Mentor Class Manual [How to Detect Lies]

September 25, 2017 | Autor: William Angkasa | Categoría: Psychology
Share Embed


Descripción





"Kebenaran adalah tetap kebenaran, sampai ada orang lain yang membuktikan bahwa hal itu salah"Apakah Anda selalu percaya bahwa apa yang dikatakan orang lain itu benar?—atau mungkin sebaliknya, semua kata orang lain adalah salah... ??Namun materi kali ini tidak bicara mengenai seberapa skeptis, non-humanis, anti kata-kata manis ataupun Anda yang mungkin pesimis. Materi kali ini membahas sesuatu yang berada di sekitar kehidupan tiap insan, yaitu:KE-BO-HONG-AN—dan tentunya, bagaimana mendekteksinya melalui metode-metode psikologi ilmiah.- 3 NAVIGATE -MENTOR CLASS 3 NAVIGATEEXPLORING—SHARING—GUIDING
"Kebenaran adalah tetap kebenaran, sampai ada orang lain yang membuktikan bahwa hal itu salah"
Apakah Anda selalu percaya bahwa apa yang dikatakan orang lain itu benar?
—atau mungkin sebaliknya, semua kata orang lain adalah salah... ??
Namun materi kali ini tidak bicara mengenai seberapa skeptis, non-humanis, anti kata-kata manis ataupun Anda yang mungkin pesimis. Materi kali ini membahas sesuatu yang berada di sekitar kehidupan tiap insan, yaitu:
KE-BO-HONG-AN—dan tentunya, bagaimana mendekteksinya melalui metode-metode psikologi ilmiah.
- 3 NAVIGATE -
MENTOR CLASS
3 NAVIGATE
EXPLORING—SHARING—GUIDING


















DAFTAR ISI

MENDETEKSI KEBOHONGAN
MATERI 1. TELAAH UMUM
MATERI 2. TELAAH BAHASA
MATERI 3. EFEK SAMPING KEBOHONGAN
MATERI 4. TINGKAT SIAGA & TIPS APLIKATIF
LAMPIRAN
1. DAPATKAN BASELINE MELALUI GERAK MATA









MENDETEKSI KEBOHONGAN
Merasa sering dibohongi? atau sulit mengenali manakah orang-orang di sekitar Anda yang sedang menipu? Lelah karena banyak fakta yang sebenarnya disembunyikan dari Anda? Well.. jika Anda benar letih dengan ragam jenis tipu muslihat—mungkin dalam relasi bisnis ataupun asmara, maka materi berikut ini akan dapat dijadikan referensi untuk mengakhiri keletihan tsb.
Namun sebelumnya, ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui sebelum mempelajari materi ini, yaitu:
Pemahaman ini tidak untuk diaplikasikan menyeluruh pada setiap orang, maupun berbagai aspek kehidupan, karena sangat mungkin Anda akan jadi mudah curiga dan sulit percaya orang lain.
Setelah memahami indikator-indikator kebohongan pada seseorang, jangan lupa untuk selalu mencari sejumlah indikator ketika berhadapan dengan target (jangan hanya bertumpu pada 1 indikator saja)
Setiap pemahaman terkait materi ini tidak boleh digunakan tanpa memperhatikan konteks lingkungan yang sedang berlangsung saat itu.
Perhatikan baseline (rekam jejak) dari kebiasaan-kebiasaan pelaku, sehingga mudah melihat perbedaan ketika kebohongan muncul. Gunakan pertanyaan pengalih untuk mendapatkan baseline.
Latihan berulang kali pada berbagai subjek sangat penting untuk pemahaman yang lebih menyeluruh. Tanpa latihan, pemahaman materi ini akan sia-sia.
MATERI 1. TELAAH UMUM
Dalam menjelaskan materi ini, pihak yang melakukan kebohongan akan disebut sebagai pelaku, sedangkan pihak yang sedang dibohongi akan disebut calon korban—yang tentunya, adalah Anda. Kebohongan pelaku dapat ditelaah melalui suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh lainnya.
Suara
Dalam menyatakan kebohongan, pelaku biasanya memunculkan volume suara yang mengecil di akhir kalimatnya—pertanda bahwa dirinya tidak yakin mengenai apa yang baru saja dikatakannya.
Suara yang tersendat atau banyak jedanya. Diam yang cukup lama juga merupakan indikasi bahwa pelaku sedang berpikir atau tengah kesulitan mencari pernyataan yang cukup bisa dipercayai calon korban.

Ekspresi wajah
Perhatikan senyuman yang seringkali muncul di wajah pelaku sekitar 1-2 detik ketika ia menyatakan kebohongan. Hal ini seringkali terjadi secara tidak disadari oleh pelaku karena muncul pikiran bahwa dirinya telah berhasil menipu korban.
Meski beredar keyakinan bahwa pelaku kebohongan sulit untuk menatap calon korbannya—well.. hal ini tidak sepenuhnya benar. Banyak pelaku kebohongan justru berusaha kuat untuk mempertahankan kontak mata (biasanya kontak mata akan terjalin lebih intens dan lebih lama) dengan calon korban—untuk melihat apakah kebohongan mereka diterima atau tidak.
Kedipan mata yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dari biasanya ketika menyampaikan cerita atau menjawab pertanyaan. Indikator ini sifatnya cukup signifikan dalam mengungkap kebohongan.
Perhatikan keberadaan ekspresi emosi contempt* (menghina/ meremehkan) yang berarti pelaku tidak menganggap calon korbannya dengan serius dan cenderung meremehkan.
Incongruence—terjadi saat ada sesuatu yang bersifat kontradiktif, seperti mengangguk ketika berkata "tidak" ataupun sebaliknya—maka percayalah pada pergerakan itu dibandingkan dengan kata-katanya.
Juga jika ekspresi emosinya berkebalikan dengan konten ucapan, seperti misalnya jika seseorang menyatakan sedih namun tampak tersenyum.

Bahasa tubuh lainnya
Beberapa pelaku biasanya memiliki kebiasaan sering menunduk ketika menyatakan kebohongan.
*baca pemahaman selengkapnya di ADVANCE CLASSGerakan tangan atau lengan menjadi tidak ada atau sangat terbatas. Terkadang postur bagian tubuh atas juga menjadi kaku atau canggung dikarenakan berbohong memerlukan konsentrasi yang lebih banyak dibandingkan menyatakan secara jujur. Gerakan tangan bisa saja muncul pada pelaku kebohongan, namun secara spesifik mengarah pada gerakan membenarkan dasi, merapihkan rambut, memegang perhiasan, menjangkau ke daun telinga atau memainkan jam tangan—saat tanda-tanda ini muncul, segeralah tingkatkan kewaspadaan terhadap orang tsb.
*baca pemahaman selengkapnya di ADVANCE CLASS

Ada juga pelaku yang mengarahkan kakinya menuju pintu keluar atau ke tempat lain (indikasi ketidakbersediaan untuk tetap berada di tempat tsb).
Pelaku juga bisa menaruh sesuatu di antara dirinya dengan calon korban (defensif), misalnya buku yang dipegangnya atau bahkan melipat satu atau kedua tangannya.
Mengangkat sebelah bahu juga merupakan indikator klasik dari ketidakyakinan mengenai apa yang baru saja dikatakan.
Terakhir, gerakan mengangkat tangan dan menggenggam bagian belakang leher—indikasi yang kuat bahwa seseorang tengah memanipulasi kebenaran, alias berbohong.






MATERI 2. TELAAH BAHASA
Berikut ini adalah bagaimana cara mengungkap kebohongan dari bahasa yang digunakan. Hal ini penting terutama ketika menghadapi pelaku via telepon atau hal-hal lainnya yang dapat menghambat Anda melihat pelaku secara langsung.
Gumaman "ummm" merupakan pertanda seseorang tengah mengulur waktu. Namun pelaku kebohongan biasanya tidak ingin menggunakan gumaman ini agar kebohongannya tidak terdeteksi, malah para pelaku biasanya mengganti kekosongan dengan jeda tanpa suara. (Penting memperhatikan frekuensi gumaman "umm" yang muncul, dan kecurigaan boleh dimulai ketika jeda mulai menggantikan gumaman tsb).
Mengulangi sebagian besar atau seluruh dari pertanyaan yang diajukan, misalnya ketika ditanya "apa alasannya bisa sampai terlambat datang kemari?" dan jawaban pelaku adalah "alasannya saya bisa sampai datang kemari adalah sempat membantu seorang nenek menyebrang jalan".
Pelaku kebohongan jarang menggunakan bahasa yang disingkat ataupun yang casual—seringkali mereka mengatakan "saya engga kenapa-kenapa", ketika pada umumnya orang berkata "gapapa".
Menghindar/ tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, merupakan indikator kebohongan. Jika menemukan indikator ini, gali lebih lanjut informasi tsb—atau carilah indikator lain yang bisa menunjang kesimpulan terhadap pelaku. Misalnya jika pelaku ditanya, "apakah kamu pernah memukul istrimu?" dan pelaku kebohongan menjawab dengan "Aku cinta istriku, mengapa harus aku melakukan hal itu?".
Bahasa diplomatis juga kadang-kadang menjadi suatu ciri pelaku kebohongan, karena beban mereka dalam menyatakan kebohongan tereduksi. Bahasa diplomatis bisa berupa perkataan "seingat saya", "sejauh yang saya tahu", "kalau tidak salah", dsb.
Distancing language—bahasa yang mengisyaratkan adanya suatu jarak. Indikator ini juga muncul dengan tujuan mengambil jarak dari topik yang dibahas. Misalnya: "perempuan itu?" atau "suatu hari".
Menggunakan kata-kata pengantar yang tidak diperlukan ketika berkata jujur, misalnya "saya hanya akan mengatakannya sekali ini saja...", "sejujurnya...", "saya tidak berbohong pada Anda...".
Ada aturan universal yang dianut oleh para pelaku kebohongan, yaitu: jangan terdengar negatif atau bersalah di hadapan orang lain. Sehingga, seringkali ungkapan negatif yang dituduhkan pada mereka diubah menjadi tidak terlalu negatif, misalnya "mencuri" diganti dengan "mengambil".
Memfokuskan pembicaraan pada detail cerita. Indikator ini muncul dari usaha sang pelaku kebohongan untuk mengalihkan topik kepada detail yang menjauhkan konsentrasi pendengar dari kebohongan yang ditutupi/ cerita yang dikarangnya. Sangat efektif pada para calon korban yang daya konsentrasinya kurang.
MATERI 3. EFEK SAMPING KEBOHONGAN
Berikut ini adalah beberapa indikator yang tidak secara langsung mengimplikasikan kebohongan, namun biasanya ikut muncul menyertai kebohongan, usaha menyembunyikan informasi, ketidakyakinan ataupun kegugupan dalam menyampaikan pernyataan.
Adam's Apple
Indikator ini umumnya nampak pada pria, dimana jakun pada bagian leher tampak turun sesaat kemudian naik lagi. Perhatikan konteks, topik, dan bahkan kata spesifik yang baru saja diucapkan—karena indkator ini menyatakan bahwa orang ini gugup atau bahkan menyembunyikan sesuatu.

Gulping/ Swallow
Indikator ini muncul secara lebih umum dan tampak pada leher. Sesuai namanya, pergerakan ini muncul karena orang yang bersangkutan sedang menelan ludah. Seperti halnya Adam's Apple, perhatikanlah topik atau kata-kata spesifik yang baru terucap karena indikator ini berarti orang tersebut berarti menyimpan suatu rahasia.

Covering the Genital
*baca pemahaman selengkapnya di ADVANCE CLASSUmumnya nampak pada pria, bahwa secara tidak sadar ketika merasa terancam atau tak berdaya, biasanya daerah kemaluan ditutupi. Bisa menggunakan sebelah atau kedua tangan, mungkin juga ditutupi menggunakan benda-benda yang sedang dipegang (misalnya amplop atau map).
*baca pemahaman selengkapnya di ADVANCE CLASS


Covering the Mouth
Beberapa pelaku kebohongan (terutama yang amatir) memiliki kebiasaan ini, yang sering diasosiasikan dengan pengalaman masa kecil yang diajarkan untuk tidak boleh berbohong. Anak kecil yang mengatakan kebohongan biasa menutup mulut mereka setelahnya—tetapi mesti dapat dibedakan dengan menutup mulut karena keceplosan, yang biasanya merupakan kebenaran (pada keceplosan reaksi tangan lebih cepat dan spontan karena kaget, juga disertai indikator-indikator kaget yang lainnya*)

Reptile Tissue (located under the nose)
Terasa gatal di bawah hidung ketika gugup (asosiasi kuat dengan berbohong dan menyembunyikan sesuatu). Hal ini disebabkan oleh hormon adrenalin yang mengalir di bagian bawah hidung yang menyebabkannya terasa gatal.

Tight & Pursed Lips
Stress pada tubuh nampak pada menegangnya bagian mulut pelaku—seringkali ditutup dan bibirnya dilipat ke dalam.



Licking the Bottom Lip
Bibir yang kering juga merupakan pertanda bahwa seseorang mengalami distress pada tubuh. Menjilat bibir akan menjadi suatu indikator yang menunjukkan bahwa bibir tsb kering.

Holding Breath
Jika indikator kebohongan lain tidak muncul pada suara, ekspresi ataupun bahasa tubuh lainnya—pelaku biasanya mengontrol kebocoran pada tubuhnya, namun ketegangan akan berdampak pada nafas yang tertahan secara tidak sadar. Indikator ketegangan ini adalah yang paling sulit diamati. Namun dengan latihan yang cukup, indikator ini akan nampak dari berhentinya pergerakan dada yang terjadi ketika seseorang menarik atau membuang nafas. (biasanya terjadi tanpa atau setelah pelaku berbicara/ menjawab).






MATERI 4. TINGKAT SIAGA & TIPS APLIKATIF
Ada beberapa tips yang berasal dari pengalaman selama beberapa tahun terakhir saya ketika mewawancarai sejumlah rekan, teman, pelamar, menganamnesa klien, maupun menginterograsi para tersangka korupsi di sebuah perusahaan. Tips-tips ini berguna dalam mengkonfirmasi dugaan kebohongan atau sekedar mengumpulkan data baseline dari pelaku kebohongan.
Buatlah beberapa tingkat siaga kebohongan
Pengalaman mempelajari bahasa tubuh khususnya untuk mendeteksi kebohongan, sempat membuat saya menjadi selalu mengamati (baca: observasi) bahasa tubuh lawan bicara saya—kapan pun dan dalam situasi apapun. Demi menghindari masalah relasi yang mungkin muncul, saya membuat beberapa tingkat kesiagaan dalam menghadapi kemungkinan adanya kebohongan:
Siaga 0,
Pada tingkatan ini saya menggunakan keterampilan observasi hanya untuk menyimak apa yang lawan bicara saya katakan, mengamati ekspresi emosi yang tampak dan mengumpulkan informasi-informasi relevan dengan topik yang dibicarakan.
Siaga 1
Biasanya dimulai ketika saya menemukan hal-hal signifikan, maupun kontradiktif, dalam pengucapan atau ekspresi wajah lawan bicara (mengekspresikan rasa jijik ketika berbicara mengenai temannya, atau mengangguk ketika mengatakan tidak). Saat ini biasanya saya melakukan penggalian lebih dalam mengenai pikiran/ emosi yang nampak atau mengkonfirmasi penjelasan mengenai kalimat-kalimat yang sifatnya kontradiktif. Pada tingkat siaga ini, data mengenai baseline lawan bicara mulai diingat-ingat kembali, atau mulai direkam dalam ingatan.
Siaga 2
Dimulai ketika indikator-indikator kebohongan atau menyembunyikan sesuatu mulai muncul. Biasanya saat ini, kewaspadaan meningkat dan mulai mencoba menggali fakta berdasarkan cerita/ pernyataan sebelumnya. Dalam tingkat siaga ini, pertanyaan-pertanyaan masih bersifat casual—tidak menyudutkan ataupun terkesan seperti interograsi namun cukup terarah.
Siaga 3
Digunakan ketika lawan bicara tidak mau memberikan informasi lanjutan atau hanya terdiam saja. Menggali informasi dapat tetap dilakukan dengan cara yang casual dan tidak memaksa, namun lebih terarah dan fokus. Kemungkinan besar teknik bertanya yang digunakan adalah tipe pertanyaan tertutup dengan jawaban "Ya" atau "Tidak". Saat ini, perhatikan kemunculan indikator-indikator pada respon lawan bicara—untuk setiap pertanyaan spesifik yang diajukan.

Siaga 4
Mulai digunakan saat lawan bicara sudah dapat dianggap sebagai tersangka atau pelaku kebohongan. Tingkat siaga ini biasanya dilakukan dengan cara memposisikan diri lebih dominan atau lebih agresif terhadap pelaku kebohongan. Pertanyaan yang diajukan boleh bersifat menduga ataupun menuduh—dengan tujuan melihat respon sang pelaku di bawah keadaan tertekan. Sampaikan dengan nada yang tegas dan paksa pelaku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik dan fokus secara singkat. Keberhasilan teknik ini bergantung pada, seberapa kuat pengaruh intimidasi terhadap pelaku, seperti apa karaktersitik pelaku, dan sehebat apa keterampilan Anda dalam membedakan indikator kebohongan yang dicari dengan kecemasan yang tidak ada hubungannya dengan topik.

Kumpulkan baseline
Selalu mulai dengan mengumpulkan baseline pelaku. Baseline bisa didapatkan dengan cara bertanya mengenai nama, atau pekerjaan apa yang dimiliki oleh pelaku. Setelah mendapatkannya, akan lebih mudah untuk menemukan indikator yang reliabel.




Biarkan mata berbicara
Mata memang bukan indikator terbaik dalam mengungkap kebohongan pelaku, namun bisa menjadi senjata yang ampuh dalam mengumpulkan data baseline pelaku maupun data-data konkrit topik tsb (selengkapnya di Lampiran 1) ataupun mengenai pola pikir pelaku kebohongan.
Berkaitan dengan pembagian tugas dari otak kanan dan otak kiri, pergerakan mata bisa sangat membantu untuk mengenali pola pikir pelaku. Misalnya saja bahwa respon pelaku yang melihat ke arah kiri (jika pelaku bukan kidal) menandakan akses ke ingatan—yang biasanya berarti fakta yang sebenarnya/ yang diyakininya, sedangkan jika melihat ke arah sebaliknya, subjek sedang merangkai cerita atau membayangkan sesuatu yang biasanya berarti pelaku sedang mengarang (indikasi kebohongan). Meskipun tidak bisa dipersalahkan jika memang pelaku sedang diminta untuk bercerita atau menguraikan pernyataan tertentu karena memang diperlukan proses merangkai kata.

Gunakan pertanyaan 5W1H
Saran saya untuk menghadapi para pelaku kebohongan yang biasa merangkai kata atau kalimat ketika merespon, gunakan jenis pertanyaan tertutup atau 5W1H. Misalnya jika pelaku sedang bercerita (biasanya mata melirik ke arah kanan) bahwa dua hari yang lalu ia tidak dapat hadir karena pergi menonton film bioskop bersama temannya, Anda bisa potong ceritanya dengan bertanya mengenai hal-hal fakta seputar topik tersebut, seperti: "dengan siapa perginya?" "film apa yang ditonton?" "nonton jam berapa?".
Ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini, seharusnya pelaku menjawab dengan fakta dan matanya akan melirik ke arah kiri, namun jika matanya melirik ke arah sebaliknya ketika menjawab fakta—maka Anda bisa mulai mencari indikator kebohongan lainnya untuk memastikan dugaan Anda.

Rekamlah proses yang terjadi
Tanpa dipungkiri dalam beberapa kasus ada beberapa petunjuk penting dalam bahasa tubuh pelaku yang saya lewatkan. Terkadang dikarenakan saya terlalu fokus bertanya dan mengumpulkan informasi, mungkin sekedar berkedip atau menoleh ke arah lain sejenak pun dapat berpotensi kehilangan indikator penting. Oleh karena itu, ada beberapa kasus yang dengan sengaja oleh saya direkam (dengan persetujuan tertulis pihak-pihak terkait) dan kemudian saya menontonnya kembali untuk memastikan tidak ada petunjuk yang terlewat. Maka metode perekaman merupakan cara yang cukup efektif dalam mengaplikasikan pemahaman-pemahaman dalam materi ini.

Waspada mengenai kebohongan yang terhebat
Jika diibaratkan, maka—sajian kebohongan yang paling sulit terdeteksi adalah kue kebohongan yang menyertakan beberapa persen kebenaran di dalam adonannya. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui jenis kebohongan ini adalah dengan mencari indikator-indikator yang tidak secara langsung menyatakan kebohongan pelaku, misalnya indikator menyembunyikan sesuatu (swallow/ gulping), merasa terancam (covering the genital), ekspresi emosi yang yang kontradiktif dengan topiknya (biasanya muncul dalam bentuk microexpression).








LAMPIRAN













LAMPIRAN 1. DAPATKAN BASELINE MELALUI GERAK MATA

Gambar berikut ini mengilustrasikan pola pergerakan mata yang telah diidentifikasikan melalui penelitian dan proses pengamatan yang lama terhadap masyarakat dari berbagai ras dan budaya dari berbagai belahan dunia (Bandler and DeLozier, 1980, dipostkan di www.nlpu.com)











Gambar 1. Makna Pergerakan Mata
Pola pada Gambar 1 berlaku bagi pengguna tangan kanan (bagi pengguna tangan kiri, maknanya berkebalikan. Maknanya secara deskriptif adalah:
Atas kiri : Mengingat gambaran/ objek.
Atas kanan : Membayangkan suatu gambar/ objek.
Kiri : mengingat suara, kata-kata.
Kanan : Membayangkan suara/ merangkai kata
Kiri Bawah : Dialog dalam diri, kinestetik.
Kanan Bawah : Perasaan, kinestetik.
Atas; tak fokus : Akses informasi, biasanya visual.
[APLIKASI]

Guna mendalami hubungan antara pergerakan bola mata dengan proses kognisi seseorang, cobalah menemukan patner yang bersedia untuk meluangkan waktunya beberapa saat. Gunakan panduan berikut untuk memudahkan, sementara itu Anda perhatikan pergerakan matanya:

1. Mengingat gambaran/ objek:
Cobalah ingat-ingat warna tembok rumahmu. Motif apa yang terdapat pada seprai tempat tidurmu? Ingat-ingat kapan terakhir kali Anda melihat seseorang berlari. Coba sebutkan siapa saja 5 orang pertama yang Anda temui pagi ini.

2. Membayangkan suatu gambaran/ objek:
Bayangkan sebuah sketsa karikatur diri Anda sendiri yang dilihat dari atas ketinggian 3 meter dan mendadak berubah menjadi gedung pencakar langit.Dapatkah Anda membayangkan sebuah piring plastik retak berada di antara tumpukan terumbu karang di dasar laut?

3. Mengingat suara, kata-kata:
Dapatkah Anda memikirkan tentang lagu favorit Anda? Pikirkan mengenai suara tepuk tangan. Bagaimana bunyi dari tiupan peluit? Atau sirine ambulans?

4. Membayangkan suara/ merangkai kata:
Bayangkan mengenai suara klakson kereta api berubah menjadi suara dari halaman buku yang dibalik dengan cepat.Dapatkah Anda mendengar suara saxophone dan suara ibu Anda pada saat yang bersamaan?

5. Dialog dalam diri, kinestetik:
Cobalah hening sejenak dan dengarkan suara hati Anda (tentu akan ada kata/ dialog yang muncul). Apakah Anda yakin bahwa itu suara Anda? Dalam keadaan apa biasanya Anda bicara pada diri sendiri?Pikirkan mengenai hal apa yang biasanya Anda bicarakan dengan diri sendiri.

6. Perasaan, kinestetik:
(Taktil, kinestetik) Kapan terakhir kali Anda merasa diri Anda basah kuyup? Bayangkan rasanya ada setumpuk salju di dalam genggaman tangan Anda. Kapan terakhir kali Anda memegang perabot masak yang masih panas? (Perasaan) Coba pikirkan kapan terakhir kali Anda merasa puas mengenai sesuatu yang Anda kerjakan? Pikirkan bagaimana rasanya kecaepan atau kapan terkahir kali Anda merasa hilang kesabaran?

7. Membayangkan kinestetik:
(Taktil) Bayangkan perasaan menyentuh sesuatu yang lengket dengan jari Anda kemudian berubah menjadi sejumput pasir yang lepas dari genggaman Anda. Bayangkan perasaan Anda menyentuh bulu anjing yang lembut dan berubah menjadi mentega beku.
(Perasaan) Bayangkan perasaan frustrasi berubah menjadi perasaan termotivasi dan ingin segera melakukan sesuatu. Bayangkan perasaan bosan berubah menjadi perasaan konyol mengenai kebosanan tersebut.

Penting diingat bahwa dalam mengamati pergerakan mata, banyak orang akan tampak memiliki kebiasaan tertentu dalam merespon pertanyaan maupun pernyataan Anda. Terkait dengan modalitas atau gaya rekam informasinya, seringkali terlihat jelas dari respon-respon yang muncul. Pertanyaan yang diajukan mungkin sama, namun dapat memunculkan respon yang berbeda. Misalnya jika bertanya mengenai "apa musik favoritmu?" Seseorang dengan modalitas belajar visual (melihat) akan mencari jawabannya dengan cara mengingat image sang penyanyi atau cover cd albumnya; Seseorang dengan modalitas belajar auditory (mendengar) akan mencari jawaban dengan cara mengingat nada atau liriknya ketika dimainkan menggunakan alat musiknya; Seseorang dengan modalitas belajar kinestetik (taktil; perasaan) akan mengingat kembali perasaannya terhadap beberapa lagu, untuk mengetahui mana lagu favoritnya.








Referensi:
Dilts.R. 1998 Eye Movement and NLP. www.nlpu.com/Articles/artic14.htm. Santa Cruz,CA

Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.