Mahasiswa
Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.
Mengembangkan dan mempraktekkan ilmu yang diperoleh pada pendidikan formal.
Meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang apoteker yang profesional.
Manfaat Bagi Rumah Sakit
Memperoleh masukan dari mahasiswa mengenai bagian-bagian dari pengelolaan perbekalan farmasi yang masih belum efektif.
Mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
Dapat melihat kemampuan mahasiswa apoteker untuk dapat dipertimbangkan ketika membutuhkan tenaga kerja baru di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Dapat berbagi ilmu dan melatih mahasiswa apoteker sehingga dapat ikut berpartisipasi dalam menciptakan Apoteker yang profesional demi meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Manfaat Bagi Fakultas Farmasi
Dihasilkannya tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yang memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
Fakultas Farmasi dapat menyusun kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja.
Terjalinnya hubungan yang kokoh antara Fakultas Farmasi dan RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dengan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna meliputi upaya peningkatan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 5, rumah sakit mempunyai fungsi:
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan sesuai kebutuhan medis.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka penigkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.


Rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan dan kepemilikan. Berdasarkan pelayanan, rumah sakit dibagi dua yakni rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Berdasarkan kepemilikan rumah sakit dibagi dua yakni rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit dibagi menjadi:
Rumah Sakit Umum, diklasifikasikan menjadi:
Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis.
Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasardan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Rumah Sakit Khusus, diklasifikasikan menjadi :
Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik sunspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.


Rumah Sakit Khusus Kelas B
Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik sunspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah sakit khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit diklasifikasikan menjadi:
Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:
Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan
Rumah sakit Pemerintah Daerah
Rumah sakit Militer
Rumah sakit BUMN
Rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat, sering disebut rumah sakit sukarela, terdiri dari:
Rumah sakit hak milik
Rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba (profit).
Rumah sakit nirlaba
Rumah sakit yang mencari laba sewajarnya saja dan laba yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana fisik, peluasan dan penyempurnaan mutu pelayanan untuk keperluan penderita.

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan perbekalan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan:
Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan.
Pola penyakit
Efektifitas dan keamanan
Pengobatan berbasis bukti
Mutu
Harga
Ketersediaan di pasaran
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
Anggaran yang tersedia
Penetapan prioritas
Sisa persediaan
Data pemakaian periode yang lalu
Waktu tunggu pemesanan
Rencana pengembangan
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP antara lain:
Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
Perbekalan farmasi harus mempunyai nomor izin edar.
Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tertentu (vaksin, reagensia dan lain-lain).
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
Pembelian
Untuk rumah sakit pemerintah pembelian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
Persyaratan pemasok.
Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi farmasi rumah sakit dapat memproduksi sediaan tertentu jika:
Sediaan farmasi tidak ada di pasaran.
Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
Sediaan farmasi dengan formula khusus.
Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
Sediaan farmasi untuk penelitian.
Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus).
Sediaan yang dibuat di rumah sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit tersebut.
Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sumbangan/dropping/hibah. Seluruh kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP harus sesuai dengan kebutuhan pasien di rumah sakit. Instalasi farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit untuk mengembalikan atau menolak sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien rumah sakit.
Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Penyimpanan
Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.



Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang harus disimpan terpisah yaitu:
Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.
Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan:
Kelas terapi
Bentuk sediaan
Jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
Disusun secara alfabetis
Prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh instalasi farmasi.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (diatas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui instalasi farmasi.
Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi sistem persediaan lengkap dan sistem resep perseorangan atau resep perseorangan dan sistem unit dosis atau persediaan lengkap dan sistem unit dosis.
Pemusnahan dan Penarikan Perbekalan Farmasi
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP bila:
Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
Telah kadaluarsa.
Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
Dicabut izin edarnya
Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP. Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dapat dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama dengan KFT di rumah sakit.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP adalah untuk:
Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.
Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai adalah:
Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).
Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock).
Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang telah dikerjakan. Kegiatan administrasi terdiri dari :
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan.Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk:
Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM
Dasar akreditasi rumah sakit
Dasar audit rumah sakit
Dokumentasi farmasi
Pelaporan dilakukan sebagai:
Komunikasi antara level manajemen
Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di instalasi farmasi
Laporan tahunan
Administrasi Keuangan
Apabila instalasi farmasi rumah sakit harus mengelola keuangan maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semester atau tahunan.
Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Persyaratan administrasi meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas
Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Duplikasi pengobatan
Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
Kontraindikasi
Interaksi obat
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya
Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.
Informasi yang harus didapatkan:
Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat.
Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi.
Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).
Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medicationerror) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
Pengumpulan data.
Komparasi.
Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.
Komunikasi.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
Kegiatan PIO meliputi:
Menjawab pertanyaan.
Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit.
Bersama dengan tim penyuluhan kesehatan rumah sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
Melakukan pembelajaran terus-menerus dan berkelanjutan (Long Life Learner) bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
Melakukan penelitian.
Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat, yakni:
Kondisi pasien
Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui).
Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi dan lain-lain).
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tapperingdown/off).
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin).
Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
Sarana dan peralatan
Ruangan atau tempat konseling.
Alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam PTO meliputi:
Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
Tahapan PTO:
Pengumpulan data pasien.
Identifikasi masalah terkait obat.
Pekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
Pemantauan.
Tindak lanjut.


Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring efek samping obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi:
Pencampuran obat suntik
Penyiapan nutrisi parenteral
Penanganan sediaan sitostatik
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
Tujuan dilakukan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) adalah:
Mengetahui kadar obat dalam darah.
Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) meliputi:
Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan pemeriksaan kadar obat dalam darah (PKOD).
Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan pemeriksaan kadar obat dalam darah (PKOD).
Menganalisis hasil pemeriksaan kadar obat dalam darah (PKOD) dan memberikan rekomendasi.
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit
Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dapat dibentuk satelit farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit.
Struktur Organisasi dan SDM Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal.
Struktur Organisasi
Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap tiga tahun dan diubah bila terdapat hal:
Perubahan pola kepegawaian
Perubahan standar pelayanan farmasi
Perubahan peran rumah sakit
Penambahan atau pengurangan pelayanan
Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.
Adanya komite/panitia farmasi dan terapi di rumah sakit dan Apoteker IFRS menjadi sekretaris komite/panitia.
Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.
Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang.
Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun.
Kepala instalasi farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, personalia pelayanan farmasi rumah sakit adalah sumber dayamanusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yangtermasuk dalam bagan organisasi rumah sakit.
IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh apoteker.
Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
Kepala instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.
Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
Terdaftar di asosiasi profesi.
Mempunyai SK penempatan.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
Tujuan, Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tujuan kegiatan harian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:
Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.
Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam ilmu Farmasetik pada umumnya.
Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh Apoteker Rumah Sakit yang kompeten dan memenuhi syarat.
Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.
Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional kesehatan lainnya.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58MENKES/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Tugas instalasi farmasi adalah:
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
Memberi pelayanan bermutu melalui analisis dan evaluasi untukmeningkatkan mutu pelayanan farmasi.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58/MENKES/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, fungsi farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat meliputi:


Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan dirumah sakit.
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obatdan alat kesehatan.
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
Melakukan pencampuran obat suntik.
Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
Melakukan penanganan obat kanker.
Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

BAB III
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ABDUL WAHAB SJAHRANIE

Falsafah, Visi, Misi, dan Tujuan Rumah Sakit
Falsafah Rumah Sakit
"Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian"
Visi Rumah Sakit
"Menjadi Rumah Sakit dengan Pelayanan Bertaraf Internasional"
Misi Rumah Sakit
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan berstandar internasional.
Mengembangkan rumah sakit sebagai pusat penelitian.
Tujuan Rumah Sakit
Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Meningkatkan kemampuan etika dan profesionalisme.
Terealisasinya sarana dan prasarana yang nyaman dan modern.
Terwujudnya kesejahteraan pegawai.

Struktur Organisasi
Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Struktur organisasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie dipimpin oleh direktur yaitu dr. Rachim Dinata Marsidi, Sp. B, M.Kes dan memiliki wakil direktur umum dan keuangan serta wakil direktur pelayanan. Setiap wakil direktur memiliki kepala bagian dan kepala bidang. Adapun struktur organisasi lengkap RSUD Abdul Wahab Sjahranie dapat dilihat pada lampiran.

Akreditasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, selanjutnya disebut akreditasi adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggaran akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie berdasarkan sertifikat akreditasi rumah sakit nomor KARS-SERT/84/1/2015 yang berlaku pada periode 3 Desember 2013 hingga 2 Desember 2016 memiliki status akreditasi nasional tingkat "Madya". Sertifikat akreditasi ini diberikan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang meliputi administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3, laboratorium, pengendali infeksi di rumah sakit.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, RSUD Abdul Wahab Sjahranie sedang mempersiapkan menuju akreditasi nasional tingkat "Paripurna" dan pada akhir tahun 2016 RSUD Abdul Wahab Sjahranie akan mempersiapkan menuju akreditasi internasional yaitu Joint Commission International (JCI).

Komite Farmasi dan Terapi
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) merupakan kelompok penasehat bagi staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi yang resmi dan penghubung antara staf medik dengan instalasi farmasi rumah sakit.
Dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk KFT yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di sumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. KFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam rumah sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat.
Ketua KFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker, apabila diketuai oleh seorang dokter maka sekretarisnya adalah seorang apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
Susunan Organisasi KFT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie terdiri dari ketua yaitu dr. Carta Gunawan, Sp.PD, K-PTI, FINASIM., sekretaris yaitu Dra. Yovita Gunawan, Apt. dan anggota dr.I.G.A. Montessori, Sp.OG., dr Fritz Nahusuly, Sp. B. dan dr. Dadik Agus, Sp.B-KBA. KFT, mempunyai tugas untuk memantau pelaksanaan penggunaan obat yang rasional di RSUD Abdul Wahab Sjahranie, menyusun dan merevisi formularium, memantau kepatuhan penulisan resep sesuai dengan formularium, memantau efektifitas obat yang baru masuk formularium dan mengkoordinasikan pemantauan efek samping obat.
Pembentukan KFT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie juga bertujuan untuk memantau persediaan obat baru maupun obat lama, dimana KFT selalu mengadakan rapat setiap bulan. Untuk formularium rumah sakit, KFT menyusun berdasarkan formularium nasional dan usulan dari semua dokter spesialis yang telah disetujui oleh kepala Staf Medis Fungsional (SMF) dan setalah itu disetujui oleh KFT. KFT akan melakukan pemilihan/menyeleksi obat-obat usulan tersebut berdasarkan kelas terapi obat, kekuatan dan keamanan obat, bentuk sediaan dan pabrik yang memproduksinya. KFT akan menerbitkan formularium rumah sakit setiap 2 tahun sekali.
Untuk permintaan obat baru, yang boleh mengusulkan adalah dokter spesialis dan harus disetujui oleh kepala SMF dan diketahui oleh direktur rumah sakit sesuai dengan form SPO dari KFT dalam persetujuan untuk pengajuan obat baru untuk masuk dalam formularium rumah sakit. Obat-obat baru yang masuk formularium akan dipantau penggunaan, efektivitas dan MESOnya selama 6 bulan oleh KFT dengan bekerja sama dengan dokter spesialis yang sedang menggunakan obat tersebut serta dengan kepala ruangan. Obat-obat baru yang lebih ditekankan untuk dipantau adalah obat-obat khusus seperti obat jantung, hipertensi, saraf, parudan diabetes. Apabila obat baru tersebut jarang digunakan maupun ada efek samping yang tidak diinginkan, maka dari KFT akan memberikan laporan kepada kepala SMF untuk menindak lanjuti, kemudian dari Kepala SMF akan memberitahukan kepada dokter spesialis tentang obat baru yang sedang digunakan.
Berdasarkan Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, KFT mempunyai tugas:
Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit.
Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium rumah sakit.
Mengembangkan standar terapi.
Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat.
Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Mengkoordinir penatalaksanaan medication error.
Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.
Sedangkan fungsi dari KFT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah:
Pelaksanaan sistem formularium.
Pembuatan dan revisi formularium.
Penasehat bagi staf medik dalam semua hal yang berkaitan dengan penggunaan obat.
Pemantauan dan evaluasi reaksi obat merugikan di rumah sakit dan membuat rekomendasi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kembali.
Pemberian saran kepada instalasi farmasi rumah sakit untuk menerapkan prosedur pengendalian distribusi obat yang efektif.
Sementara itu, yang menjadi wewenang dari KFT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah:
Mengadakan formularium obat yang diterima untuk digunakan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Merevisi dan mengubah formularium.
Mengadakan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Tanggung jawab KFT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah terhadap keamanan dan kemanfaatan semua obat-obatan yang digunakan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie, serta pendidikan bagi staf profesional kesehatan yang berkaitan dengan obat dan penggunaan formularium.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Manajemen Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Manajemen pengelolaan perbekalan farmasi (sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie meliputi:
Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan perbekalan farmasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie berdasarkan Formularium Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh KFT yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Selain itu pemilihan sediaan farmasi juga berdasarkan pada pola penyakit serta berdasarkan efektivitas dan keamanannya.
SMF mengajukan usulan obat-obat yang yang akan digunakan dan telah terdaftar dalam formularium Rumah Sakit kepada KFT. KFT kemudian akan mengadakan rapat untuk membahas obat mana yang akan masuk dalam perencanaan pengadaan obat-obatan berdasarkan indikasi, harga obat dan ketersediaan obat. Hasil pembahasan tentang obat terpilih yang direkomendasikan diteruskan ke Instalasi Farmasi untuk dimasukkan dalam daftar perencanaan.
Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan metode morbiditas. Perencanaan dengan metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu dan sisa stok yang ada. Perencanaan dengan metode morbiditas didasarkan pada beban kesakitan yang harus dilayani dan berdasarkan pola penyakit. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi mengacu pada Formularium Rumah Sakit, Formularium Nasional dan Formularium Inhealth.
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan menggunakan sistem e-Purchasing. E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik (e-Catalogue). E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Proses pengadaan dilakukan oleh Pejabat pengadaan.
Pejabat pengadaan akan melihat rencana penggunaan obat dari gudang farmasi. Gudang farmasi membuat rencana kebutuhan obat per bulan berdasarkan jumlah obat yang digunakan di bulan sebelumnya dan perkiraan kebutuhan obat di bulan selanjutnya. Gudang farmasi menyerahkan rencana kebutuhan obat ke pejabat pengadaan yang selanjutnya pejabat pengadaan akan memasukkan ke dalam aplikasi e-Purchasing, obat yang tidak terdapat e-Catalogue maka akan dilakukan pemesanan dengan pembelian langsung untuk pembelian dibawah 200 juta, sedangkan pembelian diatas 200 juta menggunakan sistem tender.
Pejabat pengadaan selanjutnya melihat e-Catalogue obat dalam portal pengadaan nasional. Pejabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian obat kepada penyedia obat atau industri farmasi.Industri farmasi yang menerima permintaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor atau PBF untuk ditindak lanjuti.Apabila industri farmasi menolak untuk menyediakan permintaan obat, maka industri farmasi wajib menyampaikan alasan penolakan tersebut. Untuk pembelian yang tidak disetujui maka dapat dilakukan pengadaan dengan sistem lain. Pejabat Pembuat Komitmen selanjutnya melakukan perjanjian/kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/PBF yang ditunjuk oleh penyedia obat/industri farmasi. Distributor/PBF selanjutnya wajib menyediakan obat sesuai dengan permintaan.Pejabat pengadaan selanjutnya mengirim bukti pembelian obat dalam bentuk Surat Perintah Kerja. Surat Perintah Kerja digunakan untuk pengadaan barang/jasa sampai dengan Rp. 200.000.000,00 serta melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi e-Purchasing. Selain secara online, pengadaan juga dapat dilakukan secara offline dengan pemesanan langsung kepada distributor yang telah ditunjuk. Obat-obat yang tidak termasuk ke dalam e-Catalogue, maka pejabat pengadaan dapat melakukan pembelian langsung dengan menunjuk langsung PBF/distributor obat sebagai penyedia. Pejabat pengadaan mengajukan surat pesanan kepada distributor serta mengeluarkan surat perintah kerja. Sistem pembayaran yang dilakukan sesuai dengan persetujuan yang dilakukan oleh pihak distributor/PBF.
Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Kegiatan penerimaan barang di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan saat barang sampai digudang umum, petugas penerima gudang umum akan memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan faktur dan SPK meliputi kesesuaian sediaan, jumlah yang dipesan, nomor batch dan kadaluarsa obat. Ketika barang sudah diterima, petugas gudang umum kemudian menghubungi petugas gudang farmasi untuk mengambil barang. Petugas gudang farmasi kemudian mengambil barang ke gudang umum dan memeriksa kembali kesesuaian barang yang diterima dengan faktur. Barang kemudian dibawa ke gudang farmasi untuk disimpan.
Kegiatan penerimaan perbekalan farmasi juga dilakukan di setiap depo farmasi. Petugas depo yang bertanggung jawab terhadap stok perbekalan farmasi akan melakukan permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan ke gudang farmasi dengan menggunakan surat permintaan/pengeluaran obat-obatan dan alkes (SPPO). Petugas gudang farmasi menyiapkan perbekalan farmasi sesuai permintaan dan menyerahkan perbekalan farmasi tersebut kepada petugas penanggung jawab stok perbekalan farmasi di depo. Petugas depo akan memeriksa kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima dengan SPPO. Bila perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan permintaan maka petugas depo akan menyimpan dan menyusun perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan penyimpanan perbekalan farmasi.
Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi. Penyimpanan merupakan kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi yang diterima, agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik, maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, salep/krim, injeksi, sirup, cairan), sifat obat (High Alert, LASA, narkotika, psikotropika, prekursor bahan berbahaya, sitostatika, obat termolabil), alat kesehatan, obat generik dan obat paten. Semua perbekalan farmasi yang disimpan di gudang farmasi masih dalam bentuk kemasan dus besar dan diletakkan diatas rak obat. Penyimpanan dan penyusunan perbekalan farmasi dilakukan secara alfabetis dengan memperhatikan prinsip penyimpanan FIFO dan FEFO. Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dan kunci ganda. Untuk obat termolabil disimpan di lemari pendingin yang dilengkapi termometer dan dijaga suhunya antara 2-8 °C. Untuk cairan infus disimpan dan disusun diatas pallet kayu yang kuat dan disusun maksimal 8 dus besar. Setiap perbekalan farmasi yang disimpan dilengkapi kartu stok. Petugas gudang farmasi akan mencatat bila ada penerimaan atau pengeluaran barang tersebut di kartu stok.
Penyimpanan perbekalan farmasi di depo farmasi hampir sama dengan yang dilakukan di gudang farmasi, yang membedakan adalah perbekalan farmasi untuk pelayanan rutin disimpan di rak tersendiri yang lebih kecil dalam bentuk kemasan primernya (per-strip, per-ampul, per-botol dan per-buah). Untuk obat-obat yang termasuk dalam obat-obat High Alert disimpan terpisah dalam wadah tersendiri dan diberi penandaan yang jelas. Penandaan yang diberikan berupa stiker bertuliskan "High Alert" yang ditempelkan pada setiap kemasan obat dan selotip merah yang ditempelkan di sekeliling tempat penyimpanan obat-obat High Alert tersebut. Penyimpanan obat-obatan dengan nama dan rupa yang mirip ditempel dengan stiker bertuliskan "LASA" disimpan tidak berdekatan/diberi jarak penyimpanan antar obat-obat LASA tersebut untuk menghindari terjadinya kesalahan pengambilan obat. Penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam golongan narkotika dan psikotropika juga ditempeli dengan stiker bertuliskan "High Alert", diletakkan pada lemari khusus yaitu lemari dengan pintu ganda (pintu luar dan pintu dalam) dengan kunci masing-masing di setiap pintunya. Lemari tersebut diletakkan terpisah dari obat-obat High Alert yang lain dan selalu dalam keadaan terkunci. Penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam golongan sitostatika ditempeli dengan stiker bertuliskan "obat sitostatika" dan stiker bertuliskan "High Alert", diletakkan pada lemari pendingin khusus yang juga ditempeli stiker obat sitostatika dan selotip merah disekelilingnya. Lemari tersebut diletakkan terpisah dari obat-obat High Alert yang lain.
Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu.
Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dimulai dari gudang farmasi dimana permintaan perbekalan farmasi dari depo farmasi dilayani menggunakan lembar surat permintaan/pengeluaran obat-obatan dan alkes (SPPO) perbekalan farmasi yang diterima oleh petugas gudang farmasi satu hari sebelum jadwal pengambilan. Petugas gudang farmasi akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta sesuai dengan kondisi stok di gudang farmasi. Petugas gudang kemudian menyerahkan perbekalan farmasi tersebut kepada petugas depo dan menandatangani lembar SPPO. Petugas depo memeriksa kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima, jika telah sesuai petugas depo menandatangani lembar SPPO, kemudian menyerahkan lembar SPPO asli ke petugas gudang farmasi dan lembar SPPO salinan untuk disimpan di depo sebagai arsip. Pendistribusian perbekalan farmasi reguler dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian, sedangkan pendistribusian perbekalan farmasi yang termasuk golongan narkotika, psikotropika dan prekursor dilakukan oleh apoteker koordinator gudang farmasi.
Kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi di depo farmasi rawat jalan, rawat inap dan IGD dilakukan melalui pelayanan resep dengan sistem Individual Prescribing. Pendistribusian di depo farmasi sakura dilakukan dengan sistem Individual Prescribing, Unit Dose Dispensing, One Daily Dose Dispensing dan Floor Stock. Pendistribusian di sub-depo flamboyan dilakukan dengan sistem Unit Dose Dispensing.


Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dilakukan untuk perbekalan farmasi bila:
Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
Produk telah kadaluarsa.
Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Dicabut izin edarnya.
Penarikan perbekalan farmasi dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh BPOM dan penarikan dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal.
Kegiatan penarikan perbekalan farmasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan terhadap perbekalan farmasi dengan masalah produksi dan perbekalan farmasi yang rusak, mendekati kadaluarsa atau telah kadaluarsa. Untuk perbekalan farmasi dengan masalah produksi, instalasi farmasi menerima surat pemberitahuan dari supplier jika ada penarikan kembali perbekalan farmasi. Kepala instalasi akan meneruskan surat tersebut ke bagian gudang farmasi. Bagian gudang farmasi akan berkoordinasi dengan depo pelayanan farmasi, ruang perawatan dan poliklinik untuk mengumpulkan perbekalan farmasi yang akan ditarik dan menyerahkannya ke bagian gudang farmasi. Koordinator gudang farmasi melakukan rekapitulasi jumlah perbekalan farmasi yang ditarik kemudian dilaporkan ke kepala instalasi farmasi. Kepala instalasi kemudian membuat berita acara daftar perbekalan farmasi yang ditarik kembali, kemudian menyerahkannya ke supplier.
Untuk perbekalan farmasi yang rusak, mendekati kadaluarsa atau telah kadaluarsa, kepala ruangan/kepala instansi/koordinator depo farmasi akan mengumpulkan dan memisahkannya dari perbekalan farmasi lainnya. Untuk perbekalan farmasi yang mendekati kadaluarsa minimal enam bulan sebelum tanggal kadaluarsa. Perbekalan farmasi tersebut kemudian dibuat daftarnya dan di kembalikan ke gudang farmasi. Gudang farmasi menerima dan membuat berita acara pengembalian perbekalan farmasi. Untuk perbekalan farmasi yang ditarik, instalasi farmasi akan menggantinya dengan perbekalan farmasi yang sama tetapi dengan waktu kadaluarsa yang lebih panjang Koordinator gudang farmasi akan membuat laporan rekapitulasi perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa kepada kepala instalasi farmasi. Instalasi farmasi akan menindaklanjuti apakah perbekalan farmasi yang ditarik akan dikembalikan ke distibutor atau dimusnahkan. Jika perbekalan farmasi diputuskan untuk dimusnahkan maka kepala instalasi farmasi memberikan laporan tersebut kepada direktur berikut usulan rencana pemusnahan perbekalan farmasi. Direktur akan memberikan disposisi mengenai rencana pemusnahan perbekalan farmasi kepada Tim Pemusnahan Perbekalan Farmasi dan akan dibuat perencanaan pemusnahannya. Tim Pemusnahan Perbekalan Farmasi terdiri dari Bagian Umum/Rumah Tangga, Instalasi Farmasi, Instalasi K3 dan saksi dari Pemerintah Provinsi dan Kepolisian. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan di dalam incinerator (tanur) lalu didokumentasikan dan dibuat berita acara pemusnahan.Pembuatan berita acara dilakukan oleh Kepala Intalasi Farmasi dan ditandatangi oleh saksi yang berasal dari gudang farmasi dan depo farmasi lainnya.Berita Acara di ketahui oleh Direktur Rumah Sakit dan untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor disaksikan oleh BPOM Samarinda.
Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi. Tujuan pengendalian perbekalan farmasi yaitu untuk memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan perbekalan farmasi.
Pengendalian perbekalan farmasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang mendekati kadaluarsa (enam bulan sebelum kadaluarsa), perbekalan farmasi yang jarang digunakan (slow moving) selama enam bulan dan perbekalan farmasi yang tidak digunakan (death stock) selama tiga bulan berturut-turut. Pengawasan dan pengendalian mutu perbekalan farmasi tersebut dilakukan dengan cara melakukan stock opname setiap bulan. Pada saat stock opname dilakukan perhitungan jumlah persediaan perbekalan farmasi dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi slow moving, death stock dan perbekalan farmasi yang telah mendekati masa kadaluarsanya (enam bulan sebelum waktu kadaluarsa yang tercantum di kemasan).Data hasil stock opname dan evaluasi tersebut kemudian dilaporkan kepada koordinator depo untuk dibicarakan dalam rapat koordinasi bersama koordinator depo farmasi lain, pengelola gudang farmasi dan kepala instalasi farmasi. Dalam rapat tersebut akan dibicarakan mengenai perbekalan farmasi slow moving, death stock dan yang telah mendekati masa kadaluarsa yang masih bisa dijalankan di depo farmasi. Jika di salah satu depo terdapat perbekalan farmasi yang slow moving atau death stock maka perbekalan farmasi tersebut diserahkan ke depo farmasi lain yang masih bisa menjalankan perbekalan farmasi tersebut. Tetapi jika tidak ada depo farmasi lain yang bisa menjalankan perbekalan farmasi tersebut maka perbekalan farmasi tersebut direncanakan untuk dikembalikan (diretur) ke distributor asalnya.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan proses kegiatan mencatat semua kegiatan setiap hari yang kemudian dirangkum pada akhir bulan menjadi sebuah laporan. Kegiatan pencatatan di depo farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan setiap hari di kartu stok perbekalan farmasi, buku pelayanan resep dan billing komputer. Pencatatan juga dilakukan pada saat kegiatan stock opname. Dari pencatatan inilah kemudian akan dibuat laporan rutin setiap bulan. Laporan tersebut meliputi laporan stok perbekalan farmasi, laporan rekap lembar resep, laporan pelayanan obat generik dan non generik, laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan prekursor, laporan obat tidak terlayani, laporan pelayanan resep dan laporan rekap lembar resep. Laporan pelayanan obat generik dan non generik dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur setiap 3 bulan sekali. Laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan prekursor dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota setiap bulan dengan tembusan kepada kepala BPOM Provinsi Kaltim.
Distribusi Obat di Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes RI No. 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
Berdasarkan Permenkes RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepadaunit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harusmenentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananyapengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep individuyang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkauoleh pasien dengan mempertimbangkan:
Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.
Metode sentralisasi atau desentralisasi.
Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD Abdul Wahab Sjahranie di Samarinda dilakukan secara desentralisasi menggunakan satelit atau depo. Instalasi Farmasi Rumah Sakit di RSUD Abdul Wahab Sjahranie bertugas mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan dibantu pengelolaannya oleh bagian gudang farmasi. Depo farmasi yang ada di RSUD Abdul Wahab Sjahranie terdiri dari : Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Rawat Inap, Depo Farmasi IGD, Depo Farmasi Sakura dan Depo OK IBS.
Distribusi Obat Di Depo Rawat Jalan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD Abdul Wahab Sjahranie di Samarinda berdasarkan resep perorangan/pasien. Pasien yang datang ke Depo Farmasi Rawat Jalan terdiri dari pasien BPJS, Jamkesda, Inhealth, Umum dan Perusahaan. Pasien datang ke meja pelayanan Depo Farmasi Rawat Jalan membawa resep obat setelah dilakukan pemeriksaan pasien oleh dokter pada bagian poli, setelah itu petugas depo farmasi (Asisten Apoteker) akan melakukan skrining atau pengkajian resep terlebih dahulu sebelum penyiapan obat, meliputi pengkajian persyaratan administrasi dan persyaratan farmasetik. Setelah resep diverifikasi pada lembar pengkajian resep, pasien diberi nomor antrian dan menunggu penyiapan obatnya. Selanjutnya, Apoteker melakukan pengkajian persyaratan klinis dan memberikan parafnya pada lembar pengkajian resep. Setelah mendapatkan paraf dari Apoteker, maka obat dapat segera disiapkan oleh Asisten Apoteker. Untuk penyiapan obat dilakukan menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimum IFRS), penyiapan obat non racikan dapat membutuhkan waktu 30 menit, sedangkan untuk obat racikan dapat memerlukan waktu maksimal 60 menit. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket sesuai aturan penggunaan, dikemas dan dilakukan pengecekan kembali, maka selanjutnya obat dapat diserahkan oleh Apoteker yang bertugas di Depo Rawat Jalan dengan memanggil nama pasien berdasarkan nomor antrian, setelah itu dilakukan verifikasi ulang mengenai data pasien dan diberikan obat disertai Pemberian Informasi Obat (PIO). Lembar pengkajian resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD Abdul Wahab Sjahranie di Samarinda terdapat di lampiran. PIO dapat dilakukan secara pasif maupun aktif dan dibuat laporan PIO oleh Apoteker tiap bulannya.
Distribusi Obat Di Depo Rawat Inap
Sistem distribusi yang digunakan pada Depo rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie menggunakan sistem ODD. Kelebihan dari sistem ini yaitu, dapat mengurangi resiko biaya obat karena dapat mengontrol sudah berapa jumlah obat yang digunakan dan jika pasien boleh pulang dapat langsung diganti dengan IP (Individual Prescription). Kelemahannya jika pasien pulang, maka akan ada obat berlebih pada Depo.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang ada di depo farmasi rawat inap rumah sakit RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Pasien memberikan resep yang diterima dari dokter kepada bagian penyerahan resep Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memeriksa kelengkapan resep, apakah telah sesuai atau belum. Jika belum sesuai maka resep dikembalikan pada Pasien untuk dilengkapi. Selain Petugas Depo Farmasi Rawat Inap, verifikasi administratif dapat juga dilakukan oleh petugas penerimaan resep.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memberikan nomor pada resep dan meng-entry resep tersebut pada billing system.
Apoteker dalam pelayanan di Depo rawat inap melakukan verifikasi ulang sebelum petugas yang lain mengerjakan resep tersebut, apakah dosis yang diberikan oleh dokter sudah sesuai atau belum, apakah ada interaksi obat atau tidak, jika terdapat ketidaksesuaian pada resep tersebut, maka apoteker akan melakukan konfirmasi kepada dokter yang telah menulis resep tersebut.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengerjakan resep tersebut kemudian memberikan etiket yang sesuai dan mengemasnya.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memeriksa obat yang telah disiapkan, apakah sudah sesuai dengan resep atau belum. Setelah itu dilakukan verifikasi, baik secara administrasi maupun farmasetik.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie menyerahkan obat yang telah disiapkan sebelumnya dengan memanggil nama pasien dan ruang inap pasien.
Pasien menerima obat sesuai dengan resep yang diberikan dan menyerahkannya kepada perawat di ruang inap pasien.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengarsipkanresep dan menghitung jumlah lembar resep termasuk jumlah obat generik dan obat non generik dalam resep.
Selain melayani resep umum atau perusahaan, Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie juga melayani resep dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dibagi dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan kategori non PBI. Kategori PBI khusunya untuk warga miskin yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang biaya iurannya dibayar pemerintah. Sedangkan kategori non PBI meliputi PNS, TNI/Polri, pesiunan, pegawai swasta dan pekerja mandiri. Untuk PNS, TNI/Polri dan pegawai swasta iuran preminya ditanggung oleh masing-masing instansi dan perusahaan. Sementara itu untuk pekerja mandiri adalah masyarakat yang berusaha mandiri seperti wiraswasta, profesional dan lain sebagainya serta preminya dibayar sendiri atau pribadi. Sedangkan peserta Inhealth adalah karyawan suatu perusahaan atau kelompok yang mengikuti dan terdaftar sebagai peserta Inhealth yang preminya dibayarkan melalui perusahaan.
Distribusi Obat di Depo IGD
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi. Sistem distribusi perbekalan farmasi di Depo Farmasi IGD RSUD A. W. Sjahranie menggunakan sistem resep perorangan.
Distribusi Obat di Depo Sakura
Kegiatan pendistribusian di Depo Farmasi Sakura merupakan penyerahan obat dan alat kesehatan ke pasien ruang Sakura dan Teratai. Penyerahan obat di Depo Farmasi Sakura tidak langsung bertemu dengan pasien yang dirawat di ruang Sakura dan Teratai tetapi obat dan alat kesehatan diantar langsung ke ruang perawatan dan diterima oleh perawat penanggung jawab ruangan. Obat yang telah diberikan apabila tidak habis maka obat yang diresapkan untuk pasien tersebut akan di retur, hal ini dilakukan karena perbekalan farmasi tidak lagi digunakan karena pasien telah pulang maka hal ini akan dapat mengurangi biaya tagihan selama melakukan rawat inap di ruangan Sakura atau Teratai.
Pelayanan Kefarmasian dan KIE di Rumah Sakit
Menurut Permenkes No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah sakit, Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi yang menjadi tanggung jawab farmasis yaitu obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patien safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan Farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker di RSUD Abdul Wahab Sjahranie meliputi:
Pengkajian Resep, Pelayanan resep dan Pelayanan Informasi Obat.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Saat tahap penerimaan resep dilakukan pengkajian pesyaratan administrasi dan persyaratan farmasetik yaitu nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep, unit asal resep, diagnosa, hamil/menyusui, riwayat alergi obat, nama obat, bentuk sediaan, dosis obat, jumlah obat dan aturan penggunaan. Tahap selanjutnya yaitu pengkajian persyaratan klinis yaitu ketersediaan, tepat indikasi, tepat regimen dosis, frekuensi, lama pemberian, waktu pemberian, duplikasi terapi, alergi obat dengan melihat antara riwayat alergi dan obat yang diresepkan. Selanjutnya penyiapan obat meliputi peracikan obat untuk obat racikan, pengambilan obat dan pengemasan. Untuk memastikan kebenaran antara resep dan obat yang disiapkan, maka dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya tahap penyerahan resep, pada tahap penyerahan resep apoteker melakukan pemastian indentitas pasien meliputi nama pasien, alamat dan asal unit resep. Kemudian melakukan pemeriksaan lagi (double check) nama obat dan dosis, serta cara pemberian dan waktu pemberian yang tertulis dietiket. Selanjutnya tahap penyerahan yang disertai dengan penjelasan PIO yaitu ketersediaan, nama obat, indikasi, dosis, cara pemberian, waktu pemberian dan cara penyimpanan. Sebagai bentuk dokumentasi dari pengkajian resep disertakan lembar pengkajian resep, penyiapan, penyerahan obat dan pelayanan informasi Obat untuk depo rawat jalan, sedangkan untuk depo rawat inap, depo sakura dan depo IGD obat hanya dilayani tanpa ada dokumentasinya. Untuk resep pasien rawat inap tidak dilakukan PIO karena obat yang telah dilayani akan langsung diserahkan ke perawat ruangan yang kemudian diberikan kepada pasien atau keluarga pasien.
Penelusuran riwayat penggunaan obat dan rekonsiliasi
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik pasien. Sedangkan rekonsiliasi adalah proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (Medication error) seperti obat yang tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Tahap ini menjadi satu kesatuan. Apoteker melakukan penelusuran riwayat pengobatan dan rekonsiliasi dengan teknik wawancara langsung dengan pasien serta melihat rekam medis. Apoteker mengisi lembar rekonsiliasi yang memuat nama obat, dosis, riwayat alergi obat dan obat yang baru diminum/digunakan oleh pasien.
Konseling
Konseling obat adalah suatu pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan/atau keluarga pasien. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap dapat dilakukan atas inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarga.
Kegiatan dalam melakukan konseling meliputi:
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Question.
Menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat.
Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman.
Dokumentasi.
Dalam melakukan konseling, terdapat kriteria pasien yang perlu mendapatkan konseling yaitu pasien dengan kondisi khusus yaitu pasien pediatrik, geriatrik, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis. Pasien yang menggunakan pengobatan dengan intruksi khusus, obat yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien polifarmasi dan pasien yang mempunyai kepatuhan rendah. Konseling yang dilakukan diruang khusus dengan menggunakan alat bantu pasien. Untuk pasien rawat inap konseling dilakukan oleh apoteker atau perawat ruangan dengan mendatangi pasien atau bedsite counseling. Saat melakukan konseling pasien dibekali informasi mengenai kondisi penyakitnya, kondisi sosial yang harus diperbaiki agar terapi berhasil dan memberikan edukasi mengenai cara penggunaan obat serta waktu penggunaan obat sehingga pasien patuh dalam terapi.
Visite
Apoteker RSUD Abdul Wahab Sjahranie melakukan visite guna mengevaluasi ketepatan terapi obat, perkembangan penyakit terjadi perbaikan atau tidak yang dimonitor dari kondisi klinis serta ada atau tidak efek samping obat. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung.
Pemantauan Terapi Obat dan Evaluasi Efek Samping Obat
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Apoteker melakukan PTO bersamaan saat melakukan visite dan melihat rekam medis pasien. Selanjutnya apoteker melakukan identifikasi masalah terkait obat yaitu tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu pemberian dan cara pemberian. Dalam mempertimbangkan masalah terkait obat apoteker melihat kondisi pasien baik kondisi klinis dan data pemeriksaan laboratorium. Apoteker membuat catatan waktu pemberian obat guna meningkatkan ketepatan waktu minum obat yang mana akan berhubungan dengan efek terapi. Apoteker melihat efek terapi yang diberikan dengan kondisi klinis maupun berdasarkan data laboratorium sehingga efektifitas terapi obat atau adanya efek samping penggunaan obat dapat diketahui dan diatasi. Jika terdapat masalah terkait obat maka apoteker dapat memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah terkait obat yang selanjutnya mengevaluasi hasil rekomendasinya.
Monitoring efek samping obat
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Apoteker saat melakukan visite juga akan memonitoring adanya efek samping obat yang umum maupun yang tidak. Sehingga dapat mendeteksi efek samping obat yang jarang atau belum pernah terjadi sedini mungkin, mencegah keterulangan terjadinya efek samping obat tersebut dan meminimalkan resiko terjadinya serta mengenal faktor yang dapat menyebabkan terjadinya efek samping obat. Jika terdapat efek samping obat yang belum pernah terjadi atau efek samping obat yang tidak umum, maka apoteker membuat laporan dan mengevaluasi laporan ESO tersebut. Selanjutnya laporan efek samping obat tersebut didiskusikan dengan tim/sub tim Farmasi dan terapi. jika kasus efek samping obat tersebut adalah efek samping obat dengan tingkat kejadian yang sering maka efek samping obat tersebut dilaporkan ke pusat MESO Nasional.






BAB IV
PEMBAHASAN

Administrasi Farmasi Rumah Sakit
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie meliputi:
Administrasi Perbekalan Farmasi
Pencatatan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan setiap hari dan dilakukan saat ada barang masuk dan keluar. Saat barang masuk dicatat dalam buku penerimaan obat dan alkes, sedangkan saat barang keluar dicatat di kartu stok. Dan apabila ada barang habis atau kosong dicatat dibuku defekta agar mempermudah pemesanan barang. Setelah itu barang diinput dalam sistem biling bertujuan agar mempermudah dalam pengawasan stok obat dan pelaporan obat masuk dan keluar setiap bulannya.
Pelaporan dibuat secara periodik (bulanan atau tahunan). Laporan yang dibuat oleh depo rawat inap, rawat jalan dan depo IGD terdiri dari laporan stok, laporan perencanaan kebutuhan, laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan perkursor, laporan pelayanan resep,laporan obat slow moving dan mendekati expired date dan laporan pelayanan obat generik/non generik, laporan kontrol suhu ruangan dan lemari pendingin obat, laporan kesesuaian penulisan resep dengan formularium, laporan hasil survey kepuasan pelanggan khusus di depo rawat jalan, laporan waktu tunggu pasien untuk depo rawat inap dan depo rawat jalan.
Laporan narkotika dan psikotropika adalah hasil laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari setiap depo yang direkapitulasi dan selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Balai Besar POM setiap bulan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Setelah dilakukan pelaporan kemudian dilakukan penyimpanan atau pengarsipan dokumen kegiatan operasional instalasi farmasi. Arsip disimpan paling lama 5 tahun dan setelah 5 tahun arsip dapat dimusnahkan.
Jenis pengarsipan yang ada di Depo Farmasi Rawat Inap, Rawat Jalan, Depo IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah administrasi resep. Resep yang telah diterima dari pasien di hari sebelumnya, diarsipkan kemudian disatukan pada file pasien per ruang inap pasien dan akan dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun (Menurut Permenkes No.35 Tahun 2014) Sedangkan resep pada pasien pulang dipisahkan dengan resep pasien lainnya kemudian disimpan sebagai arsip dan akan dikeluarkan sampai pada waktu pemusnahan. Kegiatan pengarsipan di depo farmasi selain pengarsipan resep obat yang masuk juga melakukan kartu stok yang penuh dan laporan-laporan yang dibuat setiap bulan. Pengarsipan kartu stok yang telah penuh oleh catatan pengeluaran dan pemasukan obat disimpan berdasarkan nama obat yang tercantum pada kartu stok tersebut. Pengarsipan laporan-laporan yang dibuat setiap bulan disimpan berdasarkan bulan dibuatnya laporan tersebut.
Administrasi Keuangan
Kegiatan administrasi keuangan di depo rawat jalan, rawat inap, IGD terdiri dari pembuatan laporan klaim/tagihan obat kronis/sitostatika pasien BPJS, klaim CAPD pasien BPJS, laporan penggunaan obat dan alkes pasien BPJS, laporan penggunaan obat dan alkes pasien jamkesda, klaim inhealth, klaim pasien perusahaan, klaim tagihan pasien KDRT, klaim tagihan pasien dinas keswan, sedangkan unntuk administrasi rawat inap dan jalan yaitu laporan penggunaan alat konservasi gigi, laporan pelayanan resep HIV (klinik VCT), laporan stok obat ARV, laporan pelayanan resep TB DOT anak, laporan pelayanan resep TB MDR dan laporan penggunaan alat implan khusus pada depo rawat inap.
Administrasi Penghapusan
Kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Gudang Devisi Farmasi
Gudang Farmasi digunakan untuk menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi terdiri atas pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan serta pengendalian.
Pemilihan
Kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan, pemilihan ini berdasarkan:
Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan.
Pola penyakit.
Mutu.
Harga.
Ketersediaan di pasaran.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit ialah:
Mengutamakan obat generik
Mutu terjamin
Memiliki rasio manfaat biaya yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung
Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan obat dalam formularium Rumah Sakit dengan pertimbangan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko dan biaya.
Perencanaan
Perencanaan gudang Instalasi Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie, merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi dan epidemologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan yang harus dipertimbangkan antara lain:
Anggaran yang tersedia
Penetapan prioritas
Sisa persediaan
Data pemakaian periode yang lalu
Waktu tunggu pemesanan
Rencana pengembangan.
Gudang Farmasi merekap semua perencanaan perbekalan farmasi dari depo rawat inap, depo rawat jalan, depo sakura dan depo IGD. Perencanaan perbekalan farmasi pada tiap depo menggunakan metode konsumsi. Dasar perencanaan perbekalan farmasi adalah acuan data rata-rata penggunaan obat selama 3 bulan sebelumnya.dan disesuaikan dengan sisa saldo.
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diadakan. Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain:
Bahan baku obat harus disertai certificate of analysis.
Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar.
Khusus alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin.
Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, verban dan spalk).
Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui:
Pembelian
Produksi sediaan farmasi
Hibah/hadiah
RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah rumah sakit pemerintah daerah Kalimantan Timur. Sebagai rumah sakit pemerintah daerah RSUD Abdul Wahab Sjahranie menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai maupun kebutuhan ATK. APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan keuangan daerah. Pasal 110 ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mengatur bahwa Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) wajib melakukan e-Purchasing terhadap barang/jasa yang sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan K/L/D/I. Oleh sebab itu sistem pengadaan RSUD Abdul Wahab Sjahranie menggunakan sistem e-Purchasing. E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik (e-Catalogue). E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan berdasarkan katalog elektronik bertujuan untuk menjamin transparasi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Proses pengadaan, khususnya pengadaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh pejabat pengadaan. Pejabat pengadaan adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan langsung, penunjukkan langsung dan e-Purchasing. Gubernur membentuk LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) untuk memfasilitasi pejabat pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik. Selain dibentuk oleh gubernur, LPSE juga dapat dibentuk oleh K/L/I. Sistem LPSE adalah sistem pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara elektronik dengan memanfaatkan dukungan teknologi informasi. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, mutu dan transparansi dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa.
Pejabat pengadaan selanjutnya akan melihat rencana penggunaan obat dari gudang farmasi. Gudang farmasi membuat rencana kebutuhan obat per bulan berdasarkan jumlah obat yang digunakan pada 3 bulan sebelumnya dan perkiraan kebutuhan obat dibulan selanjutnya. Rancangan kebutuhan obat RSUD Abdul Wahab Sjahranie dibuat setiap satu bulan sekali dimana perencanaan disusun berdasarkan obat-obat yang terdapat dalam Formularium Nasional, Formularium Rumah Sakit dan Formularium Inhealth. Gudang menyerahkan rencana kebutuhan obat ke penjabat pengadaan yang selanjutnya pejabat pengadaan akan memasukkan ke dalam aplikasi e-Purchasing, obat yang tidak terdapat e-Catalogue maka akan dilakukan pemesanan dengan pembelian langsung untuk pembelian dibawah 200 juta, sedangkan pembelian diatas 200 juta menggunakan sistem tender. Pejabat pengadaan selanjutnya melihat e-Catalogue obat dalam portal pengadaan nasional yang memuat nama Provinsi, nama penyedia, kemasan, nama obat, dosis, harga satuan terkecil, distributor dan kontrak payung penyediaan obat. Harga obat yang dimuat didalam e-Catalogue adalah harga netto obat dan PPN 10%, sedangkan untuk alat kesehatan dan bahan medis habis pakai memuat harga netto, PPN 10% dan biaya pengiriman. Selanjutnya berdasarkan peraturan Surat Edaran No. 3 tahun 2015 rencana kebutuhan obat dipisahkan antara obat yang masuk ke dalam e-Catalogue dan obat yang tidak termasuk ke dalam e-Catalogue. Namun untuk RSUD Abdul Wahab Sjahranie, rencana kebutuhan obat yang telah dibuat tidak dipisahkan antara obat yang masuk e-Catalogue dan obat yang tidak masuk e-Catalogue. Pejabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian obat kepada penyedia obat atau industri farmasi. Industri farmasi yang menerima permintaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor atau PBF untuk ditindak lanjuti. Apabila industri farmasi menolak untuk menyediakan permintaan obat, maka industri farmasi wajib menyampaikan alasan penolakan tersebut. Untuk pembelian yang tidak disetujui maka dapat dilakukan pengadaan dengan sistem lain. Penjabat pembuat komitmen selanjutnya melakukan perjanjian/kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/PBF yang ditunjuk oleh penyedia obat/industri farmasi. Distributor/PBF selanjutnya wajib menyediakan obat sesuai dengan permintaan. Pejabat pengadaan selanjutnya mengirim bukti pembelian obat dalam bentuk Surat Perintah Kerja. Surat Perintah Kerja digunakan untuk pengadaan barang/jasa sampai dengan Rp 200.000.000,00 serta melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi e-Purchasing. Selain secara online, pengadaan juga dapat dilakukan secara offline dengan pemesanan langsung kepada distributor yang telah ditunjuk.
Pejabat pengadaan melakukan pemesanan kepada distributor yang ditunjuk untuk mengadakan obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan. Pejabat pengadaan mengirimkan surat pesanan kepada distributor bersamaan dengan keluarnya surat perintah kerja. Dimana didalam surat perintah kerja terdapat nama obat yang akan dipesan termasuk jumlah dan dosis serta petugas yang memeriksa antara faktur surat pesanan dan surat perintah kerja. Dalam sistem e-Catalogue juga terdapat pilihan periode pengiriman barang yang disesuaikan dengan kondisi gudang farmasi.
Rumah sakit dapat tidak melakukan e-Purchasing jika:
Barang/jasa belum tercantum dalam e-Catalogue.
Spesifikasi teknis barang/jasa yang tercantum pada e-Catalogue tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan.
Penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan sedangkan kebutuhan terhadap barang/jasa tersebut mendesak atau tidak dapat ditunda lagi.
Penyedia barang dan jasa tersebut tidak mampu menyediakan barang baik sebagian maupun keseluruhan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa karena kelangkaan ketersediaan barang.
Penyedia barang/jasa tidak mampu melayani pemesanan barang/jasa karena keterbatasan jangkauan penyedia barang/jasa.
Penyedia barang/jasa tidak dapat menyediakan barang/jasa sesuai dengan jangka waktu yang telah diteapkan setelah pejabat pembuat komitmen/pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi menyetujui pesanan barang/jasa.
Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi administrasi berupa penghentian sementara dalam sistem transaksi e-Purchasing.
Obat-obat yang tidak termasuk ke dalam e-Catalogue, maka pejabat pengadaan dapat melakukan pembelian langsung dengan menunjuk langsung PBF/distributor obat sebagai penyedia. Pejabat pengadaan mengajukan surat pesanan kepada distributor serta mengeluarkan Surat Perintah Kerja. Sistem pembayaran yang dilakukan sesuai dengan persetujuan yang dilakukan oleh pihak distributor/PBF.
Pengadaan pada setiap depo dengan mengajukan permintaan perbekalan farmasi ke gudang IFRS dilakukan setiap bulan, tujuannya untuk menjaga tersedianya perbekalan farmasi di depo agar dapat berlangsungnya pelayanan farmasi yang optimal. Prosedur permintaan perbekalan farmasi adalah petugas depo memeriksa perbekalan farmasi yang hampir habis, dengan cara pemeriksaan secara langsung atau dengan melihat data stock opname. Petugas penanggung jawab stok perbekalan farmasi mencatat jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang akan diminta pada surat permintaan/pengeluaran obat-obatan dan alkes (SPPO) dan menyerahkan SPPO kepada gudang IFRS.
Permintaan perbekalan farmasi setiap depo seharusnya dilakukan secara berjadwal setiap bulan, tetapi hal ini tidak berjalan sebagaimana yang seharusnya, karena beberapa faktor diantaranya adanya peningkatan pemakaian perbekalan farmasi dan tidak semua perbekalan farmasi tersedia stoknya dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan semua depo. Perbekalan farmasi yang awalnya stoknya banyak dan tidak direncanakan untuk diminta ke gudang farmasi tetapi dipertengahan bulan pemakaiannya meningkat sehingga stok perbekalan farmasi tersebut kurang dan harus diminta ke gudang farmasi untuk memenuhi kebutuhan, hal inilah yang menyebabkan permintaan secara berjadwal sulit untuk dilakukan.
Penerimaan
Sistem penerimaan RSUD Abdul Wahab Sjahranie barang melalui proses pemeriksaan. Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki tim pemeriksaan barang. Semua sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis pakai yang telah datang langsung diserahkan digudang umum dan diperiksa oleh tim pemeriksa gudang umum terlebih dahulu. Tim pemeriksa harus memeriksa yang terpenting yaitu nama obat, jumlah obat, kemasan, ED. Setelah semua sesuai maka tim pemeriksa akan melalukan serah terima oleh distributor tersebut. Lalu semua barang diserahkan ke gudang farmasi untuk di cek kembali setelah sesuai akan dilakukan serah terima kepada gudang umum. Dan gudang farmasi mencatat kartu stok sesuai dengan jumlah barang yang diterima dan mulai disimpan sesuai dengan sifat atau karakteristik perbekalan farmasi. Untuk barang laboratorium langsung dikirim ke ruang laboratorium dikarenakan barang-barang laboratorium memiliki ED yang sangat singkat tujuannya agar barang tersebut dapat langsung digunakan dan serah terimanya melalui gudang instalasi farmasi rumah sakit. Begitu juga dengan barang radiologi, alat kesehatan dan gas medis sama perlakuannya dengan bahan laboratorium.
Sistem penerimaan yang dilakukan oleh setiap depo yaitu petugas gudang IFRS menyerahkan barang kepada petugas penanggung jawab stok perbekalan farmasi depo memeriksa kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima. Bila perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan permintaan maka petugas penanggung jawab stok perbekalan farmasi depo akan menyimpan dan menyusun perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan penyimpanan perbekalan farmasi dan mencatat pemasukan perbekalan farmasi tersebut pada kartu stok barang.Bila perbekalan farmasi yang diterima tidak sesuai dengan permintaan maka petugas depo farmasi melakukan retur (pengembalian) perbekalan farmasi ke gudang IFRS menggunakan form yang berlaku.
Barang tiba di gudang umum (Obat, Alkes, BMHP, Reagensia, Hemodialisa)Pemeriksaan barang oleh tim pemeriksa barang di gudang umum (jumlah dan fisik barang)Barang serta copy faktur SPB dibawa ke gudang farmasiPetugas gudang farmasi memeriksa kembali sebelum barang dibawaPenyimpanan dan penyusunan barangPencatatanDokumentasiBarang tiba di gudang umum (Obat, Alkes, BMHP, Reagensia, Hemodialisa)Pemeriksaan barang oleh tim pemeriksa barang di gudang umum (jumlah dan fisik barang)Barang serta copy faktur SPB dibawa ke gudang farmasiPetugas gudang farmasi memeriksa kembali sebelum barang dibawaPenyimpanan dan penyusunan barangPencatatanDokumentasi
Barang tiba di gudang umum (Obat, Alkes, BMHP, Reagensia, Hemodialisa)
Pemeriksaan barang oleh tim pemeriksa barang di gudang umum (jumlah dan fisik barang)

Barang serta copy faktur SPB dibawa ke gudang farmasi
Petugas gudang farmasi memeriksa kembali sebelum barang dibawa
Penyimpanan dan penyusunan barang
Pencatatan
Dokumentasi







Barang tiba di gudang umum (Obat, Alkes, BMHP, Reagensia, Hemodialisa)
Pemeriksaan barang oleh tim pemeriksa barang di gudang umum (jumlah dan fisik barang)

Barang serta copy faktur SPB dibawa ke gudang farmasi
Petugas gudang farmasi memeriksa kembali sebelum barang dibawa
Penyimpanan dan penyusunan barang
Pencatatan
Dokumentasi






















Gambar 4.1. Alur Penerimaan Obat, Alkes, dan BMHP di Gudang Farmasi
Penyimpanan
Gudang Instalasi Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie melakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan yang dilakukan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai. Persyaratan penyimpanan yang diperhatikan seperti stabilitas, keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan sediaan farmasi. Gudang instalasi farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahraniesudah memenuhi standar, dilihat dari susunan penyimpanan.
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Tujuan dari penyimpanan:
Memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan (selalu ada stok).
Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.
Memudahkan dalam pencarian dan pengawaasan persediaan barang kadaluarsa.
Tata cara menyusun perbekalan farmasi di gudang Instalasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie berdasarkan:
Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, sirup, drop, salep/krim, injeksi dan infus).
Sifat obat (High Alert, LASA, sitostatika, narkotika, psikotropika, prekursor bahan berbahaya dan obat termolabil).
Alat kesehatan.
Obat generik dan obat paten.
Gas medik.
Bahan laboratorium
Pengaturan secara alfabetis dilakukan berdasarkan nama generiknya, dengan menggunakan cara FEFO (First Expired First Out), yaitu dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek dan FIFO (First In First Out), yaitu dengan cara menempatkanobat-obatan yang baru masuk dibelakang obat yang terdahulu. Berdasarkan protap gudang Instalasi Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie untuk obat yang tidak memerlukan penanganan khusus diletakkan di rak/lemari diruang penyimpanan, kecuali obat dengan ketentuan khusus seperti obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dan disusun terpisah dilemari khusus dengan pintu ganda dan kunci double, terbuat dari besi untuk mencegah penyalahgunaan. Untuk obat termolabil disimpan dilemari pendingin obat yang dilengkapi termometer. Penempatan lemari pendingin sebaiknya diberi jarak dengan dinding belakang sebanyak 10-15 cm, kanan-kiri 15 cm, sirkulasi udara harus baik, tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Kotak obat dilemari pendingin diberi jarak sekitar 2 cm agar udara dingin menyebar merata. Cairan infus disimpan dan disusun diatas pallet yang kuat/tidak mudah rapuh dan penyusunan maksimal 8 (delapan susun).
Penatalaksanaan penyimpanan obat high alert, penyimpanan obat high alert yang sudah diberi label/stiker "High Alert" secara terpisah dari obat lain sesuai dengan Daftar Obat High Alert, disimpan obat sitostatika dan obat narkotikayang sudah diberi label secara terpisah dari obat high alert lainnya, dberikan selotif merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert. Pelabelan obat-obat high alert berwarna merah tujuan diberi label-label khusus agar bisa membedakan dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan. Pelabelan untuk obat LASA diberi warna kuning dan obat sitostatik diberi label warna ungu dan tempatnya termasuk dalam obat high alert.
Dalam penyimpanan obat suhu harus diperhatikan, suhu ruangan antara (25-30 °C), suhu sejuk (15-25 °C) dan suhu dingin (2-8 °C) untuk penyimpanan di suhu dingin khususnya refrigerator disediakan kartu kontrol untuk mencatat dan mengontrol suhu yang ada di refrigerator agar tetap terkontrol kestabilannya.
Standar penyimpanan obat yaitu:
Ruang kering tidak lembab.
Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab.
Cahaya cukup.
Lantai dari tegel atau semen.
Dinding dibuat licin.
Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
Ada gudang penyimpanan obat.
Ada pintu dilengkapi kunci ganda.
Ada lemari khusus untuk narkotika.
Gudang Instalasi Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie, memiliki kapasitas ruangan yang kurang memadai, dilihat dari jumlah barang yang overload jadi penyimpanan barang dan susunan barangnya kurang memadai, karena kurang luas ruang penyimpanan banyak barang yang disimpan dilantai dan tidak sesuai dengan tata cara penyimpanan. Untuk penyimpanan gas medis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie sudah sesuai dengan standar PMK No. 58 Tahun 2014, yaitu gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis dan memiliki gudang khusus. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanaan tabung gas medis diruangan harus menggunanakan tutup demi keselamatan.
Penyimpanan bahan berbahaya di gudang Instalasi Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie kurang memenuhi standar karena ruangannya tidak tahan api walaupun sudah diberi tanda khusus bahan berbahaya. Sedangkan berdasarkan PMK No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit penyimpanan bahan berbahaya harus disimpan dalam ruang tahan api dan memiliki ruangan tersendiri serta diberi tanda khusus bahan berbahaya.
Pendistribusian
Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Distribusi obat dan alat kesehatan merupakan suatu proses penyerahan obat dan alat kesehatan setelah sediaan disiapkan oleh IFRS sampai dengan diantarkan kepada perawat, dokter atau tenaga medis lainnya untuk diberikan kepada pasien. Proses distribusi dilakukan dengan mengisi bon pengambilan barang yang disediakan digudang farmasi.
Pendistribusian gudang farmasi yaitu:
Unit-unit pelayanan internal
Depo farmasi rawat jalan
Depo farmasi rawat inap
Depo farmasi sakura
Depo farmasi IGD dan OK IGD
Depo farmasi IBS dan Anestesi
Unit-unit pelayanan eksternal
Ruang perawatan
Poli klinik
Instalasi gawat darurat
Laboratorium (patologi anatomi dan patologi klinik)
Instalasi radiologi
Ruang cath. La
Instalasi medical check-up
Instalasi kedokteran forensik dan medikolegal
Unit haemodialisa
Ambulance
Pemusnahan dan penarikan
Penarikan perbekalan farmasi di depo dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang rusak, mendekati masa kadaluarsa (enam bulan sebelum masa kadaluarsa) atau telah kadaluarsa dan adanya pemberitahuan dari pihak distributor mengenai penarikan perbekalan farmasi tertentu. Perbekalan farmasi yang akan ditarik, dipisahkan dari perbekalan farmasi lainnya dan dikumpulkan diwadah tersendiri. Perbekalan farmasi tersebut kemudian dibuat daftarnya dan dikembalikan ke gudang farmasi. Untuk perbekalan farmasi yang ditarik karena rusak, mendekati masa kadaluarsa atau telah kadaluarsa akan digantikan dengan perbekalan farmasi yang baru dan masih memiliki tanggal dan tahun kadaluarsa yang masih panjang. Untuk obat-obat yang rusak dan telah melewati tanggal kadaluarsa (expired) di depo dikumpulkan dan dipisahkan dengan meletakkan ditempat tersendiri, jauh dari jangkauan obat yang lain. Obat kadaluarsa yang telah dikumpulkan tersebut dibuat daftar dan kemudian dikembalikan oleh pihak depo kembali ke gudang farmasi untuk digantikan dengan obat yang masih memiliki tanggal dan tahun kadaluarsa yang masih lama.
Obat-obat yang rusak atau kadaluarsa dari semua depo dikumpulkan digudang dan dibuat daftar untuk diajukan pemusnahan lalu dibuatkan berita acara pemusnahan. Pembuatan berita acara dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan ditandatangi oleh saksi yang berasal dari gudang farmasi dan depo farmasi lainnya, serta diketahui oleh direktur rumah sakit. Untuk pemusnahan obat narkotik harus disaksikan oleh BBPOM Samarinda. Pemusnahan obat dilakukan di dalam inseminator (tanur) lalu didokumentasikan untuk keperluan berita acara.
Pengawasan dan pengendalian mutu juga dapat dilakukan saat barang datang di gudang umum, seperti mengecek fisik barang (rusak atau tidaknya barang dan kemasan barang ataupun sediaan berubah warna) dan melihat expired date. Obat yang telah expired date disimpan ditempat lain dan tertutup agar tidak tercampur dengan obat yang masih lama expired date-nya. Gudang melakukan stock opname setiap akhir bulan guna untuk menjaga kualitas obat dan manajemen obat tersebut. Untuk setiap ruangan pengawasan dan pengendalian mutu obat dilakukan oleh apoteker setiap bulan agar tidak terjadi penumpukan obat dan dapat mengontrol ED setiap sediaan farmasi.
Pengendalian
Pengendalian dan pengawasan dilakukan terhadap jenis, kualitas perbekalan farmasi yang rusak (berubah warna, rasa dan bentuk) dan jumlah persediaan, serta penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai. Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai adalah agar penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit, penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi serta memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan. Pengawasan dan pengendalian mutu perbekalan farmasi tersebut dilakukan dengan cara melakukan stock opname setiap bulan. Pada saat stock opname dilakukan perhitungan jumlah persediaan perbekalan farmasi dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi slow moving, death stock dan perbekalan farmasi yang telah mendekati masa kadaluarsanya (enam bulan sebelum waktu kadaluarsa yang tercantum di kemasan). Data hasil stock opname dan evaluasi tersebut kemudian dilaporkan kepada koordinator depo untuk dibicarakan dalam rapat koordinasi bersama koordinator depo farmasi lain, pengelola gudang farmasi dan kepala instalasi farmasi. Jika terjadi kekosongan persediaan barang di ruangan atau depo maka akan dilakukan permintaan barang ke gudang melalui telepon atau langsung dengan mengisi form permintaan obat dan bahan habis pakai.
Pengawasan dan pengendalian mutu perbekalan farmasi di depo juga dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang rusak (berubah warna, rasa dan bentuk) dan hilang. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan perbekalan farmasi maka petugas depo akan melaporkan hal ini ke koordinator depo disertai dengan bukti fisik yaitu perbekalan farmasi yang mengalami kerusakan tersebut. Koordinator depo akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan membuat berita acara kerusakan perbekalan farmasi dan berkoordinasi dengan bagian gudang farmasi. Koordinator depo akan meneruskan laporan ini ke kepala Instalasi Farmasi bila diperlukan.

Depo Farmasi Rawat Jalan
Sumber daya manusia di depo rawat jalan terdiri dari apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan tenaga administrasi. Jadwal Shift di depo rawat jalan dibagi menjadi dua Shift, pukul 07.30-16.00 WITA dan pukul 09.30-18.00 WITA. Apoteker di apotek rawat jalan yakni 6 orang, 1 apoteker sebagai koordinator depo rawat jalan, 3 orang apoteker bertugas menyerahkan obat, 2 orang apoteker bertugas verifikasi resep. Tenaga teknis kefarmasian di depo rawat jalan berjumlah 10 orang dan memiliki tugas masing-masing. Beberapa diantaranya yakni menerima resep dn melakukan verifikasi administrasi dan farmasetik, meracik obat, menyiapkan obat dan alkes, menulis etiket, mengemas obat dan alkes yang akan diserahkan, mengecek obat dan alkes yang akan diserahkan dan lain-lain.
Pelayanan kefarmasian di depo rawat jalan meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan alkes dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sedian farmasi dan alkes dan pelayanan farmasi klinik di depo rawat jalan sudah sesuai dengan Permenkes No. 58 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Pengelolaan sediaan farmasi serta alkes di depo rawat jalan dimulai dari tahap perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan administrasi. Pelayanan farmasi klinik di depo rawat jalan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling dan laporan efek samping obat.


Perencanaan
Perencanaan bertujuan memenuhi kebutuhan selama pelayanan agar tidak terjadi kekosongan obat. Di depo rawat jalan perencanaan sediaan farmasi dan alkes berjalan dengan baik. Karena memperhatikan sisa persediaan yang ada dan berapa yang akan dipesan selanjutnya sehingga mencukupi untuk pelayanan.
Pengamprahan
Pengadaan di depo rawat jalan dilakukan dengan mengamprah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) menggunakan SPO (Surat Pemesanan Obat) ke gudang farmasi. Pengamprahan dilakukan untuk menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat di depo rawat jalan. Ketersediaan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP di depo rawat jalan masih terdapat kekurangan yakni masih terjadi kekosongan obat hal ini disebabkan karena beberapa faktor yakni meningkatnya permintaan obat lebih dari periode sebelumnya, ketersediaan sediaan farmasi dan alkes yang kosong di gudang atau kosong dari distributor. Sehingga untuk obat yang kosong ini, apoteker harus berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk substitusi ke obat yang tersedia.
Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan alkes di depo farmasi rawat jalan telah sesuai dengan Peraturan Permenkes No. 58 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sediaan farmasi dan alkes yang datang diperiksa jenis, jumlah, kondisi fisik dan masa kedaluwarsanya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan saat penerimaan. Dokumentasi penerimaan sediaan farmasi dan alkespun tersimpan dengan baik.
Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai dengan pesyaratan kefarmasian. Persyaratan kefamasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penyimpanan sediaan farmasi dan alkes di depo rawat jalan telah memenuhi syarat hal ini terbukti dengan adanya pencatatan dan pengontrolan suhu di depo rawat jalan, baik suhu ruangan, dan suhu dingin. Setiap harinya tenaga teknis kefarmasian akan mengecek suhu di ruangan dan lemari pendingin apakah masih dalam rentang suhu normal atau tidak. Jika suhu berada diluar suhu aman maka harus dilakukan tindakan sesuai SPO (Standar Prosedur Oprasional). Monitoring suhu ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sediaan farmasi dan alkes agar tidak rusak.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan disimpan secara terpisah, untuk sediaan farmasi disimpan berdasarkan golongan obat generik dan non generik, alphabet, bentuk sediaan obat, obat-obat high alert diletakkan di lemari terpisah dan diberi label high alert seperti obat-obat narkotika dan psikotropika, serta obat-obat LASA diletakkan berjauhan minimal dua jarak obat dan diberi label LASA. Selain itu, obat dan alkes juga disusun menurut FIFO/FEFO dan sesuai alfabet.
Distribusi
Sediaan farmasi dan alkes di depo rawat jalan didistribusikan ke pasien rawat jalan dari poliklinik yang ada di RSUD Abdul Wahab Syahranie. Sistem distribusi sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai di depo rawat jalan berdasarkan sistem peresepan perorangan.
Alur pelayanan resep di depo farmasi rawat jalan RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakykan dengan sebagai berikut:










Pesien/keluarga pasien menyerahkan resep ke TTKPasien/keluarga pasien mengambil nomor antrianPengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan FarmasetikaJika lengkap, diberi nomor resepPengkajian klinis oleh apotekerJika tidak ada masalah dilakukan penyiapan obat, pelabelan dan pengecekan oleh TTKApoteker memeriksa kembali obat yang akan diberikanApoteker akan memanggil nomor resep dan nama pasien, verifikasi 7 benar menyerahkan obat serta member informasi obatJika tidak lengkap, resep akan dikembalikan untuk dilengkapi oleh dokterJika ada masalah, maka apoteker akan mengkon-firmasikan ke dokterPengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan FarmasetikaUntuk resep BPJS, obat kronis dientriPesien/keluarga pasien menyerahkan resep ke TTKPasien/keluarga pasien mengambil nomor antrianPengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan FarmasetikaJika lengkap, diberi nomor resepPengkajian klinis oleh apotekerJika tidak ada masalah dilakukan penyiapan obat, pelabelan dan pengecekan oleh TTKApoteker memeriksa kembali obat yang akan diberikanApoteker akan memanggil nomor resep dan nama pasien, verifikasi 7 benar menyerahkan obat serta member informasi obatJika tidak lengkap, resep akan dikembalikan untuk dilengkapi oleh dokterJika ada masalah, maka apoteker akan mengkon-firmasikan ke dokterPengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan FarmasetikaUntuk resep BPJS, obat kronis dientri
Pesien/keluarga pasien menyerahkan resep ke TTK
Pasien/keluarga pasien mengambil nomor antrian
Pengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan Farmasetika
Jika lengkap, diberi nomor resep
Pengkajian klinis oleh apoteker
Jika tidak ada masalah dilakukan penyiapan obat, pelabelan dan pengecekan oleh TTK
Apoteker memeriksa kembali obat yang akan diberikan
Apoteker akan memanggil nomor resep dan nama pasien, verifikasi 7 benar menyerahkan obat serta member informasi obat
Jika tidak lengkap, resep akan dikembalikan untuk dilengkapi oleh dokter
Jika ada masalah, maka apoteker akan mengkon-firmasikan ke dokter
Pengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan Farmasetika
Untuk resep BPJS, obat kronis dientri
Pesien/keluarga pasien menyerahkan resep ke TTK
Pasien/keluarga pasien mengambil nomor antrian
Pengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan Farmasetika
Jika lengkap, diberi nomor resep
Pengkajian klinis oleh apoteker
Jika tidak ada masalah dilakukan penyiapan obat, pelabelan dan pengecekan oleh TTK
Apoteker memeriksa kembali obat yang akan diberikan
Apoteker akan memanggil nomor resep dan nama pasien, verifikasi 7 benar menyerahkan obat serta member informasi obat
Jika tidak lengkap, resep akan dikembalikan untuk dilengkapi oleh dokter
Jika ada masalah, maka apoteker akan mengkon-firmasikan ke dokter
Pengkajian resep oleh TTK berupa Administratif dan Farmasetika
Untuk resep BPJS, obat kronis dientri


























Gambar 4.2. Skema alur pelayanan resep rawat jalanGambar 4.2. Skema alur pelayanan resep rawat jalan
Gambar 4.2. Skema alur pelayanan resep rawat jalan
Gambar 4.2. Skema alur pelayanan resep rawat jalan



Pengkajian resep berupa pengkajian administrasi oleh TTK berupa nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien, nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter dan tanggal resep, pengkajian farmasetika terdiri dari nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan obat, dosis dan jumlah obat serta aturan dan cara penggunaan. Pengkajian klinis yang dilakukan oleh Apoteker berupa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), kontraindikasi dan interaksi Obat.
Nomor resep dibedakan menjadi 3 jenis yaitu pasien umum dan cito, pasien BPJS atau Jamkesda, dan resep racikan.
Penyerahan dilakukan oleh apoteker yang bertugas. Apoteker di bagian penyerahan melakukan pengecekan, apoteker akan memeriksa kembali apakah obat tersebut sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter dengan menggunakan prinsip 7 benar, yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara/rute pemberian, benar dokumentasi, dan benar informasi. Jika telah sesuai maka obat akan diserahkan oleh apoteker kepada pasien atau keluarga pasien dengan memberikan informasi obat.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di depo Farmasi Rawat Jalan adalah dengan melakukan stok opname pada akhir bulan dengan memeriksa kartu stok dan disesuaikan dengan jumlah fisik sediaan. Mencatat obat yang mendekati expire date jangka waktu 6 bulan, obat statis jangka waktu 6 bulan, dan obat slow moving jangka waktu 3 bulan.
Obat static, obat slow moving, dan obat yang mendekati expire date, akan dievaluasi oleh koordinator apakah obat akan dimutasi ke depo farmasi lain atau melakukan informasi ke dokter untuk meresepkan sesuai indikasi.


Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik di depo rawat jalan telah memenuhi permenkes No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik di depo rawat jalan sangat mengutamakan patient safety. Tujuannya agar semua pasien di depo rawat jalan mendapat obat yang aman dan sesuai untuk penyakitnya.
Pengkajiaan dan pelayanan resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajiaan resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian administrasi, farmasetik, dan klinis.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO kegiatan yang dilakukan apoteker kepada dokter, apoteker, perawat profisi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit terkait penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif. Dengan tujuan menyediakan informasi mengenai obat dan menunjang penggunaan obat. Apoteker melakukan tanya jawab, menyediakan informasi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit, dan penyuluhan bagi pasien rawat jalan. .Salah satu contoh pemberian informasi yang diberikan apoteker untuk obat – obat yang penggunaanya khusus yang diberikan apoteker ialah obat antidiabetes,lepaskan penutup pen insulin serta kertas pembungkus pada jarum pen, setelah pen telah siap digunakan hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk mengatur ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosisi insulin. Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen, tahan pen dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati keluarnya insulin. Lalu pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikkan (bagian abdomen, lengan ,paha bagian atas), cara penyuntikkan dilakukan dengan mengenggam pen 4 jari, lalu letakkan ibu jari pada tombol dosis, jika pasien obesitas atau kelebihan berat badan cubit bagian kulit yang akan disuntik lalu segera suntikkan jarum pada sudut 90º, gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep dosis akan kembali pada nol).
Konseling
Depo rawat jalan memiliki ruang konseling obat. Ruang konseling terpisah dengan ruangan yang lain dan dibuat nyaman untuk pasien. Pemberian konseling bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Konseling dilakukan oleh apoteker kepada pasien yang memenuhi kriteria untuk menerima konseling. Konseling yang dilakukan di depo rawat jalan adalah pasien yang mendapat obat denagn penggunaan khusus seperti inhaler dan insulin, maka pasien akan dijelaskan bagaimana cara menggunakan dan menyimpan alat tesebut.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan di depo rawat jalan dilakukan oleh apoteker dibantu oleh TTK.. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Depo Farmasi Rawat Jalan terkait kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pencatatan dilakukan setiap hari, pencatatan yang dilakukan yaitu
Pencatatan masuk dan keluar obat, alat kesehatan dan BMHP pada kartu stok
Pencatatan pemakaian narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu pada kartu stok
Pencatatan monitoring suhu dan kelembaban ruang dan lemari pendingin
Pencatatan penerimaan obat, alat kesehatan, dn BMHP dari gudang, pencatatan permintaan ke gudang farmasi dalam surat permintaan obat, alat kesehatan, dan BMHP pada form surat permintaan/pengeluaran barang.
Pencatatan mutasi barang antar depo farmasi pada Form Mutasi Barang.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu. Pelaporan di Depo Farmasi Rawat Jalan dibuat per bulan.pelaporan yang dilakukan yaitu:
Laporan Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Laporan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
Laporan stok sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP (laporan stok obat rutin dan laporan stok obat program)
Laporan pemakaian narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu
Laporan perbekalan farmasi static dan slow moving
Laporan obat mendekati kedaluwarsa
Laporan pelayanan resep
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien BPJS
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien Jamkesda
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien umum
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien perusahaan
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien KDRT
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien TB MDR
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien TB DOT Anak
Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien HIV/AIDS
Laporan obat yang tidak terlayani
Klaim obat kronis BPJS
Klaim obat Inhealth.
Klaim obat CAPD BPJS
Laporan Evaluasi
Laporan Waktu Tunggu
Laporan Indeks Kepuasan Pasien (IKP)
Laporan Obat Tak Terlayani
Laporan Pelayanan Farmasi Klinik
Laporan PIO
Laporan Konseling
Laporan evaluasi masalah terkait obat
Seluruh laporan diserahkan pada Kepala Farmasi dan Terapi (KFT) rumah sakit. semua dokumentasi pencatatan dan laporan tersimpan dengan baik sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Depo Farmasi Rawat Inap
Depo Farmasi Rawat Inap adalah depo farmasi yang melayani resep pasien rawat inap dan resep home medicine (resep obat untuk pasien pulang). Resep inap Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dibagi menjadi resep untuk pasien umum (pasien yang membayar pelayanan medis dan obatrumah sakit dari biaya sendiri), pasien kontraktor (pasien yang pelayanan medis dan obatnya dibayarkan melalui perusahaan atau asuransi) dan resep untuk pasien BPJS. Pada Depo Farmasi Rawat Inap dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian obat dan bagian alkes.
Pengadaan di depo farmasi rawat inap, dimana resep dari tiap bangsal di bawa oleh perawat pada pagi hari ke depo rawat inapkemudian setelah obat atau alkes telah siap maka akan diantaroleh petugas di depo rawat inap sesuai kebutuhan obat dengan order yang diminta. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap adalah sistem distribusi resep perorangan sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk pasien rawat inap, resep obat Cito diantar oleh perawat dan diambil oleh perawat. Untuk resep amprahan dari perawat maka akan disiapkan selanjutnya pada siang hari atau sore hari akan diantar oleh petugas depo rawat inap kesetiap bangsal. Untuk pasien pulang (home medicine), obat diambil oleh keluarga pasien untuk selanjutnya diberikan PIO oleh apoteker. Sementara untuk alkes, semua kebutuhan pasien rawat inap (termasuk paviliun) dipesan dan diambil oleh perawat yang bertugas pada bangsalnya masing-masing.
Kegiatan pendistribusian di depo farmasi rawat inap merupakan penyerahan obat dan alat kesehatan ke pasien ruang inap. Distribusi obat dilakukan untuk kebutuhan satu hari/One Daily Dose Dispensing (ODD). Kelebihan dari sistem ini yaitu, dapat mengurangi resiko biaya obat karena dapat mengontrol sudah berapa jumlah obat yang digunakan dan jika pasien boleh pulang dapat langsung diganti dengan IP (Individual Prescription). Kelemahannya jika pasien pulang, maka akan ada obat berlebih pada Depo. Pada obat pulang diberikan untuk kebutuhan tiga hari. Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie merupakan instalasi farmasi rawat inap yang melayani kegiatan kefarmasian yang berasal dari beberapa ruang inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie, diantaranya yaitu ruang Angsoka, ruang Anggrek, ruang Aster, ruang Bayi, ruang Bougenville, ruang Cempaka, ruang Dahlia, ruang Edelweis, ruang Flamboyan, ruang ICU/ICCU/PICU/NICU, ruang Mawar dan Nifas, ruang Melati, ruang Seruni, ruang Tulip, Stroke Centre, Kemoterapi.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penyimpanan obat di depo farmasi rawat inap yaitu:
Suhu dan lokasi
Penyimpanan pada rak-rak di ruangan dengan suhu kamar (25 °C) untuk tablet, kapsul, injeksi, sirup dan cairan.
Penyimpanan pada suhu dingin disimpan dalam medicooler (2-8 °C) untuk obat yang tidak stabil dalam suhu panas (injeksi, suppositoria).
Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan standar.
Obat-obat kategori high alert (yang beresiko tinggi sehingga membutuhkan pemantauan) dan standarisasi diletakkan pada rak terpisah
Obat untuk tujuan topikal (luar) dipisahkan dari obat dalam.
Sistem penyimpanan
Berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis
Berdasarkan volume
Dengan sistem FIFO (first in first out)
Alur pelayanan kefarmasian yang ada di depo farmasi rawat inap rumah sakit RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Pasien memberikan resep yang diterima dari dokter kepada bagian penyerahan resep Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memeriksa kelengkapan resep, apakah telah sesuai atau belum. Jika belum sesuai maka resep dikembalikan pada Pasien untuk dilengkapi. Selain Petugas Depo Farmasi Rawat Inap, verifikasi administratif dapat juga dilakukan oleh petugas penerimaan resep.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memberikan nomor pada resep dan meng-entry resep tersebut pada billing system.
Apoteker dalam pelayanan di Depo rawat inap melakukan verifikasi ulang sebelum petugas yang lain mengerjakan resep tersebut, apakah dosis yang diberikan oleh dokter sudah sesuai atau belum, apakah ada interaksi obat atau tidak, jika terdapat ketidaksesuaian pada resep tersebut, maka apoteker akan melakukan konfirmasi kepada dokter yang telah menulis resep tersebut.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengerjakan resep tersebut kemudian memberikan etiket yang sesuai dan mengemasnya.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie memeriksa obat yang telah disiapkan, apakah sudah sesuai dengan resep atau belum. Setelah itu dilakukan verifikasi, baik secara administrasi maupun farmasetik.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie menyerahkan obat yang telah disiapkan sebelumnya dengan memanggil nama pasien dan ruang inap pasien.
Pasien menerima obat sesuai dengan resep yang diberikan dan menyerahkannya kepada perawat di ruang inap pasien.
Petugas Depo Farmasi Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie meng-filekan resep dan menghitung jumlah lembar resep termasuk jumlah obat generik dan obat non generik dalam resep.
Pelayanan obat di depo farmasi rawat inap yaitu resep dari dokter diterima kemudian dimasukkan ke dalam sistem komputer untuk dibuat slip pembayaran 2 rangkap, rangkap asli disimpan sebagai arsip bersama resep dan rangkap copy disimpan oleh perawat. Setelah obat disiapkan dan dilengkapi etiket, kemudian diletakkan di dalam keranjang yang sudah ditandai dan kemudian akan diantar oleh petugas depo rawat inap ke setiap ruangan. Apoteker melayani pasien pulang (home medicine) dengan menyerahkan obat-obatan sesuai resep dokter di loket penyerahan obat. Apoteker menanyakan kondisi pasien saat ini, apakah terjadi efek samping obat dan apakah terapi yang selama ini diberikan mencapai tujuan terapi atau belum, kemudian memberikan PIO tentang indikasi, cara pemakaian obat-obatan (frekuensi pemakaian berikut jam atau waktu pemakaian serta sebelum/saat/sesudah makannya) dan efek samping yang dapat terjadi berikut penanganannya, pemberian KIE mengenai hal-hal yang perlu dihindari selama pengobatan, merubah pola hidup menjadi lebih baik seperti melakukan diet dan exercise, kemudian terakhir apoteker meminta umpan balik (feed back) pasien terkait indikasi dan cara pemakaian obat.
Pencatatan dan pelaporan merupakan proses kegiatan mencatat semua kegiatan setiap hari yang kemudian dirangkum pada akhir bulan menjadi sebuah laporan. Kegiatan pencatatan di depo farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie dilakukan setiap hari di kartu stok perbekalan farmasi, buku pelayanan resep dan billing komputer. Pencatatan juga dilakukan pada saat kegiatan stock opname. Dari pencatatan inilah kemudian akan dibuat laporan rutin setiap bulan. Laporan tersebut meliputi laporan stok perbekalan farmasi, laporan rekap lembar resep, laporan pelayanan obat generik dan non generik, laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan prekursor, laporan obat tidak terlayani, laporan pelayanan resep dan laporan rekap lembar resep. Laporan pelayanan obat generik dan non generik, Laporan Narkotika dan Psikotropika dan Prekursor dilaporkan ke bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda selanjutnya dari Instalasi farmasi Rumah Sakit akan melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur denganh Tembusan kepada Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan Timur.

Depo Farmasi Rawat Darurat
Pengelolaan sediaan farmasi Depo Farmasi IGD tidak melakukan pengadaan melainkan permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian & administrasi.
Permintaan
Pengelolaan dimulai dari permintaan, dimana depo farmasi IGD melakukan permintaan melalui surat permintaan atau SPPO (Surat Permintaan/Pengeluaran Obat-Obatan) yang ditujukan ke gudang Farmasi. Surat permintaan atau SPPO harus tercantum beberapa persyaratan kelengkapan administrasi yaitu nomor, nama unit pelayanan, jenis perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi yang diminta, tanggal/bulan/tahun dan perlu diketahui nama petugas dan tanda tangan yang meminta atau mengambil perbekalan farmasi serta persetujuan dari koordinator / kepala instalasi / kepalaruangan.
Penerimaan
Dalam melakukan penerimaan dilakukan pengecekkan kesesuaian jumlah pada SPPO antara jumlah barang yang diminta dengan barang yang diterima. Selain itu, dilakukan pengecekkan barang secara fisik dan tanggal kadaluarsa barang.Barang yang telah diterima kemudian disimpan.
Penyimpanan
Proses penyimpanan barang sesuai dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek dan FIFO (First In First Out), yaitu menempatkan obat-obatan yang pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem ini digunakan agar perputaran barang di depo dapat terpantau dengan baik sehingga meminimalkan jumlah obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya. Penyimpanan Sediaan Farmasi depo IGD disesuaikan berdasarkan golongan obat, dimana obat Narkotika & Psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan dikunci. Untuk obat bebas, bebas terbatas dan obat keras di simpan dirak tersendiri disusun berdasarkan abjad. Penyimpanan Sediaan Farmasi, yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan atau diberi jarak dengan 3 obat yang berbedadan harus diberi penandaan khusus (etiket LASA) untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Selain itu berdasarkan bentuk sediaan. Berdasarkan sifat fisika kimia, termasuk obat high alert dimana obat-obat tersebut yang bersifat termolabil disimpan pada suhu 2-8o C. Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai disimpan pada masing-masing rak tersendiri.
Distribusi
Pendistribusian perbekalan farmasi di depo farmasi IGD menggunakan sistem Floor stock, dimana pendistribusian perbekalan farmasi disiapkan dan dikelola untuk persediaan di ruang rawat dan penyimpanannya harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.Sistem ini digunkan untukkebutuhan gawat darurat dan BHP (Bahan Habis Pakai). Selainitu, proses distribusi juga dilakukan melalui sistem individual prescription. Sistem individual prescription adalahresep ditulis oleh dokter untuk tiap pasien dan obat yang diberikan sesuai dengan resep. Resep yang dilayani berasal dari ruang IGD, HCU (High Care Unit), Mawar dan Resus Bayi. Resep pasien yang dilayani di depo farmasi IGD meliputi resep pasien umum dan resep pasien yang berobat dengan Jaminan Kesehatan. Untuk resep umum biasanya pelayanan resep pemberian obatnya dilakukan secara penuh sedangkan pelayanan resep yang menggunakan jaminan kesehatan seperti BPJS pemberian obatnya hanya untuk 1 hari saja, namun khusus untuk resep antibiotic diberikan untuk 3-5 hari atau 5-7 hari agar tidak terjadi resistensi. Resep yang dilayani hanya resep yang ditulis oleh dokter yang namanya tercantum dalam daftar dokter yang berhak menulis resep di rumah sakit.
Pengendalian & administrasi
Pengelolaan yang terakhir adalah pengendalian & administrasi. Pengendalian di depo farmasi IGD yaitu dengan melakukan stok opname secara periodik dan berkala yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Selain itu, juga dilakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving) dan persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock). Untuk perbekalan farmasi yang mendekati masa kadaluarsa 3-6 bulan maka akan dilakukan rapat koordinasi yang hasi lrapatnya dilaporkan kekoordinator depo, kemudian coordinator depo akan menerima dan memeriksa laporan hasil pengawasan dan pengendalian mutu perbekalan farmasi serta akan menidaklanjuti laporan dengan membuat berita acara/ PTPP (permintaan tindakan pencegahan dan perbaikan serta jika perlu diteruskan ke kepala instalasi farmasi. Selain itu, pengendalian di depo farmasi IGD juga dilakukan dengan pencatatan kartu stok untuk mengendalikan perbekalan yang ada dan pengendalian berupa pencatatan suhu untuk obat-obatan suhu ruangan (15-30oC) dan obat-obatan dengan suhu lemari pendinginan (2-8oC), monitoring suhu ruang dilakukan setiap hari. Administrasi depo farmasi IGD meliputi proses pencatatatan & pelaporan, dimana depo farmasi IGD melaporkan pelayanan resep umum (rawat jalan dan rawat inap), laporan stock opname, laporan pemakaian narkotika, psikotropika dan prekursor, laporan obat dan alkes statis dan slow moving, laporan obat dan alkes mendekati kadaluarsa, laporan resep tidak terlayani, laporan jumlah resep obat generic dan non generik, laporan penggunaan obat ARV, klaim obat, laporan KDRT, laporan klaim pasien jamkesda, dan laporan PIO (Pemberian Informasi Obat).
Alur pelayanan resep di depo farmasi IGD terbagi dua yaitu pelayanan resep umum dan pelayanan resep jaminan.
Alur Pelayanan resep umum
Pelayanan resep umum dimulai dari pasien yang dating membawa resep, kemudian dilakukan skrining resep menggunakan persyaratan farmasetik dan administratif, meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep, unit asal resep, diagnosa, nama obat, bentuk sediaan, dosis obat, jumlah obat dan aturan penggunaan. Tahap yang dilakukan setelah pengkajian resep adalah pemeriksaan ketersediaan obat, jika semua obat tersedia maka selanjutnya membuat rincian biaya obat yang tersedia dan meminta pasien/keluarga pasien untuk membayar kekasir. Setelah pasien/keluarga pasien melakukan pembayaran kemudian menerima bukti pembayaran, bukti pembayaran warna kuning diteruskan ke petugas depo farmasi, setelah itu, dilakukan penyiapan obat, baik pengambilan obat, maupun pembuatan obat racikan dan penulisan etiket. Setelah penyiapan obat, apoteker kembali akan memeriksa apakah obat yang diambil dan disediakan telahsesuai dengan pasien dan resep yang ada, setelah dinyatakan sesuai tahap selanjut nya adalah penyerahan obat, dimana apoteker akan menyerahkan obat kepada pasien atau keluarga pasien. Tahap terakhir adalah verifikasi dan informasi, dimana apoteker akan memberikan informasi obat kepada pasien atau keluarga pasien. Informasi yang diberikan apoteker adalah meliputi nama obat, indikasi, dosis dan cara pakai, serta penyimpanan obat. Pada akhir penyerahan pasien/keluarga pasien diminta tanda tangan dan nama penerima obat pada lembar resep kemudian dilakukan dokumentasi.
Alur pelayanan resep jaminan
Pelayanan resep jaminan dimulai dari pasien yang dating membawa resep, kemudian dilakukan skrining resep menggunakan persyaratan farmasetik dan administratif, yang termasuk didalamnya adalah, nama pasien, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep, unit asal resep, diagnosa, nama obat, bentuk sediaan, dosis obat, jumlah obat dan aturan penggunaan. Tahap yang dilakukan setelah pengkajian resep adalah pemeriksaan ketersediaan obat, jika semua obat tersedia maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan masa berlaku kartu kepesertaan, kesesuaian nama dikartu dengan di resep. Setelah itu, dilakukan penyiapan obat, baik pengambilan obat, maupun pembuatan obat racikan dan penulisan etiket. Setelah penyiapan obat, apoteker kembali akan memeriksa apakah obat yang diambil dan disediakan telahsesuai dengan pasien dan resep yang ada, setelah dinyatakan sesuai tahap selanjutnya adalah penyerahan obat, dimana apoteker akan menyerahkan obat kepada pasien atau keluarga pasien. Tahap terakhir adalah verifikasi dan informasi, dimana apoteker akan memberikan informasi obat kepada pasien atau keluarga pasien. Informasi yang diberikan apoteker adalah meliputi nama obat, indikasi, dosis dan cara pakai, serta penyimpanan obat. Pada akhir penyerahan pasien/keluarga pasien diminta tanda tangan dan nama penerima obat pada lembar resep kemudian dilakukan dokumentasi pengkajian resep.
Depo Farmasi Kamar Operasi IGD
Kamar Operasi IGD merupakan ruang operasi cito yang ditujukan untuk pasien yang operasinya bersifat darurat. Kamar operasi IGD di dalamnya terdapat depo farmasi kamar operasi IGD. Depo Farmasi OK (Operatie Kamer) IGD memiliki pengelolaan perbekalan yang sama halnya dengan Depo Farmasi IGD. Hanya saja yang membedakan perbekalan farmasinya hanya untuk keperluan operasi. Sediaan farmasinya hanya ada dua yaitu Anastesi & Bedah. Sediaan anastesi seperti Stesolid, Fentanyl, Pethidindan lain sebagainya. Perbekalan farmasi bedah seperti bisturi, benang operasi dan lain sebagainya. Proses permintaan melalui surat permintaan yang ditujukan ke gudang Farmasi, setelah itu dilakukan penerimaan yang dilakukan dengan pengecekkan kesesuaian jumlah pada surat permintaan antara jumlah barang yang diminta dengan barang yang diterima. Penyimpanan OK IGD berdasarkan golongan obat seperti narkotika yang dismpan dalam lemari tersendiri dan terkunci. Berdasarkan sifat fisika dan kimia obat, dimana obat yang bersifat termolabil disimpan pada suhu 2-8o C dan sediaan farmasi yang termasuk bahan medis habis pakai (BMHP) seperti alkohol 70%, H2O2 35, Povidoneiodin, Formalin disimpan dalam lemari tersendiri. Perbekalan farmasi seperti alat-alat bedah disimpan pada lemari tersendiri. Di dalam OK IGD terdapat lemari cito yang berisi alat kesehatan, infuse dan anastesi yang diletakkan pada lemari tersendiri untuk memudahkan pengambilan. Distribusi OK IGD menggunakan sistemfloor stock, dimana pendistribusian perbekalan farmasi disiapkan dan dikelola oleh petugas farmasi yang dinaungi oleh Apoteker IGD untuk persediaan di ruang rawat dan penyimpanannya harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. Proses penyiapan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara perbekalan diletakkan didalam lemari cito yang dekat dengan kamar operasi, dimana jika perbekalan tersebut kurang atau telah diambil untuk keperluan operasi, maka selanjutnya dilakukan pengisisan kembali sesuai dengan stok yang telah ditentukan di dalam lemari cito tersebut. Sistem ini digunakan untuk kebutuhan gawat darurat. Tahap selanjutnya adalah pengendalian dan administrasi. Pengendalian di depo farmasi OK IGD yaitu dengan melakukan stok opname secara periodik dan berkala yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Selain itu, pengendalian di depo farmasi OK IGD juga dilakukan dengan pencatatan kartu stok untuk mengendalikan perbekalan yang ada dan pengendalian berupa pencatatan suhu untuk obat-obat termolabil yang disesuaikan dengan suhu penyimpanan 2-8o C. Administrasi depo farmasi OK IGD meliputi proses pencatatatan & pelaporan, dimana depo farmasi OK IGD melaporkan perbekalan farmasi yang digunakan sesuai dengan jumalahnya dan pelaporan narkotika & Psikotropika, Prekursor dan obat-obatan tertentu.
Alur Pelayanan resep OK IGD diawali dengan perawat dan dokter yang menggunakan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan operasi kemudian setelah operasi dokter menuliskan resep, dimana resepnya ada dua yaitu resep bedah dan resep anastesi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah resep telah sesuai atau tidak. Jika sesuai, maka resepnya kemudian di entry dan diberi harga.Untuk resep yang mengandung Obat-Obat Tertentu seperti tramadol dan epedrin maka resepnya dipisahkan untuk dibuat laporannya yang berisi nama pasien dan jumlah stok yang digunakan untuk dilaporkan ke Gudang Farmasi.

Depo Farmasi Sakura
Depo Farmasi Sakura melayani pasien yang berada di ruang rawat inap sakura dan teratai. Pengadaan obat di depo farmasi sakura melalui sistem pengamprahan ke gudang instalasi farmasi rumah sakit.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan di Depo Sakura meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelaporan, dan pengendalian.

Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di Depo Sakura dilakukan amprahan ke gudang farmasi setiap hari atau setiap saat, dikarenakan menyesuaikan dengan pola konsumsi barang yang dibutuhkan oleh Depo Sakura.
Penerimaan
Penerimaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada saat barang datang yakni melakukan pemeriksaan barang datang. Barang yang datang atau masuk ke Depo Sakura akan diterima oleh TTK kemudian dilakukan pengecekan barang untuk mengetahui apakah barang yang datang sesuai dengan yang diamprah. Pengecekan dalam penerimaan barang diantaranya yaitu, kesesuaian nama obat, kekuatan obat, jumlah barang, dan jenis sediaan.
Penyimpanan
Sistem penyimpanan sediaan farmasi di Depo Sakura dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, jenis sediaan, obat high alert, narkotika, psikotropika, dan prekursor. Untuk alkes dan BMHP juga dibedakan sesuai dengan abjad. Obat high alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) sehingga harus diberikan perhatian khusus, dimana dilakukan double check pada saat penyiapan untuk pendistribusiannya/ penyalurannya. Obat yang dikelompokkan ke dalam golongan obat high alert di RSUD Abdul Wahab Syahranie meliputi obat narkotika, LASA, elektrolit pekat, heparin, insulin dan sitostatik. Obat yang tergolong LASA diberi jarak 3-4 kotak antar obat untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat, dan juga obat yang mirip namanya, dibedakan di huruf kapitalnya untuk mengurangi kesalahan. Obat-obat yang bersifat termolabil maka penyimpanannya harus dimonitoring suhu untuk penyimpanannya untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada sediaan.. Obat termolabil disimpan dalam suhu dingin yakni di kulkas pada suhu 2-8oC.
Distribusi
Pendistribusian merupakan proses kegiatan penyaluran perbekalan farmasi dari depo kepada pasien sesuai dengan ketentuan tertentu. Distribusi atau penyaluran perbekalan farmasi di depo sakura kepada pasien ada 2, yakni distribusi terhadap pasien rawat jalan dan pasien rawat inap selama 24 jam.
Pendistribusian perbekalan farmasi kepada pasien rawat jalan dimulai dengan adanya resep yang dibawa oleh pasien maupun perawat Poli Sakura. Kemudian dilakukan skrining resep meliputi administrasi dan farmasetis yang diperiksa oleh TTK. Untuk administratif meliputi nama, umur, dan berat badan (bayi dan anak), nama dan paraf dokter, tanggal dan poli asal resep. Setelah itu dilakukan pemeriksaan ketersediaan obat maupun alkes. Setelah itu dilakukan pembuatan rincian biaya. Jika obat tidak dapat diambil/ketersediaan tidak ada maka resep dikembalikan kepada pasien, namun jika obat dapat diambil maka pasien terlebih dahulu melakukan pembayaran melalui kasir rawat jalan. Kemudian disiapkan obat oleh TTK dan dilakukan pelabelan etiket. Setelah itu dilakukan double check oleh apoteker. Setelah pasien menyerahkan bukti pembayaran obat/alkes, obat/ alkes yang telah disiapkan diserahkan oleh apoteker langsung ke pasien atau keluarga pasien tersebut disertai dengan pemberian informasi obat (PIO). Dalam pelayanan resep, yang perlu dilakukan yaitu melakukan verifikasi resep, penyiapan obat sesuai resep, serta melakukan pemeriksaan ulang resep. Verifikasi resep meliputi kejelasan penulisan, benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu pemberian, serta adanya alergi. Untuk pemeriksaan ulang resep sesuai dengan 7B, yakni benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu pemberian, benar informasi, dan benar dokumentasi.
Sedangkan pendistribusian perbekalan farmasi kepada pasien rawat inap dilakukan sesuai dengan kebutuhan resep. Jika pemesanan resep bersifat Non CITO, maka petugas Depo yang mengambil resep (RPO) ke ruangan kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan resep meliputi . Dalam pelayanan resep CITO, yang perlu dilakukan yaitu melakukan verifikasi resep, penyiapan obat sesuai resep, serta melakukan pemeriksaan ulang resep. Verifikasi resep meliputi kejelasan penulisan, benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu pemberian, serta adanya alergi. Untuk pemeriksaan ulang resep sesuai dengan 5B, yakni benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, dan benar waktu pemberian. Jika pemesanan resep bersifat CITO, maka petugas Depo akan mencatat pesanan pada blanko pemesanan obat/ alkes (BPO) yang meliputi tanggal pemesanan, nama pasien, nama penelpon, ruangan, nama dan jumlah obat/alkes. Kemudian dilakukan obat/ alkes sesuai BPO dan diantarkan obat/ alkes tersebut ke ruangan perawatan. Setelah itu TTK meminta RPO kepada perawat sebagai pengganti BPO. Perawat penanggungjawab obat/alkes ruangan bersama Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) untuk memeriksa kembali nama dan jumlah obat/alkes yang akan diserah terimakan. Apabila sudah sesuai, maka perawat akan menandatangani/paraf di RPO sebagai bukti penerimaan. Lembar RPO asli (warna putih) kembali ke Depo untuk dientry dan difilekan perpasien peruangan.
Pendistribusian ke Ruang OK Sakura terdiri dari dua yaitu bedah umum dan bedah jantung. Setiap akan dilakukan operasi, bagian depo akan melakukan penyiapan kit obat dan alkes. Setelah dilakukan operasi, kit tersebut harus dikembalikan ke Depo Sakura, yang bertujuan untuk memudahkan pengecekan kembali jumlah obat yang telah digunakan maupun belum digunakan serta meminimalisir terjadinya selisih obat, terutama untuk obat anastesi dan narkotika.
Pelaporan
Pelaporan di Depo Sakura dilakukan setiap bulan dimana pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan narkotika dan psikotropika ke DinKes dan BBPOM. Pelaporan stok alkes juga dilakukan serta pelaporan penggunaan obat generik dan non-generik, laporan obat expired date serta pelaporan penjualan setiap bulannya.
Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dilakukan dengan cara mendata yang sediaan yang melewati expired date atau rusak, dimana data yang ditulis yaitu kandungan obat, tanggal expired date dan jumlah barang. Setelah itu sediaan diserahkan ke gudang, kemudian dari pihak gudang yang akan memusnahkan dan membuat berita acara pemusnahan barang. Pengembalian sediaan yang mendekati expired date ke gudang dilakukan 3 bulan sebelum expired date untuk dikembalikan atau ditukar dengan obat yang sama dengan jarak expired date yang lebih lama ke distributor, selama obat masih di gudang dan belum dilakukan penukaran untuk beberapa obat tertentu seperti antidotum atau obat-obat life support (seperti vaksin) dimana jumlah persediaannya sangat terbatas dengan harga tinggi bisa diamprah kembali kegudang untuk digunakan apabila diperlukan oleh pasien sesuai dengan resep dokter. Hal tersebut dilakukan karena ditakutkan pada saat dibutuhkan (seperti pada ruang IGD), persediaan obat tersebut tidak ada. Untuk pengendalian perbekalan farmasi di Depo Sakura menggunakan kartu stok yang disesuaikan/dicocokkan dengan stok secara komputerisasi.

Kegiatan PKPA di Rumah Sakit
Kegiatan PKPA yang telah dilakukan mahasiswa di ruang perawatan adalah visite dan diskusi terkait penyakit pasien bersama dokter pembimbing di rumah sakit. Salah satu penyakit pasien yang didiskusikan adalah bronkopneumonia dan kanker ovarium. Sebelum diskusi, mahasiswa PKPA akan diajak visite terlebih dulu bersama dokter, kemudian melihat rekam medis dan dilanjutkan dengan diskusi.
Pada kasus pertama, seorang pasien dengan jenis kelamin laki-laki berumur 7 bulan didiagnosa bronkopneumonia. Terapi yang telah diberikan yaitu ampisilin, gentamisin, paracetamol, deksametason, ambroxol dan chlorpeniramin maleat. Bayi dan balita lebih rentan terkena penyakit pneumonia karena sistem imunitas yang belum sempurna. Laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami pneumonia lebih besar dibandigkan perempuan karena diameter saluran pernafasan anak lakilaki lebih kecil dibandingkan anak perempuan. Pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik yang bergantung pada ketepatan antibiotik. Selain itu adanya ketidaktepatan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan efek samping, lamanya penyembuhan dan mengakibatkan resistensi.
Adanya penggunaan kombinasi penisilin dan gentamisin dikarenakan penggunaan kombinasi tersebut memberikan spektrum luas pada S. Pneumonia, H. influenza, bakteri gram negatif dan S.aureus. Penisilin dan ampisilin sangat aktif terhadap S. pyogenes dan S. pneumonia sedangkan gentamicin aktif pada bakteri gram negatif enterik seperti S.aureus, S.epidermidis dan Pseudomonas sehingga memiliki efek sinergisme jika dikombinasi antar keduanya. Berdasarkan WHO, menyatakan bahwa untuk pasien anak umur 2-59 bulan dengan kategori pnemonia berat harus ditangani dengan ampicilin parenteral dan gentamisin sebagai penanganan first line yang digunakan selama 5 hari. Gentamicin merupakan salah satu obat dengan indeks terapi sempit dimana perlunya penyesuaian dosis yang tepat untuk meminimalisir efek samping dan menghindari efek toksik yang tidak diinginkan. Efek samping dari gentamicin (aminoglikosida) adalah efek ototoksisitas dan nefrotoksisitas sehingga perlunya penyesuaian dosis yang tepat mengingat fungsi ginjal pasien belum sepenuhnya matang.
Penggunaan deksametason (kortikosteroid) bertujuan untuk mengurangi radang serta memiliki aktifitas antipiretik. Efek samping dari kortikosteroid adalah menekan pertumbuhan dan dapat berefk pada perkembangan pubertas, sehingga penting untuk menggunakan dosis rendah namun efektif. Deksametason tidak boleh digunakan secara rutin sebagai profilaksis dan terapi pada penyakit pernafasan kronis karena salah satu efek sampingnya adalah pada neurologis. Penggunaan paracetamol bertujuan untuk mengurangi demam yang dialami oleh pasien sehingga paracetamol tetap diberikan dan dapat dihentikan jika pasien sudah tidak demam. Efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan dalam jangka waktu yang lama adalah terjadinya kerusakan hati (bersifat hepatotoksik), sehingga ketepatan dosis perlu diperhatikan mengingat pasien masih bayi. Penggunaan chlorpeniramin maleat sebagai antihistamin atau mengobati alergi (flu) yang dialami pasien tetap digunakan dan dapat dihentikan jika pasien sudah tidak flu. Untuk terapi yang ditujukan pada anak-anak yang perlu diperhatikan diantaranya adalah ketepatan dosis, dimana dosis yang diberikan biasanya berdasarkan berat badan pasien. Ketepatan dosis sangat dibutuhkan karena selain adanya efek samping yang mungkin terjadi akibat terapi yang diberikan, toksisitas, juga fungsi/ fisiologis dari organ seperti hati dan ginjal pada anak-anak masih belum sempurna/ matang. Terdapat interaksi antara terapi ampicillin dan gentamicin yang menyebabkan penurunan aktivitas dari gentamicin, sehingga untuk meminimalisir interaksi tersebut dapat diberikan jeda antar pemberian kedua obat.
Pada kasus kedua, pasien X dengan diagnose Ca ovarium st. IIIB, telah melakukan kemoterapi cp 1-3 dengan pengobatan karbopac (carboplatin paclitaxel). Kemudian pasien pulang dan menerima obat pulang yakni ondansentron, sukralfat, asam mefenamat, biosanbe, allopurinol dan laxadin. Setelah itu pasien kembali melakukan kemoterapi cp 1-4, dengan hari pertama (1 hari sebelum dilakukan kemoterapi ) pasien diberikan injeksi indexon. Hari ke-2 pasien mendapatkan terapi gastridin, delladryl, cedantron, dan paxus. Hari ke-3 pasien mendapatkan rehidrasi NaCl, indexon, carboplatin dengan pembawa NaCl 0,9%, injeksi cendantron, injeksi gastridin dan allopurinol.
Berdasarkan stadium kanker pasien, terapi yang digunakan sudah sesuai dimana untuk pasien Ca IIIB terapi yang dilakukan adalah dengan kemoterapi. Berdasarkan NCCN 2015, menyatakan bahwa penggunaan kombinasi carboplatin dan paclitaxel diulang setiap 3 minggu untuk 6 kali siklus.
Carboplatin merupakan analog platinum dari senyawa yang mengandung unsur logam platinum dengan mekanisme kerja membentuk rantai silang antar rantai guanine pada N-7 rantai DNA dan berinteraksi secara kovalen dengan adenin dan sitosisn rantai DNA dengan platinum sehingga sel kanker tidak dapat melakukan pembelahan dengan benar, dimana carboplatin bekerja pada proses penggandaan DNA (fase G1) dan pembelahan sel (fase M). Farmakokinetika farmakodinamika dari carboplatin adalah terdistribusi kedalam hati, ginjal, kulit dan jaringan tumor, dimetabolisme dalam jumlah kecil di hati, dan dieksresikan melalui urin sekitar 60% - 90%. Paclitaxel merupakan sitostatika dari produk natural yang bekerja dengan berikatan pada tubulin subunit beta yang menginduksi polimerasi tubulin dan menstabilkan mikrotubulus sehingga mengakibatkan gangguan proses mitosis dan akhirnya mengakibatkan apoptosis atau kematian sel pada siklus penggandaan sel dan pembelahan sel (fase G2-M). Farmakokinetika farmakodinamik dari paclitaxel yaitu terdistribusi dalam cairan tubuh dan jaringan, dimetabolisme di hati dengan enzim CYP2C8 and 3A4, diekskresikan melalui feses sebanyak 70% dan urine 14%. Menurut NCCN 2013, menyatakan bahwa efek samping nefrotoksik dan neurotoksik dari kombinasi carboplatin dan paclitaxel lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi cisplatin dan paclitaxel. Seperti diketahui bahwa obat sitostatika merupakan obat dengan indeks terapi sempit, artinya obat-obat tersebut dengan batas keamanan yang sempit yakni, adanya perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan efek toksik. Sehingga untuk meminimalisir terjadinya toksisitas atau efek samping yang tidak diinginkan dari carbopac maka perlu adanya penyesuaian dosis. Perhitungan dosis untuk carboplatin dan paclitaxel menggunakan rumus Body Surface Area (BSA) atau luas permukaan tubuh, dimana data yang dibutuhkan untuk perhitungan BSA adalah tinggi badan dan berat badan pasien. Berdasarkan literatur, perhitungan dosis carboplatin dengan BSA tidak dianjurkan karena perlu memperhitungkan fungsi ginjal/ jumlah trombosit yang diinginkan agar tidak overdose yang berhubungan dengan fungsi filtrasi glomerulus, sehingga perlu menggunakan AUC berdasarkan konsentrasi plasma yang diinginkan terhadap waktu kurva (AUC). Berdasarkan drug information handbook, efek samping dari derivat platinum (carboplatin) diantaranya adalah rasa sakit (SSP), hipokalemia, mual, muntah, myelosupresi, nefropati. Kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel saluran cerna, dimana salah satu sel tersebut adalah sel induk sumsum tulang yang merupakan tempat proses pembentukan sel darah. Adanya penekanan pada sumsum tulang/myelosupresi menyebabkan terjadinya pengikisan pada sel induk sumsum tulang karena pembelahan sel-sel dalam sumsum tulang lebih cepat, yang mengakibatkan berkurangnya produksi sel-sel darah akibat terganggunya hematopoiesis/proses pembentukan sel darah. Adanya pengurangan produksi sel darah menyebabkan efek samping seperti anemia, trombositopenia, leukopenia dan neutropenia. Adanya efek mual muntah oleh carboplatin dikarenakan pengobatan kemoterapi dapat menghambat pembelahan sel baik sel normal maupun sel abnormal, seperti menghambat pembelahan sel yang pertumbuhannya cepat yakni sel mukosa. Sel mukosa yang melindungi lambung, dengan adanya penggunaan kemoterapi dapat mengakibatkan penekanan dan pengikisan pada mukosa lambung sehingga terjadi iritasi dan kerusakan pada mukosa lambung. Adanya efek nefropati yang disebabkan oleh carboplatin diantaranya juga karena carboplatin terdistribusi sebagian di ginjal dan eksresi melalui urin sekitar 60% - 90% yang semakin memperberat kerja ginjal.
Efek samping dari kemoterapi paclitaxel adalah mual muntah, diare, alopesia, neutropenia, leukopenia, anemia, terjadi peningkatan kadar AST dan ALT. Adanya efek samping yang banyak yang ditimbulkan dari penggunaan kemoterapi, sehingga perlu dilakukan penjedaan antara pemberian paclitaxel dan carboplatin untuk meminimalisir efek samping yang akan dirasakan oleh pasien. Selain itu, adanya pemberian carboplatin dalam waktu bersamaan dengan paclitaxel dapat menyebabkan terjadinya peningkatan efek terapetik dari paclitaxel, dimana adanya peningkatan efek terapetik tersebut dapat menyebabkan terjadinya toksisitas salah satunya efek samping yang dirasakan oleh pasien.
Adanya pemberian obat pulang pada kemoterapi ke-3 yakni ondansentron, sukralfat, asam mefenamat, biosanbe, allopurinol dan laxadin digunakan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi. Ondansentron merupakan obat golongan antagonis reseptor 5HT3 (5-hidroxytriptamin) atau serotonin dengan mekanisme kerja menghambat serotonin secara peripheral pada saraf vagal terminalis dan secara sentral di CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) yang mengaktifkan pusat muntah di medulla oblongata yang digunakan untk mencegah CINV (Chemoreceptor Induced Nausea and Vomiting) akut ( 24 jam setelah kemoterapi) dengan level emetogenik sedang (30-90%) – tinggi (> 90%) yang disebabkan oleh pengobatan karboplatin. Sukralfat berfungsi sebagai profilaksis stress ulcer akibat kemoterapi dengan mekanisme kerja membentuk lapisan sehingga melindungi ulcer dari asam, pepsin dan garam empedu. Asam mefenamat merupakan obat analgetik golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug) dengan durasi kerja 2-6 jam yang digunakan untuk pengobatan nyeri atau analgetika ringan dengan mekanisme kerja menghambat enzim COX 1 dan COX 2 sehingga menghambat pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator kimia yang terbentuk ketika terjadi radang atau cedera, dimana prostaglandin terbentuk dari asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase (COX). Penggunaan asam mefenamat/NSAID juga perlu dimonitoring karena efek sampingnya yakni iritasi pada lambung, efek tersebut dikarenakan obat tersebut menghambat COX 1 yang merupakan penghasil prostaglandin yang memiliki efek perlindungan pada mukosa lambung. Biosanbe dengan kandungan vitamin B12, Fe, sianokobalamin dan beberapa zat kimia lainnya digunakan sebagai terapi anemia (kekurangan darah) dimana diketahui bahwa efek samping dari kemoterapi yang diberikan dapat menyebabkan terjadinya myelosupresi yang mengakibatkan terjadinya anemia. Penggunaan biosanbe bisa dihentikan atau tidak perlu diberikan jika kadar Hb pasien masih dalam rentang normal. Allopurinol adalah terapi yang digunakan untuk mengobati hiperurisemia yang diderita pasien dimana hiperurisemia tersebut dapat disebabkan oleh kanker dari pasien ataupun efek samping dari kemoterapi yang digunakan, dimana mekanisme kerja dari allopurinol adalah menghambat konversi hypoxantin menjadi xantin menjadi asam urat serta allopurinol pada purin katabolisme, menurunkan produksi asam urat tanpa mengganggu biosintesis dari purin vital. Dosis allopurinol pada pasien kemoterapi berbeda dengan pasien yang lain, dimana harus ada penyesuaian dosis allopurinol dengan bergantung pada CrCl (creatinine clearance) pasien, dimana data yang dibutuhkan untuk mencari CrCl pasien adalah data SCr (serum creatinin) karena efek samping kecil pada allopurinol adalah gagal ginjal, dimana semakin memperberat kerja ginjal yang juga mendapatkan efek samping dari carboplatin yakni efek nefrotoksik. Laxadin merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi konstipasi dengan mekanisme kerja merangsang peristaltik usus besar, menghambat reabsorpsi air dan melicinkan jalannya feses. Efek konstipasi dimungkinkan karena efek samping dari terapi ondansentron (konstipasi 6-11%), namun penggunaan laxadin perlu diperhatikan juga dikarenakan jika digunakan dalam jangka lama dan terus menerus dapat mengakibatkan tubuh menjadi kehilangan cairan dan elektrolit, kelemahan otot serta kemungkinan adanya gangguan usus misalnya mual dan muntah.
Pemberian indexon sehari sebelum dilakukan kemoterapi cp 1-4 terapi mual muntah akibat efek samping dari kemoterapi yang digunakan (carbopac). Deksametason merupakan golongan steroid dengan mekanisme kerja menghambat atau menurunkan produksi mediator inflamasi (prostaglandin) pada area CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) yang digunakan untk mencegah CINV (Chemoreceptor Induced Nausea and Vomiting) akut ( 24 jam setelah kemoterapi) dan tertunda (2-5 hari setelah kemoterapi ) dengan level emetogenik sedang (30-90%) – tinggi (> 90%) yang disebabkan oleh pengobatan karboplatin. Pada hari ke 2 terapi tambahan yang diperoleh adalah gastridin (ranitidin), delladryl, cedantron dan paxus. Gastridin (ranitidin) merupakan golongan histamin 2- reseptor bloker dengan mekanisme kerja menghambat reseptor histamin 2 sehingga menghambat asam lambung di gastrointestinal yang digunakan untuk mencegah CINV dengan level emetogenik rendah (10-30%) – sangat rendah ( 0,9%
Injeksi
Otsu-Salin (3% Sodium Chloride)
3% dalam 500 mL

Lampiran 3. Daftar Obat LASA
Daftar Obat dengan Kemasan/ Rupa Sama (Look Alike)
No.
Nama Obat
Obat dengan Kemasan yang Sama
1.
Albendazole 400 mg tablet
Paracetamol 500 mg tablet
2.
Aminofusin hepar infus
Aminofusin L-600 Infus
3.
Aminofusin pediatric 250 mL Infus
Eas Primer Infus
4.
Antasida Doen Syrup
Ambroxol syrup
5.
Cefat 125 mg dry syrup
Cefat 250 mg syrup
6.
Cefotaxim Injeksi
Ceftriaxin Injeksi
7.
Ciprofloxacin Infus
Metronidazol Infus
8.
Clonidin 0,15 mg tablet
Captopril 50 mg tablet
9.
Dextrose 5% 500 mL Infus
Dextrose 10% 500 mL Infus
10.
Dextrose 5% + 0,225% NaCl 500 mL Infus
Dextrose 5% + 0,245% NaCl 500 mL Infus
11.
Elkana Tablet
Neurosanbe Tablet
12.
Extrace Injeksi
Epinephrine Injeksi
13.
Glucodex tablet
Vometa FT tablet
14.
Impugan Injeksi
Furosemid Injeksi
15.
Infusan D5 ¼ Sanbe Infus
Infusan M-20 Manitol Infus
16.
Invomit Injeksi
Antrain Injeksi
17.
KA-EN 3A (Otsuka) Infus
Otsu RL Infus
18.
Levofloxacin Infus
Piracetam Infus
19.
Lidocain Injeksi
Citicholin Injeksi
20.
Ringer Laktat Otsuka Infus
NaCl 0,9% Otsuka Infus
21.
Silum 10 mg tablet
Silum 5 mg tablet
22.
Spirola 100 mg tablet
Kalnex 500 mg tablet







Daftar Obat dengan Ucapan Sama (Sound Alike)
No.
Nama Obat
Obat dengan Kemasan yang Sama
1.
cefOTAXIM Injeksi
cefTRIAXON injeksi
2.
aminofUSIN Infus
aminofiLIN Injeksi
3.
amOXIcillin tablet
amPIcillin tablet
4.
Cefat 125 mg/ 60 mL syrup
Cefat FORTE 250 mg/ 60 mL syrup
5.
cPG tablet
cepeZET tablet
6.
gliBENCLAMide tablet
gliMEPIRide tablet
7.
Humulin N injeksi
Humulin R injeksi
8.
intERHISTin syrup
intRIZin syrup 60 mL
9.
INTERhistin tablet
BETAhistin tablet
10.
LEVOfloxacin tablet
Ofloxacin tablet
11.
NIFEdipin tablet
AMLOdipin tablet
12.
TUTofusin OPS Infus
TRIofusin E-1000 Infus
13.
VomETRAZ 4 mg tablet
vomITAS FDT tablet


Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.