ANTIVIRAL

July 19, 2017 | Autor: Azizah Yusra | Categoría: Android
Share Embed


Descripción



MIKROBIOLOGI II
ANTIVIRAL




Disusun oleh :
Azizah Yusra 1302101010220
Kelas : 4
Universitas Syiah Kuala
2015

KATA PENGANTAR

Assalam mualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah yang maha kuasa karena berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang virus yang di berikan kepada dosen kami selaku pengajar mata kuliah Mikrobiologi. kami akan menyajikan makalah kami yang berjudu lAntiviral
Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan makalah ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik dan saran dari Ibu, teman-teman, dan siapapun yang membaca makalah ini, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan kami agar tetap terus barusaha untuk lebih baik. Kami sangat berharap saran dan kritik agar kami dapat menjadi lebih baik lagi.
Wasalam mualaikum wr.wb

Banda Aceh, 13 Mei 2015









DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 4
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Antiviral……………………………………………………………………… 6
BAB III PENUTUP 13
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13












BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun asal hewan. Misalnya bisa ular dan air ludah dan "anjing gila". Dinamakan demikian karena waktu itu belum diketahui adanya mikroorganisme dalam cairan yang dapat menularkan penyakit dari satu individu ke individu lain. Dengan diketahuinya perbedaan antara racun dengan bahan infektif maka virus diartikan sebagai cairan hidup penular penyakit.
Walaupun penyakit yang disebabkan oleh virus telah jauh lebih lama diketahui (misalnya penyakit cacar pada manusia telah diketahui sejak abad X sebelum masehi oleh orang Cina. Usaha yang berkaitan dengan pengenalan sifat-sifat virus baru dimulai akhir abad XVIII antara lain oleh Edward Janner seorang dokter berkebangsaan Inggris, berhasil membuat infeksi buatan virus cacar sapi (Vaccinia) dari seorang wanita pemerah susu kepada seorang anak, sebagai usaha pengebalan terhadap penyakit cacar orang.
Kemajuan ilmu pengetahuan khususnya biologi dan mikroskopi yang dimulai sejak abad lalu telah membantu mengungkapkan lebih banyak lagi sifat- sifat virus sehingga diperoleh pengertian yang sebenarnya mengenai defenisi virus serta manfaatnya bagi kesejahteraan umat manusia.
Virus adalah "parasit" yang hanya bisa hidup dan berkembang biak dalam sel hidup yang peka atau cocok untuk virus. Virus tidak mampu tumbuh atau membelah diri seperti halnya mikro mikroorganisme lain dan proses reproduksinya hanya menggunakan asam inti melalui suatu proses biosintesa kompleks.
Obat antivirus adalah obat yang menghambat atau merusak replikasi virus. Obat-obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat-obat tersebut adalah analogpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis virus DNA.
Virus hanya dapat ditanggulangi oleh antibodies selama masih berada di dalam darah. Bila virus sudah masuk ke dalam sel, segera system-interferon dengan khasiat antiviralnya turun tangan, lazimnya dalam beberapa jam setelah dimulainya infeksi. Interferon adalah protein yang dibentuk oleh sel-sel terinfeksi virus dengan maksud melindungi sel-sel lain terhadap penyebaran infeksi.



















BAB II
PEMBAHASAN
Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi antivirus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes.
Sejak ditemukannya penisilin untuk pengobatan infeksi kuman pada tahun 1940, telah banyak antibiotic yang dihasilkan untuk menghambat pertumbuhan kuman pathogen maupun kuma apatogen. Diantara antibiotic tersebut yang banyak digunakan untuk mengobati penyakit hewan selain penisilin adalah streptomisin,kloramfenikol dan tetrasiklin. Selain bakteri,ricketsia dan clamidia juga peka terhadap anti biotic karena mereka memiliki dinding sel dan berkembang biak secara membelah dua serta tidak seluruh proses pembiakannya tergantung pada aktifitas biosintesis sel induk semang. Sebaliknya virus tidak peka terhadap antibiotic karena baik struktur ataupun cara berbiaknya berbeda dari bakteri. Namun demikian, belakangan ini diketahui bahwa pertumbuhan sejumlah virus ARN dan AND dapat dihambat oleh beberapa bahan kimia dan anti biotic. Akan tetapi sangat disayangkan bahan-bahan penghambat virus tersebut sangan toxic terhadap sel tubuh karena eratnya hubungan proses replikasi virus dan sel. Oleh karena itu bahan-bahan tersebut tidak dapat digunakan dengan baik dalam pengobatan terhadap penyakit manusia dan hewan.
Secara teori, bahan-bahan penghambat pertumbuhan virus dapat bekerja dengan berbagai cara yaitu melalui penghambat terjadinya adsorbs dan penetrasi virus kedalam sel, atau penghambatan proses biosintesis atau penghambatan proses perakitan dan pematangan virus.
Penggunan bahan penghambat adsorbsi virus tidak banyak manfaatnya dalam pengobatan penyakit karena pada saat hewan telah menunjukkan gejala klinis sakit, sesudah banyak sel dalam jaringan yang rusak dan banyak virus yang berpindah ke sel lain melalui jembatan sitoplasma antarsel tanpa melalui adsorbsi; bahkan antibody sekalipun tidak dapat menghambat penyebaran virus tersebut.
Pembiakan virus tergantung pada metabolism sel induk semang, jadi dapat dimengerti bahwa obat penghambat infeksi virus harus dapat menghambat proses biosintesis virus tanpa merusak sel, misalnya dengan cara merusak enzim yang spesifik virus yang hanya dibutuhkan oleh virus untuk pembiakannya.
Mencari obat anti virus tidaklah mudah karena obat-obat yang baik pada uji-uji invitro tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan pada uji-uji invitro, antara lain karena terjadinya reaksi anafilaksis atau menimbulkan aefek toxic atau obat tersebut tidak bermanfaat karena terlalu cepat diekskresikan dari dalam tubuh. Namun demikian, sebagai hasil usaha selama bertahun-tahun, telah ditemukan juga beberapa bahankimia yang dapat menghambat infeksi virus baik invitro maupun invivo.
Bahan-bahan tersebut selain berguna untuk terapi (pengobatan) dan pencegahan infeksi virus juga dipakai untuk mempelajari sifat biologi virus serta mekanisme infeksi virus. Pengobatan infeksi virus hanya diterapkan pada infeksi secara local, kalaupun terjadi kerusakan sel tubuh masih dapat diimbangi oleh kemampuan regenerasi jaringan tersebut.
Terdapat sejumlah bahan kimia yang menghambat multiplikasi viru dan dapat digunakan untuk pengobatan infeksi virus misalnya: amantadine, cyclooctylamine hydrochloride, isoquinoline (IUDR), methisazone, aranotine, adenine, arabinoside (Ara-A), arabinose cytocine (Ara-C),bahan anti tumor dengan kode 173T, antibiotic, rifamycin B, dan bahan penggerak produksi interferon.
Amantadine (Adamantanamine)
Bahan ini igunakan menghambat multiplikasi sejumlah virus antara lain virus influenza dan Rubella, dengan cara mengganggu proses pelepasan asam inti virus (uncoating). Bila diberikan pada permulaan infeksi bahan ini dapat menghambat perluasan infeksi oleh virus- virus influenza A, C, Sendai dan Rubella. Dengan demikian amantadine dapat bermanfaat dalam pencegahan terhadap infeksi, terutama infeksi saluran pernapasan.
Cyclootylamine hydrochloride
Bahan ini memiliki sifat yang mirip dengan amantadine hydrochloride dank arena itu juga menghambat pertumbuhan virus –virus ARN.
Isoquinolines
Invitro bahan ini menghambat enzim neurominidase yang terdapat pada permukaan Myxovirus dan bereaksi dengan amplop virus sehingga menhambat "uncoating"dan pelepasan ARN dari partikel virus.
Iododeoxyuridine (IUDR)
Senyawa halogen pirimidin telah lama diketahui menghambat sintesis asam inti sel jaringan dan virus dengan cara menghambat masuknya basa timin kedalam serabut ADN atau mengganti timin dalam serabut ADN sehingga terbentuk ADN palsu yang tidak berfungsi.IUDR biasanya bekerja pada tingkat akhir replikasi virus karena itu ia juga dapat menghambat daya kerja enzim DNA –dependent RNA polymerase dan pembentukan messenger RNA (m-RNA) dengan akibat terbentuknya enzim yang tidak sempurna dan protein kapsid yang tidak lengkap. Dalam gambaran mikroskop electron dari sel terinfeksi virus Herpes yang telah diberikan IUDR, terlihat banyak partikel virus yang kosong ditengahnya menunjukkan kemungkinan kesalahan dalam proses perakitan komponen-komponen virus. Disayangkan bahwa IUDR tidak dapat dipakai dalam pengobatan penyakit viral secara sistematik karena sangat toksik. IUDR hanya dapat digunakan secara local pada pengobatan penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi virus Herpes. Kegunaan IUDR semakin berkurang setelah diketahui adanya virus Herpes dan Vaksinia yang resisten terhadap IUDR.
Methisazone
Bahan ini juga disebut "marboran", telah terbukti berhasil mencegah timbulnya gejala penyakit cacar pada orang yang berhubungan atau kontak dengan orang penderita penyakit cacar (Small Pox). Akan tetapi pada orang yang telah menunjukkan gejala penyakit, marboran tidak bermanfaat karena sudah terlalu banyak sel jaringan yang rusak.
Aranotin
Bahan ini diperoleh dari jamur arachaniotusaureus, dapat menghambat replikasi virus polio invitro dan invivo dengan hanya sedikit efek toxic terhadap sel mamalia. Bahan yang sama diperoleh dari aspergillus terrens, menghambat multiplikasi virus Coxsackie, parainfluensa tipe 1,2,dan 3 serta sejumlah anggota genus Rhinovirus. Invivo bahan ini melindungi tikus terhadap infeksi yang mematikan oleh virus coksackie dan influenza. Aranotine menghambat ARN yang dihasilkan virus yaitu RNA-Dependen RNA polymerase tanpa mengganggu enzim DNA-dependen RNA polymerase yang terdapat pada sel normal.
Adenin Arabinoside (ARA-A)
Dalam biakan jaringan ARA-A menghambat pertumbuhan virus Herpes hominis, varicella-zoster,cytomegalovirus dan vaccinia. Pada hewan percobaan ARA-A dapat secara efektif menyembuhkan konjungtifitis oleh herpes hominis pada pemberian secara local atau topical, dan secara sistemik dapat menghambat ensefalitis dan virus vaccinia atau herpes hominis. Bahan ini tidak berfungsi terhadap virus ARN.
Arabinose cytosine (ARA-C)
Disamping dapat menumbuhkan keratitis oleh herpes simplex pada orang, bahan ini dapat menghambat perkembangan tumor pada manusia, tikus dan mencit.
Bahan Anti Tumor dengan Kode 173 T
Bahan ini diperoleh dari lender yang diproduksi oleh kuman pseudomonas aeruginosa dandiketahui dapat menghambat perkembangan tumor pada tikus. Oleh karena bahan ini tidak toksis terhadap sel mamalia, diharapkan dapat digunakan untuk pengobatan kanker pada manusia. Bekerjanya 173T adalah dengan menghambat metabolism asam inti.
Antibiotik Rifamyecin B
Bahan ini dihasilkan oleh kapangstreptomyces mediterranei dan menghambat pertumbuhan bakteri, clamidia dan bakteriofage, dengan cara mengikat DNA-Dependen RNA polymerase. Rifamyecin menghambat pertumbuhan virus pox tetapi sudah diketahui adanya galur virus pox yang teresisten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rifamycin dapat menghambat pertumbuhan virus retro (penyebab leukemia pada manusia) karena ia dapat menghambat enzim RNA-directed DNA polymerase yang spesifik virus tanpa mengganggu enzim DNA-Dependen DNA polymerase yang terdapat pada sel normal.
Bahan Penggertak Produksi Interferon
Interferon adalah protein terlarut yang dihasilkan oleh berbagai tipe sel baik invitro maupun invivo dalam beberapa jam sesudah terjadinya infeksi oleh virus aktif atau inaktif. Interferon menghambat pertumbuhan virus sejenis atau kadang-kadang virus jenis lain baik ARN maupun AND, dengan jalan menghambat sintesis asam inti virus.
Diketahui bahwa ARN serabut ganda merupakan penggertak interferon yang terbaik sebaliknya AND tidak.
Dapat dibuat ARN serabut ganda sintetik dengan nama polyribocytidylic acid (poly I poly C) yang bila diberikan secara local ataupun parenteral pada hewan dapat meningkatkan jumlah interferon dan melindungi hewan dari infeksi virus secara local ataupun sistemik. Disamping itu Poly I poly C juga dapat melindungi mencit terhadapa infeksi bakteri dan protozoa serta menekan pertumbuhan tumor ganas pada tikus dan dapat berfungsi sebagai ajufan dalam vaksin influenza.
Antivirus untuk herpes
Obat – obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan anti metabolit yang mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin)sebagai anti virus.
ACYCLOVIR
Acyclovir adalah zat antivirus yang sangat aktif secara in vitro melawan virus herpes simpleks (HSV) tipe I dan II, serta virus varisela zoster. Setelah ,asuk ke dalam sel terinfeksi, Acyclovir terfosforilasi membentuk senyawa aktif Acyclovir trifosfat. Tahap awal proses tergantung pada enzim viral-coded thymidine kinase. Acyclovir trifosfat berperan sebagai inhibitor dan sebagai substrat palsu untuk herpes-specified DNA Polymerase yang mencegah sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel normal.
Antivirus untuk influenza
Influenza, biasa disebut sebagai flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari keluarga Orthomyxoviridae yang mempengaruhi burung dan mamalia. Gejala umum penyakit ini adalah badan terasa panas dingin, demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala parah, batuk, kelemahan dan rasa tidak nyaman. Gejala yang paling serng terjadi adalah demam dan batuk. Dalam kasus lebih serius, influenza menyebabkan radang paru-paru, yang dapat menimbulkan kematian, khususnya bagi kaum muda dan orang tua.
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara oleh batuk atau bersin, menciptakan udara di sekitarnya yang mengandung virus.

NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NRTI )
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Terhadap virus penyebabnya pada umumnya belum ada obat antiviral yang spesifik untuk memberantasnya. Namun ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit infeksi virus yaitu dengan cara pengembangan obat-obat yang telah dilakukan pengujian oleh para ahli seperti Amantadine, Cyclootylamine hydrochloride, Isoquinolines, Iododeoxyuridine (IUDR), aranotin dll.



















DAFTAR PUSTAKA


Frank J. Fenner dkk. 19915.Veterinary Virologi. IKIP Semarang Press: semarang
Sastrawinata, Ucke Sugeng. 2008.Virologi Manusia.PT. ALUMNI : Bandung
Martin B. Malole.1987.Virologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor
https://www.scribd.com/doc/188118878/Materi-Antiviral diakses pada tanggal 13 mei 2015
3




Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.