Bambu, Material Potensial

September 10, 2017 | Autor: Christophorus Hasto | Categoría: Architecture, Bamboo Architecture, Arsitektur, Arsitektur Nusantara
Share Embed


Descripción

12





Bambu, Material Ramah Lingkungan yang Potensial
Christophorus Werner Hasto Prabowo
Email: [email protected]
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Indonesia
Fakultas Teknik
Program Studi Arsitektur

Abstrak
Pemanfaatan kekayaan alam untuk digunakan sebagai elemen pembentuk sebuah bangunan telah dilakukan oleh masyarakat sejak dulu. Pemanfaatan ini berkaitan dengan ketersediaan material lokal yang ada di daerah sekitarnya. Pada lingkup wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, hal ini tentu juga dilakukan oleh masyarakatnya. Diberkahi dengan tanah yang subur menjadikan berbagai tanaman dapat tumbuh subur disini, salah satunya adalah bambu. Bambu adalah tumbuhan sejenis rumput liar yang memiliki batang berbentuk tubular. Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan regenerasi dengan cepat, hanya memerlukan waktu 3-5 tahun penanaman , bambu sudah dapat dipanen, selain itu untuk pemanfaatannya tidak di perlukan energi serta teknologi tinggi dan lagi tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak alam. Dalam bidang arsitektur, bambu dapat bermanfaat sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bangunan, namun masih banyaknya pandangan yang menganggap bahwa bambu bukan merupakan material yang baik dan masih mempertanyakan akan kemampuan dari bambu padahal jika diolah secara optimal dan tepat, material bambu dapat menjadi tahan lama selain itu pun membuat bangunan menjadi ramah lingkungan terlebih dengan penggunaan bambu dinilai dapat menekan anggaran. Hal ini menjadikan bambu menjadi material ramah lingkungan yang potensial.

Kata kunci : bambu, ramah lingkungan, potensial.

Pendahuluan
Gambar 1. Bambu (sumber:google.com) Bambu adalah tumbuhan sejenis rumput liar yang memiliki batang berbentuk tubular. Bambu merupakan tanaman yang mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah maupun cuaca yang ada. Bambu dapat tumbuh mulai dari kondisi tanah yang sangat kering hingga yang sangat lembab.tidak hanya kemampuan beradaptasinya yang luar biasa namun juga bambu dapat tumbuh dengan sangat cepat. Cukup 3-6 tahun bambu sudah dapat di pergunakan sebagai bahan bangunan yang dengan perlakuan yang tepat dapat bertahan lama. Dalam pengolahannya pun tidak membutuhkan banyak energi serta tidak menghasilkan limbah yang dapat menggangu serta mencemari lingkungan. Hal ini yang membuat bambu menjadi material ramah lingkungan.
Gambar 1. Bambu (sumber:google.com)
Bambu bukan satu-satunya material alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan, namun alam juga menyediakan material lain yang kita kenal dengan kayu yang berasal dari beberapa jenis pohon tertentu, kayu merupakan salah satu material yang digemari di masyarakat, akan tetapi karena pertumbuhan serta regenerasinya yang dinilai lambat sedangkan permintaannya yang begitu tinggi ini mengakibatkan kelangkaan pada material ini. Selain itu material bangunan juga dapat berupa bahan olahan yang dikembangkan manusia seperti baja dan beton yang sering diaplikasikan dilingkup perkotaan, namun material olahan ini dinilai tidak ramah lingkungan karena proses pengolahannya yang membutuhkan banyak energi dan hal ini menyebabkan biaya produksi yang mahal terlebih lagi limbah dari hasil pengolahan ini dapat mencemari dan merusak lingkungan. Dengan begitu jika diamati dan dipertimbangkan lebih lanjut, hal ini menjadikan bambu sebagai material yang potensial untuk dikembangkan menjadi material bangunan, melihat regenerasinya yang cepat serta biaya produksinya yang relatif rendah jika dibanding dengan material olahan seperti baja dan beton.
Namun yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua orang menyadari keunggulan dari pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan. Mungkin disebabkan karena banyaknya paradigma negatif yang telah berkembang dimasyarakat terhadap bambu, muncul pandangan di masyarakat bahwa bangunan yang menggunakan material pabrikasi seperti baja dan beton dapat menaikan derajat sosial penghuninya , sementara rumah dengan material bambu dianggap bukan sebagai rumah permanen dan bahkan ada yang memiliki pandangan bahwa material bambu hanya dipergunakan oleh golongan tidak mampu.
Permasalahan yang akan diangkat pada penulisan ini ialah apakah manfaat bambu sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur.Tujuan dari penulisan ini ialah dapat menganalisis manfaat bambu sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur. Pada penulisan ini yang akan dikaji lebih lanjut ialah mengenai manfaat bambu sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur,
Dalam penulisan karya tulis ini dibagi dalam tiga tahap , yang pertama dalam pengumpulan data-data dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan (Library research). Dengan merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data tersebut lebih mengacu kepada data dari internet. Karena keterbatasan penulis dalam mencari data yang original. Selanjutkan mengidentifikasi data yang diperoleh dan diselesaikan dengan penarikan kesimpulan.
Mengenal bambu
Bambu adalah nama kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang melurus dengan batang yang biasanya tegak, kadang-kadang memanjat, mengayu, dan bercabang-cabang (Sastrapraja,dkk.,1977 dalam Wijaya,2003). Bambu secara botanis dapat digolongkan pada famili Gramineae. Berbeda dengan kayu, bambu tidak mengenal perkembangan gemang, bambu berkembang biak dengan akar rimpang, yaitu semacam rebung yang bukan akar maupun tandan. Akar rimpang tersebut akan mengikat batang bambu pada tanah dan membentuk kelompok menjalar lalu menjadi tunas baru(Heinz,2004). Famili Gramineae dibagi atas lima suku, yaitu Dendrocalaminae, Melocanninae, Bambusinae, Arundinaiinae serta Puellianae Bambu secara umum merupakan material yang bersifat orthotropic, yaitu memiliki sifat yang berbeda pada 3 arah sumbu; Longitudinal, radial, dan tangensial. Akan tetapi bambu juga merupakan material yang bersifat biological. Perbedaan dan ketidakkonsistenan sifat karakteristik bambu disebabkan beberapa faktor, antara lain: jenis bambu, umur bambu, keadaan tanah, keadaan lingkungan, dan bagian batang bambu. Bambu tua biasanya berumur lebih dari 3 tahun, bambu dewasa berkisar antara 2-3 tahun, dan bambu muda berkisar antara 0-2 tahun. Bambu tua memiliki warna permukaan kulit yang sudah berubah dari warma asli (agak putih) dan bercorak akibat ditempeli jamur. Pada bambu muda masih banyak terdapat pelepah pada batang dan warna batang masih hijau. Bambu merupakan bahan bangunan dari alam yang dapat dibudidayakan dan tumbuh terus menerus dengan regerenerasi cepat. Selama tumbuh, bambu mengikat carbondioksida dari udara dan memproduksi oksigen melalui proses asimilasi.
Jenis bambu
Dalam majalah Ide seri rumah yang mengangkat topik Bambu untuk Rumah Modern, Imelda Akmal Architectural Writer Studio memaparkan bahwa dari 1500 jenis bambu di dunia, 170 jenis (11%) diantaranya berasal dari Indonesia. Namun berdasarkan buku Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu dan majalah Ide seri rumah Bambu Untuk Rumah Modern dipaparkan bahwa dari 170 jenis bambu yang berasal dari Indonesia ini hanya ada lima jenis bambu yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai material bangunan, yaitu bambu petung, bambu gombong, bambu tali,bambu hitam, bambu ori. Bambu-bambu ini memiliki karakter yang berbeda-beda dan tentu memiliki kegunaan yang berbeda pula jika dijadikan sebagai material bangunan, mulai dari sebagai elemen struktur bangunan sampai elemen dekorasi atau pelengkap bangunan. Untuk mendapat kualitas bambu terbaik yang akan digunakan sebagai material bangunan, selain diperhatikan jenisnya, bambu yang akan digunakan pun harus merupakan bambu yang sudah tua sekitar 3-5 tahun dan sebelum digunakan bambu terlebih dahulu di awetkan agar dapat semakin tahan lama, baru dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Berikut merupakan pengenalan akan bambu yang telah disebutkan di atas:
Gambar 2. Bambu petung (sumber:google.com)Bambu Petung (Dendrocalamus Asper). Bambu jenis ini memiliki rumpun yang agak rapat, Bambu yang amat kuat, dengan jarak ruas pendek, tetapi dengan dindingnya tebal sehingga tidak dapat terbilang elastis, bambu jenis ini berdiameter 8-13cm, panjang batang 10-20 m, panjang ruas berkisar antara 40-60cm, berwarna hijau kekuning-kuningan.. Bambu ini sering ditanam dan tumbuh pada daerah berketinggian 400-500m, dengan curah hujan 2400mm/tahun. Bambu jenis ini biasanya digunakan sebagai struktur utama bangunan, yaitu kolom, balok, maupun struktur atap.
Gambar 2. Bambu petung (sumber:google.com)
Gambar 3. Bambu gombong (sumber:google,com)Bambu Gombong (Gigantochloa Pseudoarundinacea). Bambu ini memiliki diameter 10cm dan berwarna hijau kekuningan. Pelepah buluhnya mempunyai daun yang berbentuk lanset, kuping pelepah buluhnya kecil. Di Indonesia jenis ini dapat ditemukan di daerah dengan ketinggian 0-700 m dari permukaan laut dan beriklim kering.Bambu gombong bisa tumbuh hingga mencapai 20m.
Gambar 3. Bambu gombong (sumber:google,com)
Gambar 4. Bambu Tali (sumber:google.com)Bambu Tali/Apus (Gigantochloa Apus) Bambu yang sangat elastis karena diameter dan ukuran bambu ini yang tergolong kecil dengan jarak ruas sampai 65cm dan dengan diameter 4-8cm, serta panjang batang 6-13m dengan warna hijau kekuning-kuningan, mudah tumbuh di berbagai area. Bambu ini biasa di gunakan sebagai usuk dan reng pada konstruksi atap bambu.
Gambar 4. Bambu Tali (sumber:google.com)
Gambar 5. Bambu Hitam (sumber:google.com)Bambu Hitam/Wulung (Gigantochloa Verticillata). Seperti namanya bambu jenis ini hitam dan mudah di temui di daerah jawa. Bambu wulung memiliki ruas yang cukup panjang seperti pada bambu tali/apus yang jarak ruasnya mencapai 65cm, akan tetapi bambu jenis ini tebalnya sampai 2cm dan hal ini mengakibatkan jenis ini tidak liat (getas), bergaris kuning muda. Bambu ini berdiameter 4-10cm dengan panjang batang 7-18m.
Gambar 5. Bambu Hitam (sumber:google.com)
Gambar 6. Bambu Ori (sumber:google.com)Bambu Ori /Duri (Bambusa Blumeana) Bambu ini berkarakter kuat dan besar seperti bambu petung, jarak ruas yang pendek dengan dinding tebal, bagian luar (kulit) lebih halus dan licin dibanding dengan jenis bambu lainnya , selain itu juga lebih keras dibanding bambu lainnya. Bambu ini berdiameter 7-10 cm dengan panjang batang 9-18m. Tumbuh di tanah basah, disepanjang sungai. Masa panen bambu ini dapat dilakukan setelah umur 3 tahun.
Gambar 6. Bambu Ori (sumber:google.com)
Sifat mekanika bambu
Menurut Heinz Frick di dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, secara teoretis sifat mekanika material bambu bergantung pada:
Jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan
Umur bambu dan waktu penebangannya
Kelembapan ( kadar air keseimbangan ) pada batang bambu
Bagian batang bambu yang digunakan (bagian kaki, pertengahan, atau kepala)
Letak dan jarak ruasnya masing-masing (bagian ruas kurang tahan terhadap gaya tekan dan lentur).

Penetapan karakter material bambu ini berdasarkan prasyarat pada iklim tropis seperti di indonesia. bahwa bambu yang dipergunakan dalam pembangunan merupakan bahan bangunan yang kering dengan kadar air 12%. Hal ini merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembapan udara 70% yang dapat dianggap sebagai nilai rata –rata yang wajar pada iklim tropis. Berikut merupaka sifat mekanika dari bambu:
Kuat tarik
Kuat tarik merupakan ketahanan suatu benda menahan gaya luar yang berupa gaya tarik yang bekerja pada benda tersebut. Morisco pada tahun 1994-1999 telah melakukan pengujian terhadap kuat tarik bambu. Hasil yang didapatkan kuat tarik kulit bambu ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm persegi, atau sekitar dua kali tegangan luluh baja, sedangkan kuat tarik rata-rata bambu tetap lebih tinggi jika dibanding dengan luluh baja.
Kuat tekan
Kuat tekan merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang datang pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan bagian-bagian benda secara bersama-sama. Dalam penelitian Morisco pada tahun 1994-1999 di dapat bahwa kuat tekan salah satu jenis bambu, yaitu bambu petung ialah 548MPa pada ujung batang.
Kuat geser
Kuat geser merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang datangpada arah sejajar serat dan cenderung menekan bagian-bagian benda secara tidak bersama-sama atau dalam arah yang berbeda. Kuat geser bambu sangat kecil jika dibandingkan dengan kuat tarik dan kuat tekan bambu.
Kuat lentur
Gambar 7. bambu material yang lentur (sumber:fubiz.net)Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan batang bambu atau menahan muatan mati atau hidup. Katena bambu merupakan bahan yang elastis, maka lendutan yang terjadi sesuai kekuatan bahan menjadi agak tinggi(rata-rata 1/20).
Gambar 7. bambu material yang lentur (sumber:fubiz.net)

Pengawetan bambu
Bambu mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat sihi dan kelembapan tinggi di daerah tropis. Serta memiliki kadar selulosa 50% lebih banyak dibanding kayu. Maka jika tanpa pengawetan dan pemeliharaan yang benar , maka bambu yang digunakan sebagai material konstruksi hanya dapat bertahan paling lama 2-3 tahun saja. Sedangkan jika dengan pengawetan dan pemeliharaan yang baik dapat bertahan hingga lebih dari 15 tahun. Dalam proses pengolahan bambu itu sendiri ada beberapa hal yang paling memperngaruhi yaitu masa memotong batang bambu, perawatan, pengeringan, dan pengawetan bambu (Heinz, 2004).
Masa memotong batang bambu ( Pemanenan)
Gambar 8. Proses pemotongan bambu (sumber: oswasngabar.wordpress.com)Penelitian menunjukkan bahwa bambu sebagai bahan bangunan sebaiknya dipotong pada umur 3-6 tahun. Pada umur itu, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi, dan paling tahan terhadap hama dan jamur jika dirawat dan dikeringkan dengan baik. Batang bambu dipotong sekitar 15-30 cm (ruas kedua) diatas tanah, langsung pada bagian bawah sebuah ruas (buku) supaya air dapat masuk pada ruas yang terbuka, sehingga cepat membusuk yang dapat menghasilkan tunas baru. Untuk menebang batang bambu, harus selalu menggunakan parang.
Gambar 8. Proses pemotongan bambu (sumber: oswasngabar.wordpress.com)
Sampai saat ini masih banyak mitos-mitos yang dipercayai di masyarakat bahwa bambu yang baik hanya boleh ditebang pada hari-hari tertentu, yaitu Senin, Rabu, dan Minggu. Bambu tidak boleh ditebang pada Selasa, Jumat dan Sabtu. Waktu tebangnya pun tidak bisa sembarangan, penebangan bambu yang benar adalah saat subuh pada saat bulan tua (pada seperempat terakhir sebelum bulan gelap), karena batang bambu pada waktu ini dinilai paling kering dan menghindari kadar gula tinggi yang dapat mengundang hama. Bambu juga tidak boleh ditebang saat rebung baru tumbuh, hal ini dipercaya akan mengakibatkan kekuatan bambu itu akan berkurang mudah rapuh. Lalu jika sudah berbunga bambu tidak boleh digunakan karena dipercaya bambu yang sudah mengeluarkan bunga merupakan pertanda bahwa bambu akan segera mati.
Gambar 9. Bercak putih , ciri bambu tua (sumber:bambumedan.blogspot.com)Lalu khususnya bambu petung penebangan harus dilakukan pada saat setengah tua (Sekitar 2 tahun), karena jika terlalu tua akan mudah retak. Sedangkan untuk bambu lain harus ditebang pada usia yang paling tua. Ciri bambu yang sudah tua dan siap tebang adalah menurut jatnika dalam wawancara mengenai bambu:
Gambar 9. Bercak putih , ciri bambu tua (sumber:bambumedan.blogspot.com)
Sudah mengeluarkan bercak putih pada batang bambu
Sudah tidak terdapat kelopak yang membungkus tiap ruas bambu
10 ruas keatas dari tanah sudah berakar
Berbunyi nyaring saat dipukulkan batangnya.
Seratnya sudah berwarna cokelat.
Sudah tidak berbau, karena bambu muda berbau seperti tebu/gula.

Perawatan dan Pengeringan bambu
Perawatan bambu yang paling baik dilaksanakan langsung pada tempatnya.. Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum dipotong/ atau di tempat teduh. Batang bambu tersebut harus terlindungi terhadap kelembapan tanah yang akan naik dengan menggunakan sebuah batu dibawah batang. Batang bambu ini dibiarkan daam keadaan demikian selama 1-2 bulan. Setelah itu di rendam dengan air garam dan kapur sekitar satu minggu. Lalu ditiriskan sekitar 2-3 hari.
Gambar 10. Proses pengeringan bambu (sumber:lincakgentan.files.wordpress.com)Cara perawatan secara tradisional lainnya adalah dengan merendam batang bambu sebelum digunakan selama satu bulan di dalam air tawar, air payau, atau air laut yang tenang atau mengalir sehingga kandungan kanji akan dicuci atau hilang. Di dalam air, Bakteri Anaeorob menyerang kanji didalam batang bambu dan mengubahnya menjadi zat yang kurang lezat bagi hama , dan menjadi kurang subuh bagi jamur.Perendaman bambu sebaiknya dilakukan setelah bambu dikeringkan terlebih dahulu, baru kemudian dapat direndam seluruhnya. Atau pun dengan cara perawatan yang ketiga dengan menggunakan api, api bertujuan untuk menghasilkan asap yang dapat membasmi hama yang berada di dalam batang bambu dan juga dapat memperkeras permukaan bambu. cara ini juga dapat meluruskan maupun membengkokan batang bambu(Heinz,2004).
Gambar 10. Proses pengeringan bambu (sumber:lincakgentan.files.wordpress.com)
Telah banyak percobaan dan penelitian mengenai cara pengawetan bambu. Pada dasarnya pengawetan bambu adalah proses memasukkan bahan kimia/ pengawet ke dalam bambu agar keawetannya bertambah dan lebih tahan lama terhadap organisme perusak(Imelda Akmal,2011). Pengawetan bambu pun terdapat berbagai metode, mulai dari pengawetan dengan perendaman, batang bambu atau bilah bambu direndam dalam larutan pengawet, larutan pengawet ini dapat berupa larutan borak yang mudah didapat kan.
Gambar 11. Boucherie Process (sumber:Majalah Ide seri rumah, Bambu Untuk Rumah Modern)Lalu cara selanjutnya dengan metode pengaliran (boucherie process), cara ini dianggap paling efisien. Yaitu batang bambu yang baru dipotong (termasuk tangkai dan daunnya) disambung dengan slang pada ujung kakinya, lalu dihubungkan ke drum besi yang mengandung bahan pengawet. Bahan pengawet dari drum besi ini akan mengalir di dalam batang bambu mulai dari pangkal sampir ujung batang. Proses ini memakan waktu 2-5 hari. Lalu ada cara difusi, yaitu Batang bambu dimasukkan ke dalam drum besi besar yang sudah di berikan bahan pengawet berbentuk pasta, nantinya bahan pengawet ini akan diisap oleh pembuluh rambut yang ada di batang bambu sampai menguap melalui daunnya. Cara ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan akan sulit jika batang bambu terlalu panjang. Cara pengawetan selanjutnya dapat dengan cara pengecatan dengan zat penolak seranggga. Daun dari pohon imbau (azadirachta indica) dihancurkan dan digilas sehingga menghasilkan sari daun. Karena sari tersebut mengandung insektisida alam yang tidak disukai serangga, maka sari ini dapat dicatkan pada batang dan konstruksi bambu yang sudah dalam keadaan kering sehingga dapat menolak serangga (Heinz,2004).
Gambar 11. Boucherie Process (sumber:Majalah Ide seri rumah, Bambu Untuk Rumah Modern)
Pembahasan
Hampir semua bagian bangunan dapat menggunakan material bambu, mulai dari elemen strukturnya ataupun sekedar sebagai elemen dekorasi . Bambu sudah diakui sebagai bahan bangunan yang dapat disejajarkan dengan kau dan dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti kayu. Di berbagai kejadian bencana gempa bumi yang beberapa tahun lalu pernah terjadi, ternyata rumah dengan konstruksi rangka bambu terbukti lebih kuat jika dibandingkan dengan rumah tembok (Imelda Akmal,2011).
Bambu Sebagai Elemen Struktur
Fondasi
Merupakan elemen struktur yang menghubungkan bangunan dengan tanah, fondasi berperan untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban hidup maupun beban mati yang ada pada bangunan tersebut. Menurut Heinz Frick bambu tidak dapat dipergunakan sebagai bahan fondasi yang berhubungan langsung dengan tanah. Karena bambu adalah material yang organik, bambu mudah membusuk jika bersentuhan langsung dengan tanah yang lembap. Oleh karenanya jika ingin dijadikan sebagai fondasi, fondasi harus dibuat sedemikian rupa agar ada jarak antara bambu dengan tanah. Fondasi umpak untuk konstruksi rumah panggung merupakan jenis fondasi yang cocok untuk bambu. dengan demikian bambu dapat tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Kolom
Kolom merupakan elemen struktur yang sangat vital bagi bangunan yang pada umumnya terdiri dari besi, baja, beton bertulang, ataupun kayu. Namun jika diolah dengan baik bambu juga dapat dipergunakan sebagai kolom , baik hanya dengan batang bambu utuh hingga dijadikan Bambucrete yang dapat menggantikan beton bertulang untuk bangunan berskala kecil. Dalam majalah Ide yang berjudul Bambu untuk rumah modern yang ditulis oleh Imelda Akmal Architectural Writer Studio menjelaskan bahwa ada langkah-langkah untuk pembuatan kolom bambu ini.
Pilih Bambu yang berdiameter cukup besar, misalnya bambu petung, ataupun bambu tali berdiameter kecil yang dapat digunakan dengan cara menggabungkan beberapa bambu tersebut menjadi satu kesatuan dengan menggunakan pasak atau kawat.
Lilit seluruh permukaan bambu dengan kawat ayam.
Perkuat dengan paku 3-4 cm dengan jarak 15-20cm.
Lapisi seluruh permukaan bambu yang telah dililit kawat ayam deengan vernis, hal ini guna memberi perlindungan terhadap batang bambu.
Lapisi dengan semen adukan yang encer, lalu diamkan hingga adukan dalam keadaan setengah kering.
Plester dengan bentuk bulat mengikuti bentuk bambu atau bentuk persegi sesuai dengan yang telah dibuat.

Dinding
Gambar 12. Dinding Bambu Plester (sumber:finance.detik.comSuatu konstruksi dinding harus memenuhi tuntutan yang berbeda, misalnya menerima dan menyalurkan beban, menutup dan memisahkan ruang dalam dan ruang luar , memberi perlindungan terhadap cuaca, serta menanggulangi suara atau kebisingan (Heinz,2004). Dalam majalah Ide yang berjudul Bambu untuk rumah modern yang ditulis oleh Imelda Akmal Architectural Writer Studio,Bambu dapat dijadikan material dinding dengan berupa anyaman, gedek, dan pelupuh tanpa di berikan pelapisan apapun, atau dengan bisa juga dilakukan pelapisan dengan plester agar memberi tampilan modern. Dengan perbandingan plester 1 Pc : 4 Pasir. Plesteran dipersyaratkan tidak lebih dari 2cm untuk satu permukaan. Jika dilakukan pelapisan plesteran dua muka, akan diperoleh tebal=2 cm + 2cm + 3cm(lebar anyaman bambu) = 7cm. jauh lebih tipis jika dibandingkan dengan dinding yang terbuat dari bata yang memiliki tebal hingga 15cm.
Gambar 12. Dinding Bambu Plester (sumber:finance.detik.com
Penutup Atap
Penutup atap merupakan kulit pelindung kuda-kuda atap dan ruang dibawahnya, penutup atap harus kedap air, tahan cuaca, tahan terhadap bunga api penerbangan, berbobot ringan, dan berdaya tahan lama Dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Heinz Frick memaparkan Bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup atap, mulai dari batangnya hingga daun bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup atap.
Penutup atap sirap bambu
Gambar. Penutup atap kelaka(sumber:google.com)Sirap bambu dibuat dari bilah bambu dengan panjang sesuai bambu yang akan dipergunakan. Pada bagian kulit dipotong sebuah lidah yang akan dapat dijepit di antara satu pasangan reng berjarak 50mm. bagian dalam sirap mencembungkan ke atas sehingga air hujan dapat mengalir dengan baik.
Gambar. Penutup atap kelaka(sumber:google.com)
Penutup atap kelaka
Penutup atap kelaka dibuat dari batang belah bambu. Pada bagian ujung atas (balok bubungan) bambu dilubangi dan diikat satu sama lain secara cekung cembung.
Penutup atap daun bambu
Penutup atap daun bambu memiliki beberapa kekurangan yaitu, membutuhkan lebih banyak reng, kemiringan atap minimal 45 derajat, serta bobotnya yang berat. Namun demikian, ketahanan atap daun bambu yang cukup tebal ( >10cm), bisa 6-8 tahun, melebihi atap rumbia yang hanya 3-4 tahun.

Penutup Lantai
Penutup lantai merupakan perlengkapan bangunan dengan guna sebagai tempat pijakan. Material untuk digunakan sebagai penutup lantai harus dipilih yang tahan lama atau yang dapat diganti dengan mudah. Dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Heinz Frick memaparkan Bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup lantai
Lantai dari batang bambu
Penutup lantai dari batang bambu merupakan konstruksi lantai yang dibebani tinggi atau dengan jarak balok lantai batang bambunya agak lebar
Lantai dari bilah bambu
Bilah bambu difungsikan sebagai pelengkap lantai dari batang bambu agar permukaan bidangnya menjadi lebih rata. Jika bilah bambu dipaku , lubang hendaknya dibor dahulu pada balok lantai dari batang bambu yang akan dikenai bilah tersebut.
Lantai anyaman bambu
Hampir sama dengan lantai dari bilah bambu, hanya saja pada jenis penutup lantai ini bilah bambunya dibuat anyaman.
Lantai Pelupuh
Gambar 14. Bambu laminasi (sumber:lantaibambu.com)Penutup lantai yang sering disebut bambu laminasi pada kalangan pengrajin, penutup lantai yang paling sederhana, berbentuk seperti parket kayu karena bentuknya juga yang lembaran dengan modul-modul berukuran tertentu. Modul yang digunakan biasanya 40x120cm. cara pemasangannya cukup dengan diletakkan diatas pelat lantai yang kemudian dilapisi busa dan tripleks, pelapisan ini berfungsi untuk menghindari kelembapan.
Gambar 14. Bambu laminasi (sumber:lantaibambu.com)

Pelat Lantai
Gambar 15. Tulangan Bambu (sumber:septanabp.files.wordpress.com)Pelat lantai merupakan konstruksi pemisah ruang secara vertikal pada bangunan bertingkat. Pelat lantai berfungsi untuk menerima dan menyalurkan beban. Pada umumnya material yang dipergunakan adalah sebagai tulangannya adalah besi yang kemudian dilapisi sesuai keinginan pengguna. Bambu dapat menggantikan bertulang besi sebagai material pelat lantai, dengan menggunakan tulangan bambu, biaya pembangunan dapat ditekan. Pemasangannya pun relatif tidak sulit karena tidak memerlukan ketrampilan khusus. Hanya saja karena bambu adalah material organik dan beton sebagai pelapisnya nanti merupakan bahan yang bersifat alkali (pH = 13) sehingga dapat merusak bambu. Alkali dapat merusak pektin yang mengikat serat selulosa dalam bambu sehingga bambu menjadi cepat rusak. Namun belakangan mulai ditemukan cara untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan bambu yang akan dipergunakan sebagai tulangan bambu dilapisi aspal lalu ditaburi pasir. Aspal dan pasir bertujuan agar bambu dengan beton tidak bersentuhan secara langsung.
Gambar 15. Tulangan Bambu (sumber:septanabp.files.wordpress.com)


Bambu sebagai Elemen Dekorasi
Plafon
Gambar 16. Plafon skylight bambu (sumber:binggor.com)Bambu juga dapat dipergunakan sebagai elemen dekorasi yang memberikan unsur estetis tersendiri dan memberikan kesan alami bagi pengunanya. Plafon dapat dibedakan menjadi dua, plafon biasa yang berfungsi untuk menyembunyikan rangka atap agar tidak terlihat dari bawahnya, dan plafon skylight yang berfungsi memasukkan cahaya matahari agar dapat masuk ke dalam bangunan. Penggunaan bambu pada jenis plafon yang pertama biasanya dapat menggunakan lembar anyaman ataupun bilah bambu seperti yang biasa dijumpai pada rumah-rumah tradisional. Sedangkan untuk jenis plafon yang kedua, bambu yang sudah dipotong dapat di susun dengan pemberian jarak. Sehingga cahaya matahari dapat tetap masuk ke dalam bangunan.pada plafon skylight diperlukan pemberian fiberglass diatas plafon agar jika ada kotoran tidak langsung jatuh ke dalam ruangan.
Gambar 16. Plafon skylight bambu (sumber:binggor.com)
Tangga
Gambar 17. Railing bambu (sumber:archiandesigns.files.wordpress.com)Penggunaan bambu laminasi tidak hanya bisa difungsikan sebagai penutup lantai ruangan saja, namun juga bisa dipergunakan untuk penutup pijakan tangga. Pijakan tangga ini dapat dikombinasikan dengan struktur kayu atau struktur beton bertulang. Membuat railing pada tangga pun dapat menggunakan bambu, dengan disusun secara vertikal dan horizontal. Dengan seperti ini nuansa bambu akan semakin kuat.
Gambar 17. Railing bambu (sumber:archiandesigns.files.wordpress.com)
Pintu, Jendela, Rooster
Jendela dan rooster memiliki fungsi untuk memasukan udara serta cahaya matahari ke dalam suatu bangunan. Sedangkan pintu memiliki fungsi sebagai lubang pada batasan ruang dan memungkinkan orang melewati ruang satu dengan yang lain. Untuk keperluan ini, bambu dapat dibuat anyaman, susunan batang bambu utuh, maupun laminasinya. Penggunaan bambu dapat dikolaborasikan dengan material lain seperti besi ataupun kayu.



Penutup
Kesimpulan
Pemanfaatan penggunaan bambu sebagai elemen struktur dan dekorasi selain menambahnya pilihan dalam eksplorasi bahan juga dapat turut serta berperan dalam menggencarkan isu bahwa bangunan haruslah ramah lingkungan dan mau berdamai dengan alam. Dengan demikian bangunan dan alam dapat saling bersinergi untuk saling menjaga dan saling menguntungkan. Selain itu juga dapat menegaskan bahwa untuk terus mengikuti arus perkembangan zaman, tidaklah turut meninggalkan potensi alam dan beralih ke material industri yang dapat merusak alam. Melainkan tetap terus menggali potensi alam dengan cara-cara yang kekinian namun tetap pada hakikatnya yaitu tidak merusak alam dan menggangu ekosistem lingkungan hidup.
Saran
Masih banyak pihak yang menyangsikan bahwa bambu bukanlah material yang tepat untuk era sekarang ini, ataupun menganggap bahwa bambu adalah material kuno, murahan, dan untuk kalangan kurang mampu sehingga pengembangan bambu masih dirasa minim untuk sebuah daerah yang memiliki 170 jenis bambu lokal. Dengan regenerasi yang cepat dan penanaman yang tidak sulit, membuat bambu menjadi material yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jika pengembangan ini bisa gencar dilakukan dan masyarakat bisa mengubah paradigma yang dimiliki selama ini lalu mulai percaya pada bambu, bukan tidak mungkin hal ini juga berdampak kearah yang lebih makro yaitu, lingkungan dan alam di Indonesia bisa diperbaiki kearah yang lebih baik.
Ucapan terimakasih
Dalam penulisan karya tulis ini telah banyak pihak yang telah memberikan inspirasi serta dukungan kepada saya, maka untuk itu ucapan terima kasih saya berikan kepada
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan penyertaan, serta rahmat kesehatan dalam melancarkan pengerjaan karya tulis ini dari awal hingga akhir.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah menyertakan matakuliah ini pada program studi arsitektur yang memberikan pengetahuan dalam penulisan kepada saya.
Bapak Ignasius Purwanto, selaku dosen pada mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah dan Karya Desain yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan dan memberikan banyak masukan yang amat berguna bagi saya.
Ibu Wiwik Purwati, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memotivasi saya dalam berarsitektur, untuk terus semangat dan pantang menyerah.
Bapak Agustinus Paryono, Ibu Theresia Ristu, Kakak Yohanes Sabastian, Adik Leonardus Hananto selaku keluarga yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan kepada saya dan menambah inspirasi dalam penulisan karya tulis ini.
David Anju.B, Dionisius A.S, Hara Natal, Oktavianus .P, Roy Regian, Virgilius .W, Christanto Meidio, Ignatius .K, selaku teman yang sangat dekat dengan saya yang selalu memberikan dukungan dan masukan dalam penulisan karya tulis ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan informasi dan pemahaman baru mengenai bambu sebagai material ramah lingkungan yang potensial.



Daftar Pustaka
Frick, Heinz. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu.Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Frick, Heinz/FX. Bambang Suskiyatno. Dasar-dasar eko-arsitektur. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Akmal, Imelda. Bambu Untuk Rumah Modern. Jakarta: Gramedia, 2011.
Media Internet
https://bamboeindonesia.wordpress.com/pengawetan/artikel-keanekaragaman-bambu/bambu-awet/ [diunduh 25 November 2014]
https://bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/ [diunduh 25 November 2014]
https://www.academia.edu/5271957/Bambu_Konstruksi_Hijau_Berkelanjutan_ [diunduh tanggal 30 November 2014]
http://www.astudioarchitect.com/2012/05/bambu-material-bangunan-masa-depan.html [diunduh tanggal 30 November 2014]
http://books.google.co.id/books?id=YYgdojHYVwkC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=sambungan+bambu+tipe+pasak&source [diunduh 30 November 2014]
https://septanabp.wordpress.com/tag/bamboo-plastered-wall/ [diunduh 2 Desember 2014]
http://www.academia.edu/8123912/Bambu_Sebagai_Bahan_Konstruksi_dan_NonKonstruksi [diunduh 2 Desember 2014]
http://www.ideaonline.co.id [diunduh 3 Desember 2014]




Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.