KONSEP PEMASARAN ALL YOU CAN EAT, PAY AS YOU WISH RESTORAN HALAL DI WINA, AUSTRIA “DER WIENER DEEWAN”

July 29, 2017 | Autor: Lusiana Uh | Categoría: Economics, Islamic Studies, Islamic Economics and Finance, Islamic Banking And Finance
Share Embed


Descripción

KONSEP PEMASARAN ALL YOU CAN EAT, PAY AS YOU WISH

RESTORAN HALAL DI WINA, AUSTRIA

"DER WIENER DEEWAN"









OLEH:

LUSIANA ULFA HARDINAWATI

041014121

52



PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Restoran merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, maka dari itu,
bisnis restoran ini banyak dibidik oleh kalangan bisnis. Bisnis ini juga
memiliki tingkat persaingan yang ketat. Dengan banyaknya pesaing dalam
bisnis restoran, pemilik restoran harus memiliki ide baru dalam konsep
restorannya. Apakah restorannya itu akan dibuat restoran cepat saji, atau
restoran tradisional, restoran keluarga, ataukah hanya warung/ depot.

Ketika banyak restoran yang berusaha membuat restoran dengan konsep
yang berbeda-beda dan unik, menciptakan produk-produk makanan baru,
sehingga dapat menghargai produk makanannya dengan harga tinggi, Afzaal dan
Natalie Deewan, warga Wina, Austria, malah membuat restoran dengan konsep
all you can eat, pay as you wish (makan sepuasnya, bayar seikhlasnya),
tentu konsep pemasaran ini sangat aneh, dan tidak sesuai dengan konsep
pemasaran konvensional selama ini, selain itu, makanan di Der Wiener Deewan
ini juga halal, padahal tidak semua restoran di Wina menyediakan makanan
yang halal, mengingat Wina sendiri bukan suatu kota dengan penduduk
mayoritas Islam, hanya 7,8% penduduknya yang beragama Islam, lainnya,
mayoritas adalah pemeluk Katolik Roma. Yang lebih aneh lagi, Der Wiener
Deewan yang terletak tepat di jantung kota Wina, Schottentor, yang terkenal
akan pajak sewanya yang tinggi, sudah mampu bertahan selama 7 tahun, tanpa
mendapatkan kesulitan finansial yang berarti.

Melihat fakta dan keunikan konsep pemasaran dari Der Wiener Deewan
ini, penulis tertarik mengambil tema mengenai "Konsep Pemasaran Restoran
Der Wiener Deewan di Wina, Austria".

1.2. Rumusan Masalah

bagaimanakah pemilik Der Wiener Deewan mampu mempertahankan
restorannya selama ini tanpa kesulitan finansial yang berarti, dan apakah
yang menjadi dasar pembentukan Der Wiener Deewan?

1.3. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana konsep pemasaran pemilik Der Wiener Deewan
sehingga mampu mempertahankan restorannya selama ini. serta untuk
mengetahui alasan pembentukan Der Wiener Deewan.

BAB II

ISI

2.1. Republik Austria

Republik Austria (Bahasa Jerman: Republik Österreich) adalah sebuah
negara yang berada di tengah-tengah Eropa Tengah. Austria berbatasan dengan
Jerman dan Ceko di utara, Slowakia dan Hongaria di timur, Slovenia dan
Italia di selatan, Swiss dan Liechtenstein di barat. Ibukota Austria adalah
Vienna, atau yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Wina. Austria dikenal
dengan musik klasiknya. Negara ini dahulu kala jauh lebih besar dan
merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria.

Austria adalah negara dengan sistem demokrasi representatif
parlementer yang terdiri dari 9 negara bagian federal, dan menjadi salah
satu dari dua negara Eropa yang mendeklarasikan kenetralannya. Austria
resmi menjadi negara anggota PBB (sejak 1955) dan Uni Eropa (sejak 1995).

Dalam bahasa jerman Österreich bisa diterjemahkan menjadi "kerajaan
timur" kata itu diturunkan dari bahasa jerman kuno Ostarrîchi. Istilah ini
mungkin berasal dari terjemahan dari Latin untuk nama daerah tersebut:
Marchia orientalis, yang berarti "perbatasan timur", mengingat negara itu
memang terletak di ujung timur dari kekaisaran suci Romawi. Nama Ostmark
juga digunakan untuk menyebut Anschluss semenjak Reich ketiga.

Etnis Jerman ialah etnis terbanyak di negara ini yakni lebih kurang
85% hingga 89% daripada populasi Austria. Lebih kurang 10% yang lain
terdiri daripada pendatang yang berasal dari negara sekitar terutama sekali
dari negara Blok Timur. Negeri Carinthia dan Styria menjadi tempat tinggal
untuk minoritas Slovenia yaitu lebih kurang 18.000 orang. Bahasa Jerman
menjadi bahasa resmi pemerintahan dan digunakan oleh hampir keseluruhan
penduduk Austria. Disebabkan muka Bumi yang berbeda, dialek Jermannya juga
berbeda. Hampir semua kawasan menggunakan dialek Austro-Bavaria kecuali di
barat Austria (Vorarlberg) yang menggunakan dialek Alemanik (Alemannic).
Bahasa Jerman yang digunakan oleh Austria juga berbeda dari segi tata
bahasa dengan bahasa Jerman di Jerman.

Hampir tiga suku rakyat Austria beragama Katolik Roma. Lebih kurang
326.990 orang Austria beragama Islam (4%) dan 408.700 orang yang lain
beragama Protestan. Orang Yahudi juga sudah lama menetap di Austria. Pada
1930, banyak orang Yahudi bermigrasi keluar dari Austria dan selebihnya
dibunuh ketika Holocaust. Ini menyebabkan populasi orang Yahudi berkurang
dari 100.000 menjadi antara 10.000 dan 20.000. Agama Islam yang hanya
sedikit di Austria (4%), mengakibatkan agama Islam menjadi salah satu Agama
minoritas.

2.1.1. Muslim di Austria

Islam adalah agama minoritas di Austria dengan 4,22% dari populasi di
sensus tahun 2001. Pada tahun 2010 diperkirakan ada di sekitar 400.000
sampai 500.000 Muslim di Austria, atau sekitar 6% dari total penduduk.
Kebanyakan Muslim datang ke Austria pada 1960-an sebagai pekerja migran
dari Turki dan Bosnia-Herzegovina. Ada juga komunitas asal asli Arab dan
Pakistan yang tinggal di Austria.

Provinsi paling barat, Vorarlberg, kota dengan industri kecil dan
desa, memiliki jumlah Muslim tertinggi di Austria dengan 8,36% (jumlah ini
menyerupai bagian utara-timur Negara Swiss). Kemudian diikuti oleh ibukota
Wina dengan 7,82%. Provinsi-provinsi tengah; Salzburg, Upper Austria, Tyrol
dan Lower Austria mengikuti dibawahnya dengan populasi Muslim yang menyamai
rata-rata. Bagian selatan-timur Austria; Styria, Carinthia serta Burgenland
memiliki populasi Muslim lebih sedikit yaitu dibawah rata-rata populasi
muslim Austria.

Austria adalah Negara yang unik di antara negara-negara Eropa Barat,
yang memberikan pengakuan pada sebuah komunitas agama Islam. Hal ini
menyusul kependudukan Austro-Hungarian (dari Bonsia-Herzegovina) pada tahun
1878. Austria telah mengatur kebebasan beragama masyarakat Muslim dengan
"Anerkennungsgesetz" ("Act of Recognition"/ aksi pengakuan). Berikut bagan
muslim di Austria berdasarkan kelompok etnis:

"Warga Negara "Populasi "
"Turki "109.700 "
"Bonia "85.200 "
"Afghanistan "31.300 "
"Kurdi "26.770 "
"Albania "20.520 "
"Iran "12.452 "
"Arab "12.100 "
"Pakistan "8.490 "


2.1.2. Wina

Ibu kota Austria bernama Vienna, atau lebih dikenal di Indonesia
dengan nama Wina. Wina

sekaligus menjadi kota terbesar di Negara Austria. Wina salah satu dari 9
provinsi yang ada di Negara Austria. Dikenal sebagai kota budaya, merupakan
tempat kelahiran dari banyak musisi ternama seperti Schubert, Johann
Strauss I, Brahms. Sedangkan bagi Mozart dan Beethoven, Wina merupakan kota
tempat mereka meniti karir sampai masa puncaknya hingga menutup mata. Wina
dijuluki sebagai kota musik, walaupun sudah dilampau negara-negara lain di
Eropa.

Wina bangkit dari kehancuran akibat Perang Dunia II, berubah menjadi kota
industri modern dan pusat komunikasi. Setelah periode pembangunan, Wina
kembali membangun kejayaan sebagai pusat kebudayaan dan kesenian, musik,
teater, kuliner, dan pariwisata.



Pemandangan Kota Wina, Austria
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wien040531w.jpg)

Wina merupakan pusat dari The Roman Catholic Archdiocese of Vienna
(Keuskupan Ahung Katolik Roma, Wina). Uskup agungnya kini adalah Kardinal
Christoph Schonborn. Berdasarkan data sensus statistik Austria/
Bundesanstalt Statistik Österreich pada tahun 2001, 49,2% warga Wina adalah
pengikut Katolik Roma, 25,7%-nya tidak memiliki kepercayaan (Atheis), 7,8%
adalah muslim, 6% adalah anggota denominasi Ortodoks, 4,7% protestan
(kebanyakan dari Lutheran), 0,5% adalah Yahudi, 6,3% dari agama lainnya
(Hindu, Budha, dll).



Sensus Hasil Utama kota Wina/ VOLKSZÄHLUNG Hauptergebnisse I 2001– Wien
(Sumber: ftp://www.statistik.at/pub/neuerscheinungen/vz01wien_web.pdf)

2.2. Der Wiener Deewan

2.2.1. Sejarah Der Wiener Deewan





Pendiri Der Wiener Deewan, Afzaal Deewan dan Natalie Deewan
(sumber: www.deewan.at)

Der Wiener Deewan berdiri pertama kali pada tanggal 30 April 2005
bertepatan dengan hari pengangguran. Didirikan oleh Afzaal Deewan, koki dan
pemain kriket asal Pakistan dengan Natalie Deewan seorang mahasiswa
Filsafat yang merupakan warga lokal Austria, dan terletak di jantung kota
Wina, Schottentor. Letaknya yang di jantung kota menyebabkan biaya sewa
tempat restauran itu mahal.


Sistem buffet di Der Wiener Deewan
(sumber: www.Deewan.at)

Der Wiener Deewan merupakan restoran kari berkonsep prasmanan/ buffet
yang menyediakan menu utama dalam dua kategori. Makanan kari berbahan dasar
ayam, kambing, dan lembu. Dan beberapa jenis makanan vegetarian. Selain
itu, disediakan juga makanan pencuci mulut. Dan yang membedakan Der Wiener
Deewan dengan restoran Pakistan pada khususnya dan restoran prasmanan pada
umumnya, semua makanan itu All you can eat (boleh mengambil apa saja yang
disediakan) dengan konsep pembayaran pay as you wish atau membayar
seikhlasnya saja. Hanya minuman yang berbayar, sedangkan air mineral
diberikan secara gratis.
Pada awalnya, konsep All you can eat, pay as you wish dimaksudkan
sebagai percobaan saja, namun pada akhirnya konsep ini bertahan hingga
sekarang (7 tahun lamanya) tanpa pernah mengakibatkan Der Wiener Deewan
mengalami krisis finansial yang berarti.

Kini karyawan Der Wiener Deewan berjumlah 14 karyawan ada yang tetap
atau ada yang tidak tetap, ada yang penuh waktu, ada pula yang paruh waktu.
Semua makanan yang tersaji di Der Wiener Deewan adalah makanan yang halal,
daging (baik ayam, kambing, dan lembu) yang disediakan juga halal, dan
dimasak oleh koki-koki yang beragama Islam dan yang berpengalaman di
bidangnya (kebanyakan koki merupakan warga asli Pakistan).



Koki di Der Wiener Deewan
(sumber: www.deewan.at)


Der Wiener Deewan menyebut good food good mood sebagai motto perusahaan,
maksudnya; makanan yang enak yang disediakan oleh Der Wiener Deewan akan
membuat mood pengunjung bagus juga. Makanan enak = Mood bagus.


Header dan alamat lengkap Der Wiener Deewan
(sumber: www.deewan.at)




Disamping makanan yang dimakan itu enak, tentu bagi umat muslim yang
terpenting adalah apakah makanan itu halal. di Der Wiener Deewan, konsumen
muslim tidak perlu khawatir karena makanan yang disediakan di Der Wiener
Deewan adalah makanan yang halal. jenis-jenis makanan yang diharamkan untuk
dimakan oleh umat muslim dijelaskan dalam Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 3,
yang berbunyi:


((((((((( (((((((((( (((((((((((( ((((((((( (((((((( (((((((((((( ((((((
(((((( (((((((( (((( ((((( (((((((((((((((((( (((((((((((((((((
((((((((((((((((((( (((((((((((((( (((((( (((((( ((((((((( (((( (((
(((((((((( ((((( (((((( ((((( ((((((((( ((((( ((((((((((((((( (((((((((((((
( ((((((((( (((((( ( (((((((((( (((((( ((((((((( ((((((((( ((( (((((((((
(((( (((((((((((( (((((((((((( ( (((((((((( (((((((((( (((((( (((((((((
(((((((((((( (((((((((( ((((((((( ((((((((( (((((( ((((((((((( (((((( (
(((((( (((((((( ((( (((((((((( (((((( ((((((((((( ((((((( ( (((((( ((((
((((((( ((((((( (((
Artinya: diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Ayat diatas menjelaskan apa sajakah makanan yang diharamkan untuk umat
muslim, namun diakhir kalimat, dijelaskan pula apabila seseorang tanpa
disengaja memakannya, Allah mengampuninya. Hal ini dijelaskan juga dalam
Surat Al-An'am ayat 145, yang berbunyi:

((( (( (((((( ((( (((( ((((((( (((((( ((((((((( (((((( ((((((( ((((((((((((
(((( ((( ((((((( (((((((( (((( ((((( (((((((((( (((( (((((( ((((((((
((((((((( (((((( (((( ((((((( (((((( (((((((( (((( ((((( ( (((((( ((((((((
(((((( ((((( (((( ((((( (((((( (((((( ((((((( ((((((( ((((( .
Artinya: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih
atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

2.2.2. Konsep Pemasaran Der Wiener Deewan

Sebuah pernyataan tertulis di website Der Wiener Deewan
(www.deewan.at), yang berbunyi:

Di Der Wiener Deewan, kami percaya akan kekuatan rasa kemanusiaan yang
dapat membuat perubahan yang luar biasa. Dan kami juga percaya bahwa
setiap orang berhak memiliki tempat di setiap meja (meja restoran di
Der Wiener Deewan). Tidak ada harga dalam menu kami, makanan yang kami
sediakan tidak gratis, tapi semua yang anda lakukan disini gratis
(maksudnya, apapun makanan yang anda ambil disini gratis).

Disini, anda bebas membayar sesuai dengan nilai yang anda berikan pada
makanan yang anda makan. Sehingga, setiap orang yang mampu membayar,
dapat membayari orang-orang yang tidak mampu membayar (pay forward).

Silahkan datang untuk memenuhi meja-meja kami!

All you can eat, pay as you wish merupakan konsep diterapkan oleh Der
Wiener Deewan. Sebenarnya, ada harga normal untuk setiap makanan di Der
Wiener Deewan, yaitu berkisar 5-6 euro. Namun, ada juga orang yang membayar
1-2 euro, bahkan hanya membayar minumannya. Kasir dan karyawan di Der
Wiener Deewan sendiri sangat tidak mempermasalahkan baik itu membayar lebih
maupun hanya membayar air saja. Bayar banyak maupun sedikit mereka tetap
tersenyum.

Dengan mengusung label halal, Der Wiener Deewan menyediakan makanan-
makanan yang benar-benar halal baik secara penyembelihan maupun
pengolahannya, Der Wiener Deewan memiliki kriteria/ prosedur tersendiri
untuk memasak agar ke-halalan makanan di Der Wiener Deewan tetap terjaga.
Misalnya bahan-bahan yang kebanyakan masih Impor dari Pakistan jadi masih
terjamin kualitas bahannya, serta koki-koki yang dipilih adalah koki-koki
yang terbiasa mengolah bahan makanan halal serta muslim.

Der Wiener Deewan juga sangat terbuka pada setiap pengunjung yang mau
menyumbang atraksi tari maupun musik di cafe Der Wiener Deewan. Der Wiener
Deewan tak segan mengingatkan pengunjung untuk stay as you wish and play as
you wish! (tinggal dan bermain semaumu!). Kebanyakan, yang menampilkan
anak muda yang menampilkan atraksi-atraksi tersebut, keterbukaan Der Wiener
Deewan terhadap pengunjung inilah salah satu penyebab restoran ini tak
pernah sepi pengunjung.

Natalie Deewan menyatakan konsep restoran Der Wiener Deewan ini
terinspirasi akan nilai nilai kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi
maupun penerima. Natalie Deewan juga kerap menyebutkan "fight the poverty
not the poor" atau lawan kelaparan, bukan kemiskinan. Hal ini terinspirasi
akan kejadian di Styria, salah satu kota terbesar di Austria, dan kota
terbesar kedua setelah Wina. Saat itu tahun 2011, pemerintahan di Styria
menyatakan larangan mengemis di kota itu. Natalie Deewan berpendapat,
memerangi kemiskinan tidak harus dengan cara melarang mengemis. Memang,
larangan mengemis itu bagus, baik untuk meningkatkan martabat seseorang,
supaya orang itu kemudian berusaha dan bekerja, dan baik juga untuk kota
sendiri karena di kota nantinya tidak akan terlihat pengemis-pengemis yang
muncul di berbagai sudut kota. Tapi, bagaimana kalau orang tersebut
mengemis bukan karena keinginannya? Terpaksa? Menurut Natalie, seharusnya
yang diperangi pemerintah itu bukan kemiskinannya, tapi kelaparannya. Orang
yang kenyang pasti akan dapat berfikir lebih jernih, semua orang tahu, jika
perut seseorang sedang kelaparan, orang itu tidak akan bisa berfikir
jernih. Itulah kenapa Natalie sangat mendukung kampanye "fight the poverty
not the poor".

Sebagian orang mengatakan, ini salah satu cara agen muslim untuk
mesyiarkan agamanya dengan cara yang lebih ramah. Banyak pengunjung non-
muslim yang datang kesana akhirnya bertemu dengan pengunjung muslim,
mengobrol dan saling bertukar pikiran, selain muslim, banyak siswa dan
mahasiswa yang nongkrong atau berdiskusi di Der Wiener Deewan, inilah yang
akhirnya membuat Restoran ini ramah bagi siapapun.

Dengan tagline All you can eat, pay as you wish ini, Der Wiener Deewan
juga ikut membantu para musafir (kebanyakan backpacker), dan sabilillah
(siswa/ mahasiswa di sekitar kota Wina) yang kekurangan uang untuk membeli
makan jadi ikut terbantu.

2.2.3. Restoran serupa Der Wiener Deewan

Di dunia, ada restoran yang memiliki tujuan sama dengan Der Wiener
Deewan yaitu membantu masyarakat yang membutuhkan, namun restoran-restoran
itu memiliki konsep pemasaran yang berbeda-beda, dan kelebihan Der Wiener
Deewan dibandingkan dengan restoran lainnya itu adalah, hanya Der Wiener
Deewan satu-satunya restoran yang memiliki label halal. berikut adalah
daftar restoran-restoran tersebut, yang disadur dari sebuah website milik
Christian Science Monitor:

1. One World Café in Salt Lake City 
Denise Cerreta pada awalnya mendirikan restoran ini untuk menyediakan
makanan organik yang terjangkau. Pengunjung membayar dengan memasukkan uang
ke donation box atau menggunakan kartu kredit, hasil penjualan restoran ini
nantinya akan disumpangkan. Jika tidak memiliki uang, pengunjung
dipersilahkan untuk membayar dengan tenaganya, menjadi tenaga sukarela
untuk mencuci piring maupun jadi pelayan.
2. The Terra Bite Lounge in Kirkland, Wash 
Didirikan oleh Ervin Peretz, Cafe ini menyediakan kopi, smoothies,
makanan panggang, dan sandwiches tanpa label harga.
3. Dan's Restaurant in Biddeford, Maine
Didirikan oleh Danielle Ward restoran ini menyediakan makanan yang porsi
dan harganya bisa ditawar.
4. SAME Café in Denver
Didirikan oleh When Brad dan Libby Birky, cafe ini menyediakan makanan
yang dapat dibayar semampunya oleh customer. SAME adalah akronim dari "So
All May Eat" atau Agar semua bisa makan.
2.2.4. Der Wiener Deewan Di Dunia

Der Wiener Deewan banyak dikenal karena tarifnya yang murah dan
terjangkau. Banyak backpacker yang makan di restoran Der Wiener Deewan ini
saat berkunjung ke Wina. Der Wiener Deewan juga sangat terkenal di dunia
maya, banyak website-website yang mengulas mengenai Der Wiener Deewan,
diantaranya (link):

http://www.tripadvisor.co.id/ShowUserReviews-g190454-d947308-r116220455-
Der_Wiener_Deewan-Vienna.html

http://www.dopplr.com/place/at/vienna/eat/der-wiener-deewan

http://www.yelp.at/biz/der-wiener-deewan-wien

http://www.travbuddy.com/Der-Wiener-Deewan-v471582

http://www.zabihah.com/d/Vienna+8861+Der-Wiener-Deewan/

http://tupalo.com/en/vienna/der-wiener-deewan

http://m.kaskus.co.id/post/5134d4291a7608fc2d000001

website-website diatas merupakan website trip advisor yang banyak
menyarankan tentang hotel, tempat rekreasi maupun restauran yang memiliki
pelayanan bagus dan berkualitas serta cocok untuk traveller.

Selain di website, Der Wiener Deewan juga dibahas di salah satu buku
Novel Travelling yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais (Putri dari Amien
Rais) yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa, dalam buku ini diceritakan
bahwa suami Hanum yang merupakan seorang Dosen Ekonomi sangat kaget dengan
konsep pemasaran Der Wiener Deewan (all you can eat, pay as you wish)
karena konsep ini sungguh bertentangan dengan konsep ekonomi konvensional
yang selama ini dia pelajari semasa kuliah.

2.2.5. Penerapan Fungsi Sosial di Der Wiener Deewan

Fungsi Sosial telah diperintahkan oleh Allah sebagaimana tercantum
dalam firman Allah dalam Al Qur'an Surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi:

(((((((((( ((((((( (((((((( (((( (((((((( (((((((((( ( (((( ((((( (((((((((
(((( (((((((((( ( ((((((((( (((((( (((((((( (((( (((((((( ( (((( ((((((
((((((((((( ((( (((((((( ( (((( (((( (( (((((( ((((((((((((((( ((((

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

Fungsi sosial dimaksudkan agar manusia yang hidup di dunia tidak serta
merta hanya berbuat hanya untuk kepentingan duniawi saja, namun juga
memikirkan kepentingan akhirat. Caranya, dengan berbuat baik pada orang
lain, serta tidak membuat kerusakan di bumi.

Tidak sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang menerapkan fungsi
sosial berbeda waktunya dengan waktu bekerja, di Der Wiener Deewan pada
dasarnya konsep all you can eat, pay as you wish itu sendiri sudah
merupakan penerapan fungsi sosial yang dilakukan oleh Der Wiener Deewan.
Der Wiener Deewan menyediakan minuman yang tidak gratis, tapi menyediakan
makanan yang dapat dibayar seikhlasnya. Konsep all you can eat, pay as you
wish sangat membantu masyarakat yang membutuhkan.

Jadi, konsep pemasaran restoran ini sudah dapat dikatakan sekaligus sebagai
penerapan fungsi sosial perusahaan.




2.3. Analisis

2.3.1. Pemasaran dalam Islam

Pemasaran Islam atau sering disebut dengan syari'ah marketing memiliki
pengertian sebagai serangkaian proses untuk memberikan nilai yang dibawa
oleh sebuah organisasi kepada para pihak yang memiliki kepentingan
terhadapnya serta dalam setiap prosesnya berkaitan erat dengan aturan atau
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala. (Amrin 2007:1)
memberikan definisi pemasaran menurut perspektif syariah (Islami) adalah
segala aktifitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan
penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapapun
yang melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang
dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan, keikhlasan sesuai dengan
proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami atau perjanjian
transaksi bisnis dalam Islam. (Amrin, 2007:1)

Dalam jurnal Looking at Islamic Marketing, branding and Muslim
consumer behaviour beyond the 7P's (Wilson, Jonathan: 2012) terdapat
tambahan 7P dalam kasus studi pemasaran Islam, yaitu:

1. Pragmatisme. Menilai kebenaran dan makna dari teori atau keyakinan
didasarkan pada sebuah dunia / waktu pendekatan ilmiah yang
diterapkan.

2. Relevansi. Menunjukkan relevansi dan penerapan.

3. Paliatif. Untuk mengurangi gap dan membuat kesulitan berkurang, saat
menerima bahwa banyak akar penyebab masalah gap itu sendiri tidak
pernah muncul lagi

4. (4)Jaringan sosial yang mendukung. Mengidentifikasi dan terlibat
dengan jaringan sosial dari kelompok stakeholder tanpa menutup-nutupi
kebenaran yang ada.

5. Pedagogi. Memberdayakan stakeholders melalui penyediaan konsep
pembelajaran yang transparan, metode dan praktik – terlepas dari
apakah mereka pemasar, akademisi, atau konsumen.

6. Kegigihan. Kerja terus menerus, Meski menemui kesulitan apapun.

7. Kesabaran. Meletakkan dasar untuk tujuan jangka panjang subjek.

7P ini didasarkan pada Al Qur'an Surat Al-Ashr, yang berbunyi:

(((((((((((( ((( (((( (((((((((( ((((( (((((( ((( (((( (((((((((
(((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((((( (((((((((((
((((((((((((( ((((((((((( (((

Artinya: 1. demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.





A Proposed structure for Islamic Marketing Courses
(Sumber: Jurnal "Looking at Islamic marketing branding and muslim consumer
behaviour beyond the 7P's")

Definisi pemasaran Islam menurut Jonathan Wilson (2012):
Pengakuan pendekatan Tuhan dalam pemasaran: dari perspektif pemasar
dan konsumen, yang menggambarkan pengendali atau sifat umum yang
berhubungan dengan Islam
Sebuah sekolah pemikiran yang memiliki arah moral yang cenderung ke
arah norma etika dan nilai-nilai agama Islam dan bagaimana muslim
menginterpretasikan itu semua dari kacamata budaya yang berbeda-beda.
Sebuah fenomena yang multi-layer, dinamis, dan 3-dimensional dari
hubungan stakeholder baik muslim dan non-muslim, yang hanya bisa
dimengerti dengan mempertimbangkan penciptaan eksplisit dan atau
implisit dengan sinyal budaya artefak - yang difasilitasi oleh
pemasaran.
Selain konsep definisi-definisi pemasaran Islam menurut ahli-ahli
ekonomi diatas, contoh nyata dari konsep pemasaran yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW adalah selalu berbuat baik kepada orang lain, dan inilah yang
sebenarnya merupakan dasar dari pelayanan yang optimal (service excellent),
sabda Nabi: "Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang
murah hati/ sopan pada saat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut
haknya.". Allah SWT juga telah mennginstruksikan untuk senantiasa berbuat
baik kepada orang lain. Firman Allah diantaranya terdapat dalam Surat Al-
Hijr ayat 88:
(( (((((((( (((((((((( (((((( ((( ((((((((( (((((( (((((((((( (((((((((
(((( (((((((( (((((((((( (((((((((( ((((((((( ((((((((((((((( ((((

Artinya: Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara
mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.

Juga dalam firman-Nya pada Surat Ali-Imran ayat 159 yang berbunyi:

((((((( (((((((( ((((( (((( ((((( (((((( ( (((((( ((((( ((((( (((((((
(((((((((( (((((((((( (((( (((((((( ( (((((((( (((((((( ((((((((((((((
(((((( ((((((((((((( ((( (((((((( ( ((((((( (((((((( (((((((((( ((((( ((((
( (((( (((( (((((( (((((((((((((((((( (((((

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti
urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang
maupun pelayanan/ jasa hendaknya memberikan yang berkualitas (yang unggul),
jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain. Hal
tersebut dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 267:

((((((((((( ((((((((( ((((((((((( (((((((((( ((( (((((((((( ((( ((((((((((
(((((((( ((((((((((( ((((( ((((( (((((((( ( (((( ((((((((((( (((((((((((
(((((( (((((((((( ((((((((( (((((((((((( (((( ((( ((((((((((( ((((( (
(((((((((((((( (((( (((( (((((( ((((((( (((((

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Oleh karena itu, bisnis yang berkah dapat diawali dengan memberikan layanan
yang menguntungkan pelanggan, meski sedikit untung namun banyak laku.
(Ratnasari, 2012). Hal inilah yang sama dengan prinsip Der Wiener Deewan,
yaitu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Ketakutan yang
muncul akan merugi pada awal-awal pendirian der wiener deewan sirna begitu
saja ketika ternyata malah Der Wiener Deewan tidak mengalami kerugian. Dan
ternyata, konsep membayar seikhlasnya malah menguntungkan Der Wiener Deewan
karena menarik banyak pelanggan yang penasaran dengan sistem pemasaran Der
Wiener Deewan.

Dalam aturan konvensional untuk manajer restoran, selain memberikan layanan
yang menguntungkan pelanggan, saat membuat restoran, seorang manajer
pemasaran selalu disarankan untuk tetap dekat dengan pelanggan, untuk
menempatkan pelanggan di atas segalanya (Day, 1994) hal ini mengindikasikan
bahwa tujuan bisnis adalah untuk memuaskan pelanggan. Jika dibandingkan
dengan prinsip bisnis yang berkah dalam Islam, aturan manajer restoran yang
konvensional ini memiliki kemiripan yaitu sama-sama untuk memuaskan
pelanggan. Itulah kenapa terdapat istilah bahwa seharusnya seorang muslim
yang taat mereka juga seorang wirausaha yang baik, karena dalam banyak
aturan di Al Qur'an mengindikasikan dan memberi petunjuk bagi muslim untuk
dapat belajar bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang bagus. (Adas,
2006:129)

2.3.2. Analisis Pemasaran Der Wiener Deewan dalam Islam

Konsep restoran Der Wiener Deewan ini terinspirasi akan nilai nilai
kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi maupun penerima. Seperti
disebutkan dalam websitenya bahwa mereka percaya kekuatan rasa kemanusiaan
dapat membuat perubahan yang menakjubkan, dan mereka mengatakan bahwa
setiap orang berhak memiliki tempat di setiap meja. Di Der Wiener Deewan,
semua dibebaskan membayar makanan sesuai dengan nilai makanan yang mereka
rasakan, supaya setiap orang yang mampu membayar bisa membayari orang yang
tidak mampu membayar (pay forward).

Konsep restoran ini sangat sesuai dengan pernyataan Abdullah bin
'Abbas r.a, bahwasannya "Hati itu diciptakan dengan tabiat yang mencintai
orang berbuat baik dan membenci sebaliknya."

Jika kita melihat dari sisi konsep pemasaran konvensional, konsep Der
Wiener Deewan sangatlah tidak rasional. Bagaimana mungkin seseorang dapat
membayar makanan seikhlasnya, banyak orang menyalah artikan bahwa membayar
seikhlasnya itu ya membayar se-mau-nya kita. padahal tidak, konsep ikhlas
dalam Islam adalah: memurnikan tujuan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Dalam arti lain, ikhlas adalah
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan.
Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya amal itu tidak lain hanyalah dengan niat dan
sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkan." (HR Al-Bukhari dan
Muslim)

Dalam Hadits ini Rasulullah berusaha menjelaskan bahwa amal itu sama
dengan niat. Apabila niat kita baik maka kita mengamalkan hal yang baik,
begitupun sebaliknya. Der Wiener Deewan berusaha menjadi perantara amal
kebaikan manusia dengan cara menjembatani mereka yang mampu untuk membayari
yang tidak mampu lewat konsep membayar seikhlasnya (pay forward/ subsidi
silang). Namun, tetap saja niat itu harus berpegang pada deontologi dalam
Islam yaitu "niat baik tidak dapat mengubah 'haram' menjadi 'halal'.
walaupun tujuan, niat, dan hasilnya baik, namun bila caranya tidak baik
TETAP tidak diperbolehkan."

Konsep pemasaran Der Wiener Deewan juga membantu masyarakat sekitar
yang susah untuk mendapatkan makan. Letak Der Wiener Deewan yang dekat
dengan Universitas Wina dan sekolah-sekolah lain juga membantu mahasiswa
dan siswa yang berasal dari perantauan untuk tetap dapat memperoleh makanan
yang layak. Berarti sudah jelas sekali, keberadaan Der Wiener Deewan ini
sangat bagus dan sangat sesuai dengan konsep pemasaran dalam Islam.

2.3.2.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Der Wiener
Deewan

Segmenting

Segmenting atau segmentasi adalah cara membagi pasar berdasarkan faktor
geografi, demografi, psikologi, perilaku dan akhirnya pada variabel
terkecil yaitu individu. Segmentasi yang berkesinambungan menjadi hal
penting bagi suatu perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar yang selalu berubah-ubah. Nabi Muhammad sendiri melakukan segmentasi
dengan cara mengetahui market terlebih dahulu, kemudian barulah Nabi
melakukan segmentasi pasar secara individu (segment of one) atau yang
sekarang dikenal dengan market identifying. (Ratnasari, 2012). Contoh
pencarian segmentasi dalam Al Al Qur'an disebutkan dalam Surat Al-Quraisyi
ayat 1-2:

(((((((( (((((((( ((( (((((((((((( (((((((( (((((((((((( ((((((((((( (((


Artinya: 1. karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan
mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602].

[1602] Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang
ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin.
dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-
penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang
Amat besar dari Tuhan mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka
menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.

Segmentasi pasar Der Wiener Deewan sendiri adalah menyediakan makanan yang
disukai oleh masyarakat Austria, khususnya yang tinggal di sekitar Wina,
baik yang mampu maupun yang tidak, selain masyarakat umum, siswa/ mahasiswa
juga merupakan segmentasi pasar Der Wiener Deewan. Pada dasarnya, tidak ada
kriteria khusus tentang segmentasi pasar Der Wiener Deewan, karena telah
disebutkan oleh pemiliknya, Natalie Deewan, bahwa semua orang berhak
mendapatkan tempat di Der Wiener Deewan.

Targeting

Targeting merupakan proses pemilihan target dan mencocokkan reaksi pasar
dengan kebutuhan dasar, kemampuan daya beli, dan keterbatasan yang
dimiliki. Oleh karena itu, tidak semua segmen dapat menembus semua segmen
yang ada di dalam masyarakat. (Ratnasari, 2012)

Dengan label halal di Der Wiener Deewan, tentu Der Wiener Deewan akan lebih
mudah mendapatkan konsumen muslim, namun tidak hanya konsumen muslim yang
menjadi traget pasar Der Wiener Deewan, dan pada kenyataannya, jumlah
penduduk muslim yang tidak banyak di Wina juga mengakibatkan target
tersebut tidak efisien. Maka dari itu, Der Wiener Deewan tidak menggunakan
target tertentu dalam pemasarannya, maksudnya, Der Wiener Deewan menyajikan
makanan kepada siapapun yang mau makan. Tidak ada target khusus.

Positioning

Positioning adalah bagaimana menempatkan produk ke dalam benak konsumen
secara luas sehingga akan tertanam dalam benak pasar bahwa perusahaan anda
adalah definisi produk yang dijual tersebut. (Ratnasari, 2012).

Der Wiener Deewan memproduksi makanan Pakistan seperti kari, dll. Namun
bukan berarti Der Wiener Deewan hanya membuat makanannya untuk masyarakat
Pakistan di Wina saja, melainkan, berusahan menyajikan makanan Pakistan
agar cocok untuk lidah masyarakat Austria.

2.3.3. Der Wiener Deewan Sebagai Agen Islam di Austria

Letak Der Wiener Deewan yang berada di pusat kota Wina, dekat dengan
Universitas Wina sangat memudahkan Der Wiener Deewan untuk memasarkan
restorannya. Tidak perlu dengan usaha yang ribet, dengan mengusung konsep
All you can eat, pay as you wish, Der Wiener Deewan langsung mampu mendapat
tempat di masyarakat Austria.

Dengan label Halal di restorannya, hampir tidak ada warga Austria maupun
turis yang beragama Islam berfikir dua kali untuk datang ke Der Wiener
Deewan, mereka kebanyak tertarik dengan sistem pembayarannya. Tidak jarang
ada orang yang datang sekedar karena penasaran, apakah jika mereka membayar
sedikit, mereka akan ditolak oleh kasir. Dan ternyata tidak pernah terjadi
penolakan-penolakan akibat membayar sedikit.



Label Halal di Restoran Der Wiener Deewan

(sumber: www.Deewan.at)

Selain letak yang menguntungkan untuk mencari pelanggan. Label halal
Der Wiener Deewan sekaligus membuatnya disebut sebagai agen islam di
Austria secara tidak langsung oleh beberapa muslim disana. Tentunya, agen
muslim secara langsungnya adalah pemilik Der Wiener Deewan sendiri, yaitu
Natalie Deewan. (Rais, 2010).

Pada awalnya, pemilik Der Wiener Deewan sendiri tidak pernah menyangka apa
yang ia buat akan berdampak pada muslim-muslim di Austria, namun sekarang
ia tahu itu karena Der Wiener Deewan sering menjadi tempat berkumpul muslim-
muslim di Austria baik untuk sekedar mengobrol maupun makan bersama
keluarga besarnya.

2.4. Penerapan Konsep Der Wiener Deewan di Indonesia

Restoran All you can eat, pay as you wish mungkinkah diterapkan di
Indonesia? Kebanyakan orang ragu. Selain itu, memang belum ada contoh
konkrit mengenai pendirian restoran dengan konsep serupa Der Wiener Deewan
di Indonesia. Pesimisme masyarakat Indonesia dengan kemampuan restoran
semacam Der Wiener Deewan akan mampu bertahan di Indonesia cukup realistis,
dapat diketahui sendiri tingkat moralitas Warga Negara Indonesia kurang
bisa dikatakan baik. Masih banyak ditemui pemilik warung-warung tegal yang
terpaksa harus merugi karena konsumennya tidak mau membayar atau kabur saat
akan membayar.

Dalam hal konsumsi sekarang ini, telah ada kecenderungan untuk
memperlakukan budaya konsumen sebagai budaya yang tidak baik, dan terkesan
merusak nilai-nilai tradisional. Penggambaran budaya konsumen lebih
menjurus pada hal-hal yang bersifat boros, berbahaya, dan tidak bermoral,
mendorong individualisme dan hedonisme. Padahal, para pakar Ekonomi Islam
memerintahkan umat Islam untuk senantiasa hidup sederhana dan menahan diri
dari konsumsi yang berlebihan. Terhadap segala budaya konsumen yang
terkesan sarat nilai-nilai budaya barat, Islam hadir untuk menawarkan
penangkal. (Kuran dalam Ozlem Sandicki, 2004)
Budaya konsumsi masyarakat di Indonesia sendirilah yang akhirnya
dipertanyakan, padahal, sudah sangat jelas dalam Al Al Qur'an, Allah
menjelaskan tentang konsumsi dan bagaimana memperlakukan sesuatu yang bukan
haknya. Surat Al A'raaf ayat 31 menjelaskan bagaimanakah konsumsi dalam
Islam:
( ((((((((( ((((((( ((((((( ((((((((((( ((((( ((((( (((((((( (((((((((
((((((((((((( (((( (((((((((((( ( ((((((( (( (((((( ((((((((((((((( ((((
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Dalam ayat diatas, sudah jelas sekali bahwa tindakan yang bersifat berlebih-
lebihan dilarang dalam Islam, berlebihan saja dilarang apalagi memakan
sesuatu yang bukan haknya. Tindakan ini dapat disamakan dengan tindakan
korupsi. Memakan sesuatu yang bukan haknya tertulis dalam Surat Al Baqarah
ayat 188:
(((( (((((((((((( (((((((((((( ((((((((( ((((((((((((( ((((((((((( ((((((
((((( ((((((((((( ((((((((((((( (((((((( ((((( ((((((((( ((((((((
(((((((((( ((((((((( ((((((((((( (((((
Artinya: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui.
Jadi, pada dasarnya, Al Al Qur'an sudah sangat jelas menjelaskan
tentang konsumsi dan bagaimana memperlakukan sesuatu yang bukan haknya.
Namun mengapa dewasa ini sikap konsumtif malah banyak terjadi? Manusia
menciptakan barang-barang yang tidak berguna, kemudian manusia lainnya
berlomba-lomba untuk mendapatkan barang yang sama sekali tidak berguna itu.
Jika dilihat dari teori ekonomi konvensional, hal ini sangat mungkin
terjadi mengingat hakikat manusia itu sendiri yang dilahirkan sebagai
makhluk ekonomi, dimana salah satu cirinya bertindak secara rasional;
manusia ingin hasil maksimal dengan pengorbanan seminimal mungkin.
Pengorbanan seminimal mungkin-inilah yang pada akhirnya menjadi masalah.
Dari sisi positif, pengorbanan seminimal mungkin bisa dilakukan dengan cara
bekerja dengan modal sekecil-kecilnya untuk memproduksi barang yang
bernilai ekonomis tinggi, misalnya mendaur ulang kaca untuk dijadikan
kerajinan tangan. Namun, masalahnya, pengorbanan seminimal mungkin malah
banyak dilaksanakan dengan cara negatif, contohnya memanfaatkan jabatan
tinggi untuk mendapatkan uang korupsi.
Bagi orang Indonesia sendiri, melakukan pengorbanan seminimal mungkin
adalah hal yang disukai. Banyak contohnya, seperti yang paling jamak
terjadi, kejadian korupsi, yang dilakukan mulai dari oknum pemerintah
dengan jabatan terendah sampai jabatan yang tinggi. Korupsi telah menjadi
budaya tersendiri di Indonesia, bahkan anak kecil pun telah akrab dengan
kata-kata korupsi. Hal ini tentu sangat ironis sekali. Bagaimana mungkin
anak kecil sudah akrab dengan kata-kata korupsi, jangan-jangan nanti
besarnya mereka lebih akrab untuk melakukannya. Bisa jadi.
Selain itu, mendirikan restoran dengan konsep membayar seikhlasnya di
Indonesia yang negaranya masih berada pada state ekonomi yang berkembang
adalah kurang strategis.
Namun yang pasti, mendirikan restoran yang berkonsep membayar
seikhlasnya itu bukanlah hal yang mustahil. Mengutip kata Audrey Hepburn:
nothing is impossible, the words itself says im-possible. Tidak ada istilah
tidak mungkin di dunia ini. mendirikan restoran dengan konsep membayar
seikhlasnya itu butuh tekad yang kuat. Jadi, kalau hanya kemauan,
mendirikan restoran seperti Der Wiener Deewan di Indonesia merupakan
sesuatu yang dapat mengantar pada kebangkrutan. Spekulasi tentang bisa atau
tidak pada awal mendirikan adalah hal yang wajar, Afzaal dan Natalie Deewan
pun, pada awal mendirikan Der Wiener Deewan juga tidak langsung berharap
usahanya akan langsung sukses besar, mereka membuat percobaan seminggu,
setelah melihat respons masyarakat yang bagus, barulah konsep pemasaran itu
dilanjutkan. Hasilnya, 7 tahun restoran Der Wiener Deewan dapat berdiri
tanpa kesulitan finansial yang berarti.
Jadi intinya, bukan masalah Indonesia adalah Negara berkembang, yang
memiliki masyarakat dengan mental negara berkembang. Tapi bagaimanakah
tekad seseorang dalam mendirikan usaha itu, bagaimana cara dia mengatasi
tantangan dalam usahanya. Bukankah Allah sendiri telah menjelaskan dalam
Surat Al Insyirah, bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan:
(((((( (((( (((((((((( ((((((( ((( (((( (((( (((((((((( ((((((( (((
Artinya: 5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

REKOMENDASI



Konsep restoran Der Wiener Deewan all you can eat, pay as you wish
merupakan sebuah konsep baru dalam sistem pemasaran suatu restoran.
Meskipun kebanyakan restoran menyajikan menu makanan dengan harga yang
sudah fix, namun Der Wiener Deewan malah membuat suatu konsep unik yang
terinspirasi akan nilai nilai kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi
maupun penerima, menyediakan menu makanan buffet dengan harga yang dapat
dibayarkan seikhlasnya, semampu pembeli.

Kepercayaan pemilik Der Wiener Deewan bahwa setiap manusia pasti memiliki
sisi kedermawanan patut dicontoh oleh pemilik restoran-restoran di
Indonesia. Meskipun jika dipikirkan, menciptakan restoran dengan konsep
yang sama dengan Der Wiener Deewan adalah hal yang mustahil, tidak berarti
hal tersebut tidak dapat dilakukan.

Kunci utama dalam membuat restoran dengan konsep membayar seikhlasnya ini
adalah keikhlasan itu sendiri, baik dari sisi penjual maupun pembeli.
Pembeli membayar dengan ikhlas sesuai dengan nilai makanan yang dia makan,
penjual dengan ikhlas menerima uang senilai produk yang ia berikan ke
konsumen. Dengan berpegang pada keikhlasan itulah, kasir di Der Wiener
Deewan selalu tersenyum berapapun uang yang diberikan oleh konsumennya.
Dan, konsumen yang sudah disenyumi bahkan sebelum dia memberikan alasan
kenapa dia membayar sedikit/ banyak, pasti hatinya akan senang. Dari hati
inilah akhirnya terbentuk bond antara penjual dan pembeli. Sehingga
konsumen jadi tak ragu akan kembali ke Der Wiener Deewan lagi.

Penulis membayangkan, apabila di sekitar Universitas Airlangga
terdapat restoran seperti itu, pasti mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari
perantauan, yang kadang masih telat mendapat uang saku, akan terbantu, dan
mereka memiliki tempat nongkrong yang lebih baik daripada sekedar nongkrong
di Warung Kopi. Penulis berharap, suatu saat restoran dengan konsep yang
sama dengan Der Wiener Deewan dapat berdiri di area yang dekat dengan
sekolah/ kampus. Disamping mendirikan restoran di area yang ditinggali
masyarakat berpendidikan, mungkin restoran itu juga harus memiliki aturan-
aturan khusus, jadi tidak serta merta semua orang dapat makan gratis, namun
orang-orang tertentu yang bisa makan gratis disana. Misalnya, jika restoran
itu berdiri di area dekat kampus, hanya mahasiswa yang IPK-nya selalu
menunjukkan kenaikan, yang boleh makan gratis di restoran tersebut. Dengan
begitu, adanya restoran tersebut turut membantu dan memotivasi mahasiswa/
mahasiswi yang sedang berjuang mencari ilmu itu untuk terus meningkatkan
prestasinya.

REFERENSI



David C. Bojanic. Customer Profile of the "carryout" Segment for
Restaurant. International Journal of Contemporary Hospitality Management,
Volume 19, No.1. Halaman 4

Jonathan Wilson. 2012. Looking at Islamic Marketing, branding and Muslim
consumer behaviour beyond the 7P's. Journal of Islamic Marketing, Volume 3,
No.3. Halaman. 5

Jonathan Wilson. 2012. The New Wave of Transformational Islamic Marketing.
Journal of Islamic Marketing, Volume 3, No.1. Halaman. 2

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Ozlem Sandicki. 2011. Researching Islamic Marketing: Past and Future
Perspective. Journal of Islamic Marketing, Volume 2, No.3. Halaman 5

Rais, Hanum. 2012. 99 Cahaya di Langit Eropa (cetakan ke 10). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Ratnasari, Ririn. 2012. Modul 1 Manajemen Pemasaran Islam. Surabaya:
Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga

Ratnasari, Ririn. 2012. Modul 2 Manajemen Pemasaran Islam. Surabaya:
Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga


Austria. 22 Mei 2013, pukul 00:01. http://id.wikipedia.org/wiki/Austria


Der Wiener Deewan (Main Website). 30 Juni 2013, pukul 20:44.
http://www.deewan.at/

Islam in Austria. 22 Mei 2013, pukul 00:15.
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Austria


Korupsi Dalam Pandangan Islam. 1 Juli 2013, pukul 17:07.
http://www.tabligh.or.id/2013/korupsi-dalam-pandangan-islam/


The Culture Food. 22 Mei 2013, pukul 00:30. http://www.csmonitor.com/The-
Culture/Food/2008/0714/p17s01-lifo.html

VOLKSZÄHLUNG Hauptergebnisse I 2001 – Wien. 1 Juli 2013, pukul 16:16.
ftp://www.statistik.at/pub/neuerscheinungen/vz01wien_web.pdf
Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.