Laporan HIV

December 25, 2017 | Autor: Ghina Yaumil Akhir | Categoría: N/A
Share Embed


Descripción

33





LEMBAR KERJA MAHASISWA
SKENARIO
Tn. Rudolf (41 tahun) sudah hampir 1 minggu di rawat di RS Lekas Sembuh, awal keluhan Tn. Rudolf merasa lemas, nafsu makan berkurang dan diare. Karena keluhan seperti ini berlangsung cukup lama, maka pasien segera kedokter untuk memeriksakan diri.Dokter menganjurkan pasien untuk cek Hb. Dari hasil pemeriksaan Hb pasien 7,4 g/dl. Karena hasil Hb sekian, maka pasien dianjurkan untuk MRS oleh dokter dan pasien memutuskan untuk MRS di RS Lekas Sembuh. Selama di RS pasien Transfusi PRC, dan kondisi pasien semakin menurun. Pasien merasa penasaran sebenarnya penyakit apa yang ia alami. Sehingga pasien memutuskan untuk bertanya pada perawat tentang catatan medis dan hasil-hasil laboratorium yang lainnya tetapi perawat melarang pasien untuk meminjam dan membaca catatan medis dan hasil labotarium milik pasien dengan alasan kebijakan dari Rumah Sakit dan dokter yang merawat. Karena hal ini pasien merasa tidak puas dan marah karena tidak mendapatkan haknya.

DEFINISI ISTILAH/KATA SULIT
Transfusi PRC (Packed Red cells) bertujuan untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah kenaikkan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi kemungkinan reaksi imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinaan overload berkurang, komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

IDENTIFIKASI KATA KUNCI
Usia 41 tahun
Jenis kelamin laki-laki
1 minggu di rawat di RS Lekas Sembuh
Merasa lemas, nafsu makan berkurang dan diare
Pasien dianjurkan cek laboratorium
Hasil cek laboratorium didapatkan Hb : 7,4 g/dl
Pasien dianjurkan untuk MRS
Pasien memutuskan untuk MRS Lekas Sembuh
Pasien mendapatkan transfusi PRC
Keadaan pasien semakin menurun

INFORMASI TAMBAHAN
Hasil laboratorium CD4+ = +45
Hasil TTV :
BP : 110/80 mmHg
P : 80x/menit
R : 20x/menit
T : 37,9°C
Beberapa waktu yang lalu pasien pernah kecelakaan dan mendapatkan transfusi eritrosit sebanyak 2 kantong
Pasien mengalami demam, sakit kepala (kepala berdenyut) dan mual
Mengalami penurunan berat badan
Terlihat bintik merah disekujur tubuh
Sariawan yang tampak berlebihan didalam mulut pasien
Pasien mengalami diare secara terus menerus sehingga membuat pasien merasa lemas

KLARIFIKASI DAN ANALISA INFORMASI TAMBAHAN
CD4+
Terjadi saat virus HIV masuk kedalam tubuh dan menyerang sel T helper dimana dalam sel ini terdapat CD4 atau biasanya disebut Limfosit T penolong yang berfungsi dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan tubuh(misalnya,limfosit B,makrofag dan limfosit T) yang semuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.Infeksi HIV menyebabkan hancurnya CD4 atau limfosit T penolong ,sehingga terjadi kelemahan sistem kekebalan tubuh dalam melindungi dirinya.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun:
Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.Pada beberapa bulan pertama setelah terinveksi HIV,jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.Selama bulan-bulan inipenderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak pertikel virus yang terdapat di dalam darah.Meskipun tubuh berusaha melawan virus,tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
Setelah sekitar 6 bulan,jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil,yang berlainan pada setiap penderita.Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut.
1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS ,jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis.Jika kadarnya mencapai 200sel/mL darah,maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Menurut buku NANDA mengatakan bahwa kebanyak seseorang yang terkena penyakit AIDS sebelumnya telah mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV karena pada kasus terdapat informasi tambahan bahwa pasien beberapa waktu yang lalu pernah mengalami kecelakaan dan mendapatkan transfusi eritrosit sebanyak 2 kantong.
Menurut buku NANDA mengatakan bahwa tanda gejala dari pasien yang terinfeksi virus HIV pada fase klinik 3 adalah: penurunan berat badan (>10%), diare tanpa sebab sampai >1bulan, demam >1bulan, lemas, sakit kepala berdenyut, sariawan, ruam kulit (bintik merah dikulit). Keterangan ini berhubungan dengan informasi tambahan yaitu pasien mengalami demam, sakit kepala (kepala berdenyut) dan mual, mengalami penurunan berat badan, Terlihat bintik merah disekujur tubuh, sariawan yang tampak berlebihan didalam mulut pasien dan pasien mengalami diare secara terus menerus sehingga membuat pasien merasa lemas.

PERTANYAAN PENTING
Berapa banyak transfusi PRC dilakukan sesuai dengan Hb ?
Berapa TTV yang normal pada usia 41 tahun (Paruh baya) ?
Apa yang menyebabkan kondisi pasien semakin menurun ?
Apa tujuan transfusi PRC pada pasien HIV?AIDS ?
Apa tindakan perawat pada pasien seperti ini ?




JAWABAN
Transfusi PRC diberikan sesuai Hb dengan rumusan
Kebutuhan darah (ml) :
x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tekanan Darah :110-125 /60-70mmHg
Nadi :60-70 x/menit
Pernapasan :16-20 x/menit
Suhu :36,6°C-37,2°C
Kondisi pasien menjadi menurun karena CD4 terus saja menurun karena sel T telah banyak yang hancur diserang virus sehingga pertahanan tubuh pun tak ada dan selain itu karena pasien kurang nafsu makan sehingga mengakibatkan kondisi semakin menurun karena tidak adanya asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Hal tersebutlah yang mengakibatkan keadaan pasien semakin menurun.
Tujuan transfusi PRC pada penderita HIV/AIDS yaitu :
Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
Untuk menaikkan Hb pasien tanpa harus menaikkan volume darah
Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Tindakan perawat pada pasien seprti kasus ialah dilakukan pengkajian, menanyakan riwayat kesehatan, menanyakan pola aktivitas sehari-hari, melakukan pemeriksaan fisik, menganalisa data, dan mengambil diagnosa keperawatan.

TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Mengetahui penyebab AIDS serta bahaya yang ditimbulkan
Lebih banyak mempelajari tentang penyakit pada sistem imun
Mengetahui lebih banyak diagnosa keperawatan pada gangguan sistem imun
Mengetahui pemeriksaan medis dan terapi yang tepat untuk pasien gangguan sistem imun

HAMBATAN PELAKSANAAN PBL
Susahnya menyatukan pemikiran menjadi satu
Ketika temu dengan tutor, anggota kelompok lebih sering bersifat pasif dan kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat.
Kesulitan dalam membuat pathway
Kesulitan dalam menentukan diagnose
Bingung dalam membuat Asuhan Keperawatan


























DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Setiadi. 2002. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta
Istiqomah, Endah."Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS",(Online) (http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012)
Kunoli, J. Firdaus. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta
Nurarif, A. Husada ; Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Jilid 1. Yogyakarta
Price, A. Sylvia ; Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta
















LAMPIRAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh kuman yang pada keadaan sistem kekebalan tubuh normal tidak terjadi) dan kanker dan biasanya berakhir dengan kematian. (Iman, 2011)
AIDS disebabkan oleh HIV yakni sejenis virus RNA dalam genus Lentivirus dan famili Retroviridae. Dikenal ada dua serotype HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2, HIV-1 merupakan penyebab tersering AIDS. Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4. Limfosit T mempunyai pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehinggan kelainan-kelainan fungsional pada limfosit T akan menimbulkan tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh. (Iman, 2011)
Angka kejadian HIV/AIDS menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data WHO tahun 2002 terdapat lebih dari 25 juta orang didaerah sub sahara afrika yang terinfeksi HIV. Meski telah dilakukan pencegahan, HIV terus menyebar keseluruh dunia dengan perkiraan 14 ribu infeksi baru setiap harinya. DiIndonesia berdasarkan statistik kasus HIV/AIDS pada tahun 2010 terjadi peningkatan kasus sebanyak 591 kasus sehingga pada tahun 2010 telah tercatat sebanyak 20.564 kasus dengan angka kematian sebanyak 3.936 kasus. (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2010)
Maka diharapkan untuk mencegah kejadian pada penyakit HIV perlu upaya serta langkah-langkah yang cepat dan tepat.





MANFAAT PENULISAN
Mahasiswa dapat mempelajari secara rinci tentang penyakit serta penatalaksanaan klien, baik dari segi keperawatan maupun medis. Dengan menerapkan teori yang dipelajari terhadap kasus yang ada, sehingga membuat mahasiswa dapat mempelajari teori dan mengaplikasikannya. Dengan demikian, ilmu yang didapat mudah melekat dalam ingatan mahasiswa, yang khususnya jika menemukan kasus yang sama.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN

Gambar 1.1 Organ Sistem Imun
(Sumber : www.aids/gov/hiv-aids-basic/just-diagnosed-with-hiv-aids/Hiv-in-your-body/immune-system-101)




Gambar 1.2 Symptom Of AIDS
(Sumber : www.sciencekids.co.n2/pictures/health/aidssymptoms.html)





SISTEM IMUN
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti bakteri, jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan serangan ini. Kelainan sistem imun berarti kemampuan untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah diserang penyakit.

FUNGSI SISTEM IMUN
Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit mengahancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk kedalam tubuh.
Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan
Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal, sasaran utama bakteri patogen dan virus leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast)

ORGAN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Nodus Limfe
Terdiri atas pembuluh limfatik yang terdifusi diseluruh tubuh, nodus limfe yang terdapat dibeberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli disepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat limfosit berenang didalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionist diamanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun beberapa tahun belakangan ini terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan tubuh kita.
Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin dirahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sum-sum tulang belakang ini mampu mengerjakan tugas hanya setelah lahir. Tidak pada tahap ini limfa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh membutuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limfa mulai memproduksi sel-sel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.
Limpa
Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak dibagian depan dan dekat punggung rongga perut diantara diafragma dan lambung. Secara anatomis, tepi limpa yang normal berbentuk pipih, fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofag, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk kedalam darah.
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring disepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para aorta-daerah. Getah adalah basa (pH> 7,0) cairan yang biasanya jelas, transparan dan tidak berwarna. Tidak da sel darah merah dalam getah bening dan memiliki kandungan protein lebih rendah dari darah.
Sistem limfoid manusia sebagai berikut :
Organ utama : sumsum tulang (dipusat cekungan tulang) dan kelnajra timus (terletak dibelakang tulang belakang dada di atas jantung)
Sekunder organ pada atau dekat portal kemungkinan masuknya patogen : kelenjar gondok, amandel, limfa (terletak dibagian kiri atas), kelenjar getah bening (disepanjang pembuluh limfatik dengan konsentrasi dileher, ketiak, perut, dan pangkal paha), Peyer's Patch (dalam usus), usus buntu.

MEKANISME PERTAHANAN
Non-Spesifik
Mekanisme pertahan non-spsesifik disebut juga respon imun alamiah. Pertahanan non-spesifik dalam tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merukan komponen mekanisme untuk mengoptimalkan efektivitas kerja dan hanya bereaksi terhadap mikroba bahan-bahan akibat kerusakan sel (heat shock protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
Pertahanan fisik : kulit, selaput lendir, silia dalam pernapasan
Pertahanan kimia : bahan yang disekresi mukosa salura napas, kelenjar sebasea kulit, kelenjar kulit, kelenjar, asam HCL dalam cairan lambung, lisozim yang dikeluarkan oleh makrofag mengeluarkan menghancurkan kuman dengan komplemen, keringat, ludah, air mata, air susu.
Pertahanan humoral komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit.
Spesifik
Mekanisme pertahan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit dengan atau tanpa komponen sitem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Mekanisme pernatahan spesifik disebut juga dengan rspon imun didapat. Mekanisme pertahanan spesifik dibagi menjadi 2 yaitu : imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokopeten lainnya. Tugas sel B dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresikan oleh sel plasma. Imunoglubolin dibagi menjadi IgA, IgG, IgD, IgE dan IgM. Imunitas seluar adalah imunitas yang didefinisikan sebagai suatu respon imun erhadap antigent yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan ko mponen sistem imun lainnya.

ANTIBODI
Antibodi adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yag disekresi dari pencerap limfosit B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebgaia respon dari antigen tersebut. Pembagian Immunoglobulin yaitu :
Immunoglobulin A adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis. Immunoglobulin A banyak ditemukan pada sekresi tubuh.
Immunoglobulin D adalah sebuah monomer dengan fragmen yang mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM. IgD dapat mengendalikan supresi dan aktivasi sel B.
Immunoglobulin E adalah jenis antibodi yang hanya ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran besar terutama pada hipersensitivitas 1. IgE juga tersirat dalam cacing parasit.
Immunoglobulin G adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai rigan yang saling mengikat dengan ikatan disulfida yang mempunyai dua fragmen antigen-biding.
Immunoglobulin M adalah antibodi dasar yang berada ada plasma B.
KONSEP PENYAKIT
DEFINISI
Human Immunodificiency Virus adalah virus sitopatik yang dklasifikasikan dalam famili retrovirus. Retrovirus adalah virus RNA yang mampu membuat DNA dan NA dengan bantuan enzim reverse transcriptase yang kemudian disisipkan ke dalam DNA sel host sebagai mesin genetik. Orang yang telah terinfeksi HIV akan disebut sebagai HIV positif yang berarti HIVtelah ada di dalam darahnya. Bila penderita HIV positif tidak mendapat perawatan, infeksi tersebut akan berkembang dengan cepat menjadi AIDS (Bayer dan Oppenheimer, 2011).
Human Immunodificiency Virus adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Dua jenis HIV yang secara genetiknya berbeda tetapi sama dari antigennya berhubungan dengan HIV-1 dan HIV-2 diisolasi dari penderita AIDS HIV-1 lebih banyak dijumpai pada penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika Tengah. Sedangkan HIV-2 kebanyakan ditemukan didaerah Afrika Barat. Periode antara infeksi pertama kali dengan timbul gejala penyakit lebih lama dan penyakiya lebih lebih ringan pada infeksi HIV-2 (WHO, 2008).

Gambar 1.3
Struktur Virus HIV

Acquired Immunodificiency Syndrom (AIDS) merupakan sindrom yang terjadi akibat menurunnya sistem imun kekebalan tubuh (Sigalingging,2009). Seseorang yang menderita HIV positif tidak dapat dikatakan AIDS, seseorang baru dikatakan AIDS bila seseorang HIV posiif ditandai dengan adanya gejala spesifik infeksi opurtunistik (WHO-UNAIDS, 2011).
Acquired Immunodificiency Syndrom (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). AIDS bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejalan penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme sperti infeksi bakteri, virus, jamur bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).
Berdasarkan kesimpulan diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa HIV/AIDS adalah infeksi virus progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV sehingga mengakibatkan kerusakan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan infeksi opurtunistik.

ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya HIV/AIDS meliputi
Melalui hubungan seksual
Berganti pasangan
Penggunaaan jarum suntik yang tidak steril
Transfusi darah
Virus
Sistem imun menurun
Gejala AIDS adalah hasil dari kondisi umumnya tidak terjadi pada individu dengan system kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa dikendalikan oleh elemen sistem tubuh.
Deman
Demam ringan adalah gejala awal yang paling umum terjadi saat seseorang terpapar virus HIV. Demam ringan ini seringkali disertai dengan sakit tenggorokan, kelelahan yang ekstrim, dan pembekakan kelenjar getah bening. Demam adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh sebagai akibat dari masuknya virus HIV ke aliran darah dengan jumlah yang berlipat ganda.
Ruam Kulit
Ruam bisa berupa bercak-bercak kemerahan pada kulit atau benjolan menyerupai jerawat dalam jumlah banyak yang tak sembuh-sembuh. Gejala ini akan muncul jika paparan virus HIV telah mencapai pada tingkat yang lebih parah.
Mual Muntah dan Diare
Antara 30- 60 persen pengidap HIV akan mengalami gejala singkat mual, muntah, dan serangan diare. Selain sebagai gejala HIV tahap lanjut, gejala-gejala di atas juga bisa muncul sebagai efek samping dari terapi pengobatan.
Berat Badan Turun Drastis
Berat badan turun drastis merupakan gejala tahap lanjut bahwa tubuh telah terinfeksi HIV. Berat badan turun drastis bisa terjadi akibat diare atau kurangnya nutrisi tubuh akibat sering memuntahkan makanan.
Infeksi Jamur Pada Mulut
Jika jamur sudah menginfeksi mulut, maka pengidap HIV akan sulit untuk mengunyah dan menelan makanan.
Gejala klinis terdiri dari 2 gejal yaitu gejala mayor ( umum terjadi ) dan gejala minor ( tidak umum terjadi ) :
Gejala mayor :
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
Demensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dematitis generalitas
Adanya herpekszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
Kondidias orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Renitis virus sitomegalo
( Mayo Foundation for Medical Education and Resare (MFMER), 2008)



Gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi menjadi fase, yaitu :
Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda –tanda infeksi. Tapi ditemukan gejala mirifp flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembekakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi sema 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening ( sering merupakan gejala yang pas ), diare, berat badan menurun, demam, batuk, dan pernapasan pendek.
Fase akhir
Selam fase ahir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

EPIDEMIOLOGI
Angka terjadi menunjukan peningkatan berdasarkan data WHO tahun 2002 terdapat lebih dari 25 juta orang didaerah Sub Sahara Afrika yang terinfeksi HIV. Mesti telah dilakukan pencegahan, HIV terus menyebar keseluruh dunia dengan perkiraan 14000 infeksi baru setiap harinya. Pada akhir tahun 2010 didapatkan 34 juta orang didunia hidup dengan menderita HIV. Dengan rincian laki-laki dewasa sebanyak 13,3 juta jiwa, wanita dewasa sebanyak 16,8 juta jiwa, anak-anak < 15 tahun sebanyak 3,4 juta jiwa dan anak-anak 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i. Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j. Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k. Mikobakteriasis atipikal diseminata
l. Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma Kaposi














PATHOFISIOLOGI

































PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Serologis
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah
T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru.
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).


























ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan ditandai dengan pasien mengeluh diare, turgor kulit jelek

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Setelah 1 x 24 jam dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi, dengan kriteria :
Turgor kulit membaik, CRT < 3 detik
Pasien mulai mau minum lagi
Feses mulai berbentuk
Tidak mengalami diare
Observasi tanda-tanda vital bertahap
Kaji turgor kulit, membran mukosa dan rasa haus
Pantau pemasukan oral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari
Dorong keluarga ikut serta dalam pemberian cairan kepada pasien
Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital secara bertahap
Indikator tidak langsung dari status cairan
Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa
Dukungan dari keluarga sangat penting bagi pasien
Untuk melakukan tindakan mandiri kepada pasien ketika menghadapi diare









Diagnosa 2
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan pasien mengeluh lemas, nafsu makan kurang, k/u lemas

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Dalam waktu 2 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. Dengan kriteria :
Pasien melaporkan nafsu untuk makan sudah mulai kembali
Pasien tidak mengeluh pusing
Turgor kulit normal, CRT < 3 detik
Pasien mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang disediakan RS
Observasi status nutrisi pasien
Auskultasi bising usus
Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi sedikit tetapi sering
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
Timbang berat badan pasien setiap pagi sebelum sarapan
Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan intervensi yang tepat
Peristaltik usus menunjukan adanya kerja usus dalam proses absorpsi makanan
Dapat mempertahankan kebutuhan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan
Kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan
Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan







Diagnosa 3
Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan penurunan sistem imunologik

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Stelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Demam (-)
Pusing (-)
TTV :
TD : 120/80
P : 80x/menit
T : 37°C
R : 20x/menit
Monitor tanda-tanda infeksi baru
Gunakan tehnik antiseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum memberikan tindakan
Berikan lingkungan yang nyaman, bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung/staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi


Untuk pengobatan dini mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh dirumah sakit
Mencegah bertambahnya infeksi
Mencegah tertularnya penyakit lainnya karena kekurangan sistem imun.









Diagnosa 4
Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan lesi karena defisit imunologis ditandai dengan sariawan berlebihan pada mulut

PATIENT OUT COME
INTERVENTION
RATIONAL
Setelah dilakukan perawatan ± 24 jam dilakukan perawatan Dengan kriteria :
Dapat menunjukkan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas dari inflamasi / ulserasi
1.Kaji membrane mukosa/ catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah/menelan
2. Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non akohol dan pelembab bibir
3. Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hydrogen peroksida / salin
4. Anjurkan pasien minum air putih
1. Edema, lesi, membrane mukosa oral dan tenggorokan kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah / menelan
2. Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal
3.Mengurangi penyebaran lesi dan meningkatkan kenyamanan
4. Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membrane mukosa







Diagnosa 5
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peradangan kulit ditandai dengan seluruh permukaan kulit terdapat bintik-bintik merah, turgor kulit jelek

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Setlah diberikan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit lebih lanjut. Dengan kriteria : bintik-bintik merah pada seluruh tubuh berkurang
Kaji kulit setiap hari, catat warna kulit, turgor kulit
Pertahankan hygiene kulit : membasuh kemudian mengeringkannya dengan hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim
Lindungi bintik-bintik merah pada kulit dengan balutan basah atau salep antibiotik untuk menyatakan perubahan status dan dasar melakukan intervensi.
1. untuk mengetahui perubahan bintik merah bertembah atau berkurang
2. Mempertahankan kebersihan kulit, masase untuk meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan kenyamanan dan untuk mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan
3. Melindungi area ulserasi dari kontaminasi dan meningkatkan penyembuahan








Diagnosa 6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan produksi metabolisme ditandai dengan pasien mengeluh lemas, k/u lemas

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Dalam waktu ± 30 menit dilakukan perawatan intoleransi aktivitas dapat diatasi dengan kriteria :
Pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap
Kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi
Mandi, makan, BAB, dan BAK
Bantu pasien dalam beraktivitas, perawatan diri sesuai keperluan
Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
Berikan dorongan untuk secara bertahap yang dilakukan pasien dapat membantu proses penyembuhan
Menghemat energi untuk mencegah kebanyak bergerak
Menurunkan stress dan ransangan berlebihan, meningkatkan istirahat
Memberikan kemajuan aktivitas secara bertahap yang dilakukan pasien dapat membantu proses penyembuhan












Diagnosa 7
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang pengetahuan

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ± 24 jam diharapkan cemas dapat berkurang dengan kriteria :
Melaporkan penurunan cemas
Pasien tampak senang
Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis, hindari argumentasi mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut
Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu
Dapat mengurangi rasa cemas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan
Memberikan penenangan dan kemampuan bagi pasien untuk memecahkan masalah pada situasi yang diantisipasi














Diagnosa 8
Isolasi sosial berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan penyakit

PATIENT OUT COME
INTERVENSION
RATIONALE
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien bisa menunjukkan peningkatan perasaan harga diri dan berpartisipasi dalam aktivitas atau program pada tingkat kemampuan/hasrat.
Kaji pola interaksi sosial yang lazim
Dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat
Waspadai gejala-gejala verbal/ nonverbal, misalnya menarik diri, putus asa, perasaan kesepian. Tanyakan kepada pasien apakah pernah berpikir untuk bunuh diri.
Menetapkan dasar untuk intervensi individual.
Membantu memamntapkan partisifasi pada hubungan sosial. Dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri.
Indikasi bahwa putus asa dan ide untuk bunuh diri sering muncul ketika tanda-tanda ini diketahui oleh pemberi perawatan, pasien umumnya ingin bicara mengenai perasaan ingin bunuh diri, terisolasi dan putus asa.











PENUTUP
KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV. Apabila anda terinfeksi HIV maka tubuh akan mencoba untuk melawan infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk antibodi yaitu molekul-molekul khusus untuk melawan HIV.
Test darah untuk HIV berfungsi untuk mencari keberadaan antibody tersebut. Apabila anda memiliki antibody ini dalam tubuh anda, maka artinya anda telah terinfeksi HIV.
Menjadi HIV positif atau terkena HIV tidaklah sama dengan terkena AIDS. Banyak orang yang terkena HIV positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama bertahun-tahun. Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara perlahan-lahan merusak system kekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh anda rusak, berbagai virus, parasit, jamur, dan bacteria yang biasanya tidak mengakibatkan masalah dapat membuat anda sakit. Inilah yang disebut infeksi oportunistik.

SARAN
Semoga hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi tercapainya kesempurnaan dari hasil diskusi ini.










ABSENSI PBL

No

Nama
Kehadiran


30-09-2014
02-10-2014
Keterangan
1
Ayu Karolina



2
Damian M.D Ngaga



3
Dede Hatlin Sanditojaya



4
Ernita Harti Dahyuni



5
Etri Lolita



6
Jians Fauji



7
Karmila



8
Lorenza Audia



9
Nalau Sapu Rata











ABSENSI SGL

No

Nama
Kehadiran


30/09
01/10
03/10
04/10
05/10
1
Ayu Karolina





2
Damian M.D Ngaga





3
Dede Hatlin Sanditojaya





4
Ernita Harti Dahyuni





5
Etri Lolita





6
Jians Fauji





7
Karmila





8
Lorenza Audia





9
Nalau Sapu Rata














Lihat lebih banyak...

Comentarios

Copyright © 2017 DATOSPDF Inc.