Laporan kulon progo

November 22, 2017 | Autor: Sevira Nur Janah | Categoría: N/A
Share Embed


Descripción





Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya , sehingga kami dapat melakukan praktik di daerah Kulon Progo dan menyusun laporan ini .
Laporan ini kami buat untuk melengkapi praktik yang kami lakukan di daerah Kulon Progo dan sebagai bukti bahwa kami telah melakukan praktik. Dalam laporan ini terdapat hal-hal yang kami tahu dari pengamatan dan penjelasan kakak kelas / yang mendampingi kami saat melakukan praktik. Laporan ini terdapat hasil pengamatan kami dan penjelasan dari kakak kelas tentang batu bara, barit, andesit, emas, galena, mangaan yang kami lakukan dalam praktik di Kulon Progo.
Kami menyadari laporan yang kami susun kurang dari sempurna, jadi kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan agar laporan ini lebih baik dari sebelumnya. Kami meminta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembuatannya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih


Sleman, Desember 2011
Penyusun














Halaman Pengesahan

Laporan ini kami susun sebagai bukti bahwa kami telah melakukan praktik bahan galian yang dilaksanakan di daerah Kulon Progo pada hari Minggu tanggal 20 November 2011. Untuk itu kami mohon kepada pihak yang bersangkutan untuk mengesahkan laporan ini sebagai bahan pertimbangan sesuai standar laporan geologi.
Disahkan :
Tempat :

Mengesahkan

Sleman, Januari 2012 Sleman, Januari 2012
Ketua Jurusan Geologi Pertambangan Pembimbing



Drs. Agung Widiyatmoko, M.Pd Ir. Mawardi
NIP: 196110061988031004 NIP: 196002151999031991












Ucapan Terimakasih

Atas terlaksananya praktik di daerah Kulon Progo dan tersusunnya laporan ini, kami ucapkan terimakasih kepada :
Allah SWT yang telah rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melakukan praktik dan menyusun laporan ini.
Orang tua kami yang telah mengizinkan kami untuk melakukan praktik. Membiayai praktik kami, dan memberikan motivasi serta do'a agar diberi kemudahan dan keselamatan.
Bp Ir. Mawardi selaku pembimbing kami atas ilmu dan bimbingan yang telah beliau berikan kepada kami.
Teman-teman yang telah membantu kami.
Pihak-pihak yang membantu kami yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.




















Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Praktik Geologi Dasar dan Batuan pada tanggal 4 Desember 2011 di Kulon Progo, kami laksanakan agar kami tidak hanya paham secara teori tetapi paham dalam lapangan. Agar kami matang secara teori dan lapangan. Selain itu agar kami tidak canggung saat praktek lapangan atau prakerin di perusahaan.

Tujuan
Tujuan praktik :
Menambah pengetahuan dan wawasan
Melatih kerja dalam team
Menambah pengalaman dalam kerja lapangan
Malatih ketrampilan
Memahami teori dan dipraktikkan di lapangan

Manfaat bagi individu
Menambah wawasan dan pengalaman bagi individu
Melatih ketrampilan dalam menjalankan praktikum dan penyusunan laporan
Melatih kemandirian dan kecakapan kerja
Dapat menjadikan

Manfaat bagi kelompok:
Melatih kerja team
Dapat bertukar pengetahuan sehingga dapat terjadi saling melengkapi
Menambah pengalaman bekerja secara kelompok dan mengetahui baik buruknya kerja kelompok
Dapat melatih individu tidak egois dan rela berkorban bagi teamnya

Lokasi
Lokasi praktik berada di Kabupaten Kulon Progo. Kami mengunjungi beberapa lokasi yaitu; Kalisangga, Pendoworejo, Girimulyo. Anjir, Hargorejo, Kokap. Gunung Kukusan, Hargorejo, Kokap. Sangon II, Plampang II
Lokasi praktik yang kami kunjungi ber jarak kurang lebih 60 km dari smk n 2 depok.

Kondisi Lingkungan dan Kependudukan
Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah dataran tinggi, karena dijumpai pegunungan.

Kabupaten Kulon Progo dihuni 388.755 jiwa (sensus 2010), terdiri dari 190.550 jiwa laki-laki dan 198.205 jiwa Perempuan.

Peralatan
Peralatan yang kami gunakan dalam praktik antara lain:
Bettle 1/anak: untuk mengambil sample
Palu 1/anak: untuk memukul battle saat mengmmbil sample
Kantong sample : menaruh sample yang sudah kami sampling
Buku catatan: mencatat hal-hal yang penting
Pensil: menulis yang perlu ditulis
Kamera/hp: memotret apa yang dianggap penting dan istimewa di sana
HCl: untuk membedakan mana yang karbon dan yang tidak








Bab II
Hasil Pengamatan
St I
Andesit


















Lokasi: Kalisangga, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo
Koordinat: 7045'110"S – 110012'52"E
Morfologi: sungai
Cuaca: Cerah
Bahan Galian: -
Hari, Tanggal: Minggu, 4 Desember 2011
Hal penting:
Pada lokasi ini terdapat andesit yang berstruktur settling joint. Di lokasi ini juga terdapat kekar gunting yang menandakan bahwa didaerah itu terdapat gaya yang aktif. Di lokasi termasuk dalam Formasi Nanggulan.
Formasi Nanggulan : formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan kulon Progo. Singkapan batuan-batuan penyusun dari formasi nanggulan dijumpai disekitar desa Nanggulan, yang merupakan kaki sebelah timur dari pegunungan Kulon Progo. Penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo dkk(1977) trdiri dari batu pasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batu lemnpung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batu gamping, batu pasir dan tuff serta kaya akan fosil foraminifera dan mollusca. Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter. Marks(1957) menyebutkan bahwa berdasarkan beberapa studi yang dilakukan oleh Martin(1915 dan 1931), Douville(1912), Oppernorth dan Gerth(1928), maka formasi nanggulan ini dibagi menjadi 3 bagian secara stratigrafis dari bawah keatas adalah sebagai berikut :
Anggota ("Axinea Beds"), merupakan bagian yang paling bawah dari formasi nanggulan. Ini terdiri dari batu pasir dengan interklasi lignit, kemudian tertutup oleh batu pasir yang banyak mengandung fosil Pelecypoda. Dengan Axinea Dunkry Boet Getter yang dominan. Ketebalan anggota Axinea ini mencapai 40 meter.
Anggota Jogjakarta batuan penyusun dari batuan ini adalah napal pasiran, Batuan dan Lempung dengan banyak konkresi yang bersifat gampingan. Anggota Jogjakarta ini kaya akan Foraminifera besar dan Gastropoda. Fosil yang khas adalah Nummulites Jogjakarta MARTIN, bagian ini mempunyai ketebalan sekitar 60 meter.
Anggota Discocyclina("Discocylina Beds"), batuan penyusun dari bagian ini adalah napal pasiran, batu pasir arkose sebagai sisipan yang semakin keatas sering dijumpai. Discocyclina Omphalus, merupakan fosil penciri dari bagian ini. Ketebalan dari anggota ini mencapai 200 meter. Berdasarkan pada studi fosil yang diketemukan, formasi nanggulan mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas(Hartondo, 1969, Vide Wartono Raharjo dkk, 1977)


Data kekar:
N 358 oE
N 274 oE
N 73 oE
N 348 oE
N 221 oE
N 205 oE
N 19 oE
N 6 oE
N 51 oE
N 103 oE
Litologi Batuan:
Dijumpai Kekar Gunting
Struktur: Settling Joint
Granuralitas batuan: Afanitik
St II












Lokasi: Kalisangga, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon progon
Koordinat:
Morfologi: Sungai
Cuaca: cerah
Bahan Galian : Batu Bara
Waktu tiba:
Waktu selesai:
Hari, Tanggal: Minggu, 4 Desember 2011
Hal penting:
Di stasiun II ini kami mengamati bahan galian batu bara. Batu Bara terbentuk dari gambut yang terkena suhu dan tekanan (Pressure & Temperature). Batu Bara muda yang masih berupa gambut dan lignit. Batu Bara tua yang berupa subitumin, bitumin, dan antrasit. Batubara biasanya terdapat pada tanah berjenis gambut sampai dengan lempungan.
Genesa Batu Bara:
Batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati. Sebagian penyelidik berpendapat bahwa batu bara yang terbentuk di daerah sub tropik berasal dari gambut sedangkan didaerah tropik berasal dari tumbuh-tumbuhan mangrove.
Proses terjadinya batu bara disebut proses inkolen (air yang ada di dalamnya dan bahan-bahan yang mudah menguap, Nitrogen makin kecil sedangkan kadar zat arang atau karbon bertambah presentasenya).
Setelah tumbuhan mati, proses penghancuran tidak dapat memainkan peranannya karena air ditempat matinya tumbuh-tumbuhan tersebut tidak atau kurang mengandung oksigen. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan tidak mengalami pembusukan dan kemudian ditimbuni lempung, pasir, kerikil yang akhirnya terjadi proses pembentukan batu bara.
Proses tersebut terbentuk melalui beberapa tingkatan:
Stadium 1 : Proses Biokimia/ Humifikasi, sisa-sisa tumbuhan menjadi keras karena beratnya sendiri sehingga tumbuh-tumbuhan berubah warnanya tetapi masih utuh bentuknya karena tidak ada pengaruh suhu dan tekanan yang menjadi gambut atau Turf.
Stadium 2: Proses Metamorfosa, sush dan tekanan bertambah tinggi dan waktu lama maka Turf berubah menjadi batu bara muda atau Lignit.
Stadium 3: Pembentukan batuan berharga yaitu terjadinya batu bara, yang dapat dilihat struktur tumbuhannya. Jika temperatur tekanan meningkat terus, maka akan terjadi Antrasit dan Stradium yang akhirnya menjadi Granit.
Tumbuh-tumbuhan yang mati bisa menjadi batu bara bila terbenam pada perairan yang tidak mengandung oksigen sehingga tidak terjadi pembusukan.
Akar tumbuhan yang telah membatu disebut Fosil Stigmaria.
Menurut Diessel (1984, op cit Susilawati ,1992) lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, lagunal, deltaik, atau juga fluviatil.
Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk batubara (Tabel 2.1) yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta plain, lower delta plain, backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan mempunyai asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbea.
Proses pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan lingkungan fluvial flood plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai (fluvial) di daerah pantai akan membentuk delta dengan mekanisme pengendapan progradasi (Allen & Chambers, 1998).
Lingkungan delta plain merupakan bagian dari kompleks pengendapan delta yang terletak di atas permukaan laut (subaerial). Fasies-fasies yang berkembang di lingkungan delta plain ialah endapan channel, levee, crevase, splay, flood plain, dan swamp. Masing-masing endapan tersebut dapat diketahui dari litologi dan struktur sedimen.
Endapan channel dicirikan oleh batupasir dengan struktur sedimen cross bedding, graded bedding, paralel lamination, dan cross lamination yang berupa laminasi karbonan. Kontak di bagian bawah berupa kontak erosional dan terdapat bagian deposit yang berupa fragmen-fragmen batubara dan plagioklas. Secara lateral endapan channel akan berubah secara berangsur menjadi endapan flood plain. Di antara channel dengan flood plain terdapat tanggul alam (natural levee) yang terbentuk ketika muatan sedimen melimpah dari channel. Endapan levee yang dicirikan oleh laminasi batupasir halus dan batulanau dengan struktur sedimen ripple lamination dan paralel lamination.
Pada saat terjadi banjir, channel utama akan memotong natural levee dan membentuk crevase play. Endapan crevase play dicirikan oleh batupasir halus – sedang dengan struktur sedimen cross bedding, ripple lamination, dan bioturbasi. Laminasi batupasir, batulanau, dan batulempung juga umum ditemukan. Ukuran butir berkurang semakin jauh dari channel utamanya dan umumnya memperlihatkan pola mengasar ke atas.
Endapan crevase play berubah secara berangsur ke arah lateral menjadi endapan flood plain. Endapan flood plain merupakan sedimen klastik halus yang diendapkan secara suspensi dari air limpahan banjir. Endapan flood plain dicirikan oleh batulanau, batulempung, dan batubara berlapis.
Endapan swamp merupakan jenis endapan yang paling banyak membawa batubara karena lingkungan pengendapannya yang terendam oleh air dimana lingkungan seperti ini sangat cocok untuk akumulasi gambut. Tumbuhan pada sub-lingkungan upper delta plainakan didominasi oleh pohon-pohon keras dan akan menghasilkan batubara yang blocky. Sedangkan tumbuhan pada lower delta plaididominasi oleh tumbuhan nipah-nipah pohon yang menghasilkan batubara berlapis (Allen, 1985)






St III







Lokasi: Anjir, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo
Koordinat:
Morfologi: Bukit
Cuaca: Cerah
Bahan Galian: Mangaan
Hari, Tanggal: Minggu, 4 Desember 2011
Hal penting:
Mangaan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangaan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangaan yang berkomposisi karbonat yaitu rodhokrosit, sedangkan yang berkomposisi silika yaitu rhodonit. Mangaan terendapkan terkena genang laut yang masih terjangkau matahari (kemungkinan berada pada laut dangkal) terumbu karang tumbuh terjadi proses pengangkatan sehingga terumbu mati dan menjadi Bonestone.
Di lokasi itu terdapat juga fosil karena dahulu ditempat itu laut.

St IV
Lokasi: Gunung Kukusan, Hargorejo, Kokap, Kulon progo
Koordinat: 7050'19"S – 11005'27"E
Morfologi: Bukit
Cuaca: Cerah
Bahan Galian: Andesit
Hari, Tanggal: Minggu, 4 Desember 2011
Hal penting:
Dalam lokasi ini terdapat bahan galian andesit yang termasuk dalam Formasi Andesit Tua.
Formasi andesit tua:
Batuan penyusun dalam formasi ini terdiri atas Breksi andesit, Tuf, Tuf Tapili, Aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari Andesit hiperstein dan Andesit augit hornblende (Warto Raharjo dkk, 1997).
Formasi Andesit Tua dengan ketebalan mencapai 500 meter mempunyai kan formasi Nanggulan. Batuan penyusun formasi Andesit Tua ini berasal dari kegiatan vulkanisme di daerah tersebut, yaitu dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon Progo yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut Gunung Api Andesit Tua. Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah Pegunungan, Gunung Ijo di bagian selatan, serta Gunung Manoreh di bagian utara Pegunungn Kulon Progo.
Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah menghasilkan aliran-aliran lava dan breksi dari Andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti Gunung Ijo di bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir adalah intrusi dasit. Setelah denudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung Gajah telah tersingkap, di bagian utara Gunung Manoreh ini menghasilkan batuan breksi andesit augit hornblende, yang disusul oleh intrusi Dasit dan terakhir Andesit.
Purnamaningsih (1974), Vide warttono raharjo, dkk, 1977) menyebutkan telah menemukan kepingan Tuff napalan yang merupakan fragmen Breksi. Kepingan Tuff napalan ini merupakan hasil dari rombakan lapisan yang lebih tua, dijumpai dikaki gunung Mijil. Dari hasil penelitian, kepingan Tuff itu merupakan fosil Foraminifera platonik yang dikenal sebagai Globigerina ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis weinzrel, dan Applin serta Globigerina praebulloides blow. Fosil-fosil ini menunjukkan umur Oligosen atas.
Formasi Andesit Tua secara stratrigrafis berada di bawah Formasi Sentolo. Harsono Pringgoprawiro (1968, hal.8) dan Darwin Kadar (1975, hal.2) menyimpulkan bahwa umur Formasi Sentolo berdasarkan penelitian terhadap Foraminifera plantonik adalah berkisar antara Awal Meiosen sampai Pliosen. Formasi Nanggulan, yang terletak di bawah Formasi Andesit Tua mempunyai kisaran umur Eosen Tengah hingga Oligosen Atas (Hartono, 1969, Vide Wartono Rahardjo, dkk, 1977). Jika kisaran umur itu dipakai, maka Formasi Andesit Tua diperkirakan berumur Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah. Menurut Purbaningsih (1974), Vide Wartono Rahardjo, dkk (1977) umur Formasi Andesit Tua adalah Oligosen.
Andesit ini sangat keras dan biasanya digunakan untuk bahan bangunan. Lokasi ini terbentuk dalam intrusi dalam yang telah tersingkap. Dalam penambangannya menggunakan bracker dan tidak diledakkan karena di DIY penambangan tidak boleh menggunakan cara peledakan.












St V






Lokasi: Plampang ,
Koordinat:
Morfologi: Bukit
Cuaca: Cerah
Bahan Galian: Barite
Waktu tiba:
Waktu selesai:
Barite (BaSO4) memiliki berat jenis yang besar dan lebih besar dari kuarsa.
Kegunaan Barite :
Barite digunakan dalam industri perminyakan (85-90%) dan sisanya sebagai bahan baku industry kimia Barium, bahan pengisi dan pengembangan (filler and extender) dan agregat semen.
Digunakan sebagai komponen lumpur gerudi laga carigali petroleum.
Zat aktif pada cat enamel, plastic.
Keampuannya menyerap sinar X dan gamma digunakan untuk keperluan medis.
Barite juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gungue mineral) terutama pada cebakan logam sulfide. Seperti timah. Unsur pengotoran barite adalah besi oksida, lempung, dan unsur organik yang dapat memberikan beragam warna pada barite, warna kristal barite murni putih atau abu-abu.

St VI
Lokasi : Sangon II
Koordinat :
Morfologi : Sungai
Cuaca : Cerah Berawan
Bahan Galian : Emas dan Galena
Waktu selesai :
Waktu tiba :
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala mosh), serta berat jenisnya tergaantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan. Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpart, dan sejumlah kecil non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas natif, elktrum, emas telurida, sejumlah paduan emas dengan unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas natif, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan . beberapa endapan terbentuk karena Metasomatisme kontak dan larutan Hidrotermar sedangkan pengonsetrasian secara mekanis menghasil kan endapan letakan (placer).genesa emas di kategorikan menjadi 2 yaitu endapan primer dan endapan placer emas banyak di gunakan sebagai barang perhiasan,cadangan devisa ,dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di pulau Sumatra,Kepulauan Riau, Kalimantan, Jawa,Sulawesi,Nusa tenggara,Maluku, dan Papua.

Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.